Malam itu Lisa mimpi buruk. Ia terbangun pukul 12 dini hari dalam keadaan keringatan dan kelaparan. Tadi siang ia pulang lebih awal dibanding rekan-rekan kantornya karena belum bisa mulai bekerja sebelum menandatangani kontrak yang berarti peralatan kantornya belum tersedia: meja, kursi, beberapa perangkat komputer yang berisi data base, akun email kantor dan akun tim bayangan jika ia setuju bergabung.
Jam dinding berdetak kencang di keheningan kamarnya yang gelap gulita. Lisa tidak bisa tidur dengan cahaya sekecil apapun. Matanya akan perih dan ia tak bisa tidur. Rumah kontrakannya ini sudah ia tinggali sejak menempuh kuliah S2 di kota. Ia anak tunggal sehingga orang tuanya akan sekali-sekali datang berkunjung pada saat liburan atau Lisa yang pulang ke rumah di beberapa akhir pekan. Meski hanya 2 jam perjalan ke rumah, tapi sudah 2 bulan ini Lisa tidak pulang.
Dan sepertinya ia hanya akan meminta kedua orang tuanya yang berkunjung. Alasannya karena beberapa anggota keluarga Lisa belakangan ini semenjak ia pulang, memilih untuk terus berkunjung dan menemuinya. Bukan untuk minta uang, tidak. Mereka memiliki hidup yang mapan dan bahagia, karena itu lebih suka mencari kesibukan lain dengan merecokinya.
Seperti, "Lisa berkuliah jurusan Sastra untuk apa? Sebaiknya ia beralih ke pendidikan jika memang senang bahasa. Anak-anakku semuanya berkuliah pendidikan dan sudah PNS. Sekarang aku tidak perlu memikirkan masa depan mereka".
Atau, "Kau tahu perusahaan di Kalimantan menerima sarjana lulusan apapun, cobalah melamar kerja ke sana setelah lulus. Anakku diterima bekerja dengan gaji besar dan sekarang ia sudah menikah dan dikaruniai seorang anak".
Lisa selama ini tidak menyadari, bagi mereka bahkan soal menuntut ilmu pun selalu tentang untung-rugi.
Kembali ke mimpi buruk Lisa. Setelah pembahasan tentang divisi bayangan, Lisa dihantui rasa takut yang besar. Ia bermimpi digrebek di kantor divisinya sebelum akhirnya diseret oleh personil lengkap kepolisian berseragam Densus 88 spesialisasi penangkapan teroris. Rekan-rekan kantor hanya menatapnya datar seakan dirinya memang pantas untuk ditangkap. Bosnya dengan tatapan tajam meliriknya sinis sambil berbicara kepada kepala kepolisian bahwa dirinya lah satu-satunya anggota tim bayangan yang menusuk perusahaan dari belakang. Tangan Lisa diborgol, matanya ditutupi kain hitam berbau amis dan ketika pengikatnya dilepas, hamparan lautan berada tepat di depannya. Detik berikutnya, ia kemudian ditendang ke tengah lautan yang penuh dengan ikan hiu martil yang kelaparan. Namun, tak sampai disitu, dirinya tiba-tiba berubah menjadi Titan yang mengamuk dan mengalahkan semua ikan hiu tersebut.
Lisa tahu makna mimpi itu. Yang Di Atas menginginkan agar ia tidak kalah dan tidak mudah menyerah. Ia harus berani melawan ketidakadilan di kantornya. Besok pagi ia akan berbicara dengan bosnya, menguak kebusukan tim bayangan dan rencana jahat mereka untuk menjadikannya sebagai tumbal. Lisa tahu mengapa mereka membutuhkan satu orang personil tambahan, karena mereka butuh seseorang yang bisa dijadikan kambing hitam ketika terjadi masalah. Dan Lisa adalah satu-satunya pelamar yang tidak tahu-menahu tentang tim tersebut, membuatnya menjadi objek utama untuk dikorbankan. Namun, itu tidak akan terjadi. Lisa akan mengungkap semuanya besok. Ia akan menolak menandatangani kontrak divisi dan meminta dipindahkan ke divisi pemasaran. Akan tetapi jika Bu Ayu juga terlibat, ia akan meminta ganti rugi dengan mengancam akan menyebarkan kedok tim bayangan pemerintah di badan perusahaan. Bahkan CEO baru akan kejang-kejang mendengar itu.
Puas dengan idenya, Lisa memilih melanjutkan tidurnya dengan perasaan yang lebih baik.
***
Lisa ingin mengamuk di depan pintu kantor divisi bahasa dan linguistik. Dia tidak bisa masuk ke dalam kantor karena tidak memiliki pass card. Kemarin Bu Ayu yang mengantarnya masuk, sedangkan Lisa terluput akan hal itu. Ia belum memiliki pass card karena belum secara resmi diterima bekerja. Bu Ayu sedang ada meeting di luar dan yang memiliki izin masuk hanya pegawai divisi ini, Bu Ayu, serta pimpinan saja. Pegawai lain tidak boleh seenaknya masuk ke dalam sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Language
FanfictionLisa diterima bekerja pada perusahaan penerbitan idamannya sejak kecil. Pada divisi kebanggaan yang sudah ia incar sejak masa intern. Tapi, ia tidak pernah membayangkan akan menjadi satu-satunya pegawai perempuan di antara kelima laki-laki di divisi...