1

203 144 46
                                    

Selamat datang kembali di cerita ini. Ini lanjutan adegan flashback calon pemeran utama kita, Diona & Delamo 💋🌹

Beri kesan terbaikmu di sini⭐
Selamat menikmati

...

"Kuterima. Permintaan maafmu yang kesekian kalinya, eh?" Aku menyipit, tersenyum tipis saat kusentil harga dirinya. Mata-mata katanya? Ck, ck konyol. Kulihat ia menunduk mengusap-usap keningnya sendiri, tertawa rendah menelusupkan tangan ke saku celana.

"Baik, aku banyak salah. Apa diterima maafku ini, Signorine?" Ia mengarahkan kepalanya padaku.

"Ya. Cukup disini perbincangan kita, selamat siang Signore." Aku mengibas lampiran kain hijab ke pundak, menunduk seadanya lantas memasuki mobil.

Sesaat setelah nyaman di kursi mobil, Delamo, Signore Lincoln itu memandangku. Tak kurespon, memalingkan wajah dan menaikkan jendela mobil. Biar saja jadi patung di parkiran.

"Selamat siang juga untukmu, Signorine Jazima. Senang berkenalan denganmu, sampai jumpa lagi." Balasnya tersamar-samar di telingaku. Mobil pun dikemudikan meninggalkan area parkiran.

...

"Ohh.. Macam itu kau berkenalan dengannya?" Belenda tersenyum, aku yakin ada arti dari senyumannya.

"Aku tak yakin komunikasi kalian sampai di situ saja. Uhm, mungkin sampai di rumahmu? Kau tahu maksudku." Mataku memincing mendengar kelanjutan ucapan Belenda. Maksudnya apa bocah ini?

"Apa? Kenapa?" Tanyaku menekan tepi meja, memajukan wajahku ke wajahnya.

"Yah.. Melamarmu? Mungkin?" Belenda tergelak pelan, menutupi bibir blak-blakannya dengan tangan. Wajahnya bersemu sendiri, ya, orang ini memang suka tersipu jika melihat atau mendengar sesuatu berbau romantis. Fanatik cinta.

"Pikiran darimana itu? Lihat, sekarang dirimu tersipu memikirkan lamaran, pacar, cinta dan sejenisnya. Terlihat ingin sekali dilamar." Biar saja ia sadar diri, umurnya tak beda jauh dariku pun belum menikah.

"Hey? Tidak, mana mungkin. Aku masih ingin hidup sendiri." Belenda melotot, menunjuk-nunjuk dadanya sendiri. Lantas ia meminum minumannya tergesa. "Oh, begituk-" Lagi-lagi, terpotong!

"Kurasa aku harus kembali, ada klien lain yang harus kutemui. Sampai jumpa nanti Diona, dahh!"

"Kenapa tiba-tiba sekali? Belenda!" Ingin memanggil kembali, tetapi tertelan perasaan segan pada pengunjung di sini. Belenda, wanita itu sudah melipir jauh mendekati pintu keluar. Biarlah sudah, aku membereskan barang-barangku di atas meja. Hingga kurasakan tepukan bertenaga 2 kali di pundak kananku.

"Signorine.."

...

Delamo's POV

Lagi. Kembali lagi aku bertemu sapa dengan wanita ini setelah 5 tahun, Signorine Jazima. Wanita berani itu, wanita yang berani menyerang jati diri priaku, aku terkesan dapat menemukan jenis wanita sepertinya. Dari segala macam keturunan kaum hawa yang aku temui, tak ada yang sekuat ia menahan iman untuk berbuat gatal di hadapanku. Kusadari, anugerah rupawanku ini memang memikat. Begitupula anugerah rupawan pada Signorine Jazima itu, memikat nan menjerat.

SENZA LIMITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang