Matthew bengong, dia kemudian tersenyum senang, malu sudah berpikiran yang tidak-tidak pada Zihao. "Makasih."
"Iya, sama-sama. Buruan pake." Zihao kembali naik ke atas motor.
"Siap, Kapten!" Setelah setengah menit berlalu, Matthew berhasil memakai jaket tentara milik Zihao yang sangat kebesaran ditubuhnya padahal tinggi badan mereka berdua tak jauh beda.
Setelah memastikan Matthew aman di belakangnya, Zihao benar-benar ngebut hingga membuat Matthew yang tak menutup kaca helmnya harus memejamkan mata.
Hatinya menghangat dan jantungnya berdebar-debar, flunya pelan-pelan sembuh, pagi ini Zihao begitu perhatian padanya dan dia sangat menyukainya. Rasanya Matthew seperti menjadi Milea dan Zihao adalah Dilan.
Keduanya sampai di pintu gerbang sekolah lima menit sebelum benar-benar ditutup.
"Hayoloh, hampir saja bapak tutup gerbangnya, manjat-manjat dah kalian berdua, hohoho."
Matthew turun dari motor dan membiarkan Zihao memarkirkan motornya.
"Pak Jongdae jangan suka ngejek nanti kena batunya, loh," ucap Matthew sambil berlari kecil menyusul Zihao.
"Eeeehh, bocah semprul! Kurang ajar sama yang lebih tua!"
Tanpa mendengar umpatan satpam di sekolahnya itu padanya, tapi tanpa rasa bersalah Matthew justru berbalik dan menjulurkan lidahnya pada laki-laki berkepala tiga itu dengan tangan melambai-lambai seperti monyet; mengejek.
"Wah, run Zihao run!"
Matthew tertawa puas ketika satpam bersuara melengking itu murka dan mengejarnya sambil membawa pentungan, Zihao tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya dan menarik tangannya untuk berlari masuk ke dalam kelas dengan tas ditangan mereka masing-masing.
Siapa pun yang lihat juga paham bahwa keduanya saling menyukai, entah sejak kapan perasaan itu tumbuh dalam hati keduanya, tapi selalu ada perhatian kecil yang mereka tunjukkan yang menunjukkan semua itu.
Anehnya seperti obat nyamuk, itu membuat orang-orang yang tadinya tertarik pada Matthew atau pun ingin mendekati Zihao secara teratur mundur dan memendam perasaan mereka hingga waktu yang tak ditentukan.
Setelah pelajaran pertama usai, pasangan tetangga itu pun janjian untuk bertemu di kantin, sesuai janji Zihao tadi malam yang akhirnya kalah taruhan badminton, Matthew boleh memakan semua isi kulkasnya dan dia juga akan mentraktir Matthew sepuasnya selama seminggu. Seminggu! Bucin udah gila.
"Yang kayak biasanya, ya, Zao," pesan Matthew yang sudah duduk manis di kursi sambil memainkan ponselnya.
Zihao yang hendak menghampiri penjual bakso mengelus rambut Matthew sambil lalu dengan seulas senyum hangat. "Gua bawain pangsit juga buat lo."
Matthew tertawa hingga membuat matanya nampak menyerupai bulan sabit. "Yeay, temen gue orang kaya. Makasih banyak, Zihao Sayang."
Kedua langkah Zihao sempat terhenti, melirik Matthew yang tengah membersihkan hidungnya dari ingus. Dia kemudian mengembuskan napas, hanya sapaan sayang teman akrab, padahal hal yang seperti itu tidak boleh diucapkan dengan mudah, kan, meski mereka sama-sama laki-laki?
Tapi dia adalah Seok Matthew, orang yang akan dengan mudah mengucapkan kata-kata cinta, sayang, dan hal manis lainnya pada siapa pun yang dikenalnya ketika suasana hatinya tengah begitu bagus tanpa memikirkan perasaan orang tersebut.
"Pesanan datang, Tuan Putra!" teriak Zihao sambil membawa kedua makanan mereka dan meletakkannya di atas meja, kemudian dia duduk di samping Matthew.
"Kok, tuan putra, sih?" protesnya.
"Ya, masa Tuan Putri? Kan, lo cowok, gimana, sih?" Zihao menoel pipi tembem Matthew yang dibalas cubitan dipahanya oleh Matthew. "Aw! Aw! KDPT, nih!" teriak Zihao sambil mengelus-elus bekas cubitan Matthew.
"Kalau KDRT gue tahu karena sering lihat acara gosip bareng Mami, tapi kalau KDPT istilah apa itu?" tanya Matthew bingung.
"Kekerasan Dalam Pertemanan Tangga, hehe," jawab Zihao sambil nyengir. Gak jelas soalnya.
Matthew melongo. "Ihh, nggak banget tahu nggak!" Dengan beringas, Matthew memukuli Zihao, tapi sama sekali tak ada perlawanan dari laki-laki itu selain hanya mempertahankan diri dari pukulannya. "Rasain, nih! Rasain!"
"Ampun! Ampun! Ampun!"
Prang~~
Pukulan yang Matthew lakukan tak begitu sakit, Zihao justru begitu menikmati saat-saat kebersamaan mereka. Tapi itu jadi bencana ketika tubuhnya yang bongsor tak sengaja menyenggol mangkuk bakso miliknya hingga tumpah dan pecah.
Seluruh orang-orang di kantin memperhatikan mereka termasuk Bu Chaerin si pemilik kantin bakso yang saat ini sudah berkacak pinggang dengan mata melotot murka.
Oh, ingatkan Zihao dan Matthew bahwa Chaerin bukanlah wanita berhati malaikat, dia bahkan pernah menjewer telinga murid hingga memerah hanya karena lupa bayar utang.
Zihao menggaruk tengkuknya malu, sedangkan Matthew sudah berdiri menunduk dengan kedua tangannya yang menyatu.
"Anu, Bu Chaerin, maaf, ya. Anu Zihao janji, deh, Zihao bakal ganti mangkuknya sama yang lebih bagus besok," janjinya, dia kemudian melakukan peace, "suwer tekewerkewer demi kancutnya Buto Ijo."
Matthew yang menundukkan kepalanya takut tak bisa menahan gelak tawanya mendengar ucapan terakhir Zihao hingga membuat suaranya meledak.
Akhirnya karena tak boleh membeli makanan itu lagi hingga mangkuknya diganti, Matthew mengajak Zihao makan satu mangkuk berdua.
SEOK MATTHEW
***
Notes. Apa? Wkwkwk lumayan udah ada 3 view, oke ayo tingkatkan lagi. Jangan lupa like, komen, dan follow. Kalau rame lanjut new story.
Remake ChenFanfic921
KAMU SEDANG MEMBACA
CUMA TEMAN | Wang Zihao - Seok Matthew
FanfictionWarning: BxB, friendzone Tag: Boysplanet *** Wang Zihao dan Seok Matthew udah temenan sejak orok, lama-lama Zihao menaruh rasa pada Matthew tapi gak pernah berani mengungkapkan perasaannya karena takut akan merusak persahabatan mereka sampai akhirny...