❥ Temenan Part 1

643 73 3
                                    

"Hatchuuuuu!"

Sudah puluhan kali sejak tadi pagi, Seok Matthew terus bersin-bersin hingga membuat hidungnya memerah dan terus mengeluarkan ingus.

"Duh, hatchuu!"

"Udah minum obat?"

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Wang Zihao, tetangga Matthew di mana rumah mereka hanya berjarak tiga langkah itu menjemput Si Tetangga untuk berangkat sekolah bareng.

"Makanya kalau nggak kuat minum es jangan minum es, pakai acara ngabisin semua persediaan es krim gua segala, sekarang flu tahu rasa kan lo."

Mendengar ceramah Zihao, Matthew makin berwajah masam, tangannya terulur untuk menerima sapu tangan dari teman terbaiknya itu, setidaknya mereka sudah berteman sejak SMP.

Sejak umur 13 tahun ketika pertama kali Matthew dan keluarganya yang sudah lama tinggal di Kanada pindah ke Korea Selatan, rumahnya tepat berada di samping rumah Zihao yang adalah rumah milik nenek Matthew, dimulai dari ibu mereka yang berteman dekat, kedua anak mereka pun ikut menjalin pertemanan hingga sekarang.

"Iya udah minum obat, berisik, bawel banget, udah dong ngomelnya nanti bukannya cepet sembuh malah overdosis omelan," Matthew protes, bahkan setelah Zihao menyerahkan helm dan menunggunya naik di belakang motornya, bibirnya terus maju.

"Kayak bebek bunting," ejek Zihao.

"Apa tadi lu bilang?" Kalau sedang flu, Matthew jadi sedikit budek.

"Pusing juga nggak?" kata Zihao meninggikan suaranya yang kadang terdengar lucu karena aksen Mandarinnya yang masih tertinggal.

"Ohh, cuma sedikit, sih. Tapi nanti kalau udah makan bakso anget pake sambal buatannya Bu Chaerin minumnya es campur juga bakalan sembuh sendiri, kok," jawab Matthew sambil naik ke atas motor bebek biru milik Zihao—warisan dari ayahnya Yixing— setelah menyamakan bokongnya, Matthew mendekatkan dadanya pada punggung Zihao dan memeluknya erat.

Zihao menunduk, memerhatikan tangan Matthew yang memeluk pinggangnya erat, diam-diam dia tersenyum senang, rasanya sangat geli, seperti ada sesuatu yang menggelitiki perutnya hingga rasanya mau kencing terus.

Zihao berdeham. "Kalo pusing mending nggak usah sekolah aja dulu, cuma sehari doang bolos nggak bakalan bikin lo nggak lulus."

"Emangnya gue lu yang sering bolos," balas Matthew mengungkit-ungkit kebiasaan buruk Zihao, "udah sana jalan, nanti kita telat, Bego!"

Zihao mulai menghidupkan mesin motornya. "Iya, iya, Bawel. Kasar banget ngomongnya."

"Ya, kan, gue belajar dari lu." Matthew tertawa nyaring.

"Nge, nge, nge. Awas, tuh, mulut kemasukan lalat baru tahu rasa."

Matthew makin mengeratkan pelukannya, membuat Zihao dapat merasakan dada datar Matthew. "Serem banget doanya, jijik tahu."

Zihao melirik Matthew dari spion motornya. "Cuma bercanda, elah. Serius amat jadi orang."

Remaja laki-laki itu membawa motornya dengan laju amat pelan, tadinya sengaja agar Matthew lebih lama menempel padanya, tapi herannya itu masih membuat Matthew kedinginan, Zihao memperhatikan wajah Matthew dari balik spion. Lalu dia baru sadar, bahwa sejak tadi Matthew memang sedang flu, tapi bodohnya anak itu malah cuma pakai seragam abu-abu.

Zihao mengentikan laju motornya, membuat Matthew yang sejak tadi menahan dinginnya angin pagi sedikit lega, namun disaat yang bersamaan juga heran dengan apa yang akan temannya itu lakukan.

"Kenapa berhenti?" bingung Matthew ketika melihat Zihao turun dari motornya sendiri.

"Udah lo juga turun buruan," suruhnya pada Matthew.

"Lu mau ninggalin gue di sini sendirian?" Matthew syok, matanya tiba-tiba saja berkaca-kaca siap untuk menangis, padahal dia lagi flu, tapi Zihao malah tega banget.

"Lah, malah mewek." SMA tempat mereka sekolah jaraknya cukup jauh dari rumah keduanya, dan tinggal beberapa menit lagi gerbang sekolah akan segera ditutup. "Sebentar lagi gerbang sekolah udah pasti bakal ditutup sama Pak Jongdae, gua butuh ngebut, tapi nggak bisa gara-gara lo."

"Jadi lu mau ninggalin gue sendiri di sini? Gue aduin ke nyokap lu nanti!"

Tanpa mempedulikan ucapan Matthew, Zihao menarik paksa Matthew agar turun.

"Wang Zihao!" Matthew memberontak, enggan untuk beranjak, tapi tenaganya kalah dari teman raksasanya itu. "Zihao! Zihao! Nanti kalau gue diculik sama orang jahat terus gue dijual ke luar negeri gimana? Gimana, gimana?"

Zihao memutar bola matanya malas mendengar ocehan tak berguna Matthew, dia tetap fokus membuka jok motornya dan mengambil jaket di dalam sana, dia mengembuskan napas lega karena untungnya masih meninggalkan jaketnya di dalam, laki-laki yang tingginya baru 178 cm itu menyerahkannya pada sang teman.

"Nih, pake, biar lo nggak kedinginan lagi. Gua mau ngebut, jadi pakenya yang rapat."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


WANG ZIHAO

***

Notes. Chapternya pendek-pendek aja biar babnya bisa banyak wkwk.

Remake ChenFanfic921

CUMA TEMAN | Wang Zihao - Seok MatthewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang