Chapter 4

556 118 35
                                    

Deretan donat berbagai rasa menarik perhatian Lisa yang sejak tadi bingung memilih. Pagi ini ia bangun pagi-pagi sekali dan langsung meneror Galliard meminta bantuan pemuda itu untuk menemaninya membeli donat rendah kalori pesanan bos divisi. Galliard yang paling memahami perihal perdonatan karena sifat pemilihnya. Tidak mempercayai orang lain untuk memilih kudapan divisi dengan standarnya yang tinggi. Hanya saja belakangan ini dia mulai disibukkan dengan proyek NUSA, sehingga terkadang ia terpaksa membebankan tugas penting ini kepada OB kepercayaannya. Menyadari keberadaan Lisa sebagai pegawai baru membuat Galliard lega dan akan dengan senang hati menyerahkan tugas tersebut kepada Lisa.

"Cuma hari ini saja. Kak."

Soal sebutan honorifik 'kak' juga sebenarnya baru diberikan Lisa hari ini kepada Galliard sebagai imbalan menyeret pemuda itu ke toko bakery dan menyumbangkan idenya tentang donat terbaik untuk santap kudapan kantor.

Sebenarnya pagi ini Lisa mencoba membuat resep andalan keluarganya, yaitu Tiramisu untuk dijadikan kudapan rekan se-divisi. Sayangnya karena masih ngantuk, kue itu bantet dan gosong di satu sisi. Lisa yang tidak tega meracuni bos dan rekan pegawainya memutuskan meminta tolong pada Galliard. Adapun kue gagal tersebut tetap ia bawa dalam tas tote miliknya untuk dimakan diam-diam oleh dirinya sendiri. Kata Neneknya, pamali membuang makanan yang masih layak konsumsi, karena itu Lisa bersikeras membawanya.

Galliard menenteng dua kardus di tangannya: sebelah kanan donat dan sebelah kiri kopi (minus 1 yang berisikan Thai tea). Adapun Lisa menggandeng lengannya sambil berjalan menuju kantor.

"Kau bisa menemaniku menyiapkan donat setiap pagi, apa kau setega itu membiarkanku melakukan semuanya sendiri?"

Lisa melirik sinis Galliard di sampingnya. "Tidak ada yang menyuruhmu melakukan semuanya sendiri-,"

Galliard terlihat geleng-geleng kepala. "Levi pernah sekali mendapat tugas ini dan berakhir membeli donat vegan. Niall bukannya membeli donat malah memesan Croissant, dan yang paling parah, Evan malah memasukkan uang kudapan ke dalam daftar gaji karena berpikir bahwa selera setiap orang berbeda-beda sehingga ia memutuskan memberikan kebebasan kepada kami untuk memilih, dasar pemalas!"

Lisa tertawa mendengar itu. Kasihan Galliard, pantas saja ia harus menanggung semuanya sendiri. Dan Lisa tidak perlu bertanya soal peran Erik, seorang bos tidak mungkin diberi tugas membeli donat.

Galliard menatap Lisa sambil geleng-geleng kepala seperti mengetahui arah pikiran gadis tersebut.

"Erik tidak lebih baik,"

Oh? Lisa pikir bosnya itu sempurna...

"Jika Erik yang bertugas, ia akan membeli semua isi toko dan membuat perusahaan bangkrut. Ia tidak suka memilih, jadi memutuskan membeli semuanya."

Lisa tidak habis pikir mendengarnya, tapi ia urung berkomentar karena ada yang lebih mengejutkan dari fakta tersebut.

"Erik berbahasa asing selama rapat?"

Galliard yang mendengar itu langsung tertawa renyah seperti membayangkan momen ketika bos mereka melanggar peraturannya sendiri.

"Kami berempat menjebaknya."

Lisa menutup mulutnya tidak percaya. No sh*t!

"France." Imbuh Galliard.

Tawa Lisa lepas. "Erik pasti berharap tidak pernah membuat peraturan itu,"

Galliard mengangguk setuju tapi kemudian menggeleng. "Erik adalah pecinta bahasa nasional sejati. Dia akan melakukan apapun untuk menegakkan aturan itu,"

Oke, kedengarannya berlebihan.

Lisa dan Galliard berjalan memasuki gedung kantor yang sudah cukup ramai padahal masih sangat pagi.

Love in LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang