First Time Cipokan

429K 793 86
                                    

Aku Gicha, sekarang 19 tahun, mahasiswi, jomblo dari lahir, ukuran BH 38, bibir tebel yang bawah doang, bokong standar ga tepos ga semok.
Cukup itu yang kalian tau.

Hari ini -ini waktu umurku 16 tahun- aku akan bertemu dengan seorang cowo yang baru ku kenal 13 hari yang lalu. Tampan, bibir penuh dan... kita lihat nanti. Sepertinya agresif kalo dilihat dari cara dia chatingan sama aku.

Kami janjian jam 20.00 dengan tujuan sebuah kafe di puncak dengan konsep tempat tidur jaring di tepi tebing. Bayangkan sendiri.

Aku pergi dengan sebuah sweater hitam v neck dipadukan jeans, rambut dikuncir kuda, simpel.
Pukul 19.56 dia jemput aku di rumah. Ah ya, kita panggil dia Satria aja.

Motornya membelah jalanan kota dengan gagah hingga masuk area hutan pinus menanjak dan menuruni jalantanpa kendala. Bulan sabit menemani sepanjang perjalanan.
Aku melingkarkan tangan di pinggangnya sehingga dadaku menempel di punggungnya. Kalian pun tau apa yang dia rasakan bukan.

30 menit kemudian kami sampai di tempat tujuan dan langsung menuju kasir untuk memesan sebuah tempat tidur jaring di tingkat paling atas dan juga makan malam. Pesanan siap dan kami langsung menuju spot yang sudah dibooking.

Pemandangan kota malam hari tersuguh indah memanjakan mata dengan lampu bertebaran. Kami menaiki tempat tidur jaring tersebut lalu menyantap hidangan masing-masing diiringi obrolan ringan. Kulihat matanya sering melirik pada dadaku yang terlihat belahannya saat aku menunduk ketika menyuap makanan.

Setelah selesai makan kami ngobrol ringan sambil berbaring menghadap pemandangan kota malam. Masih sama, matanya mencuri pendang ke gunung kembarku, namu kali ini juga ke bibirku. Tiba-tiba lampu padam sehingga tempat kami gelap gulita, sinar bulan sabit tak cukup untuk meremangkan keadaan.

Masi mencerna keadaan, tiba-tiba Satria menarik tengkukku dan langsung melumat bibirku lembut, aku masih diam, lama kelamaan ciumannya menjadi agresif, lidahnya memaksa masuk namun terhalang gigiku yang mengatup. Tangannya mulai mengusap punggung polosku dan kedepan menuju gunung kembarku -kita sebut tete aja biar simpel- dan meremasnya lembut diluar bra. Aku hanya diam menikmati sentuhan dan lumatannya. Karena lidahnya tak juga berhasil masuk, dia melepas kaitan braku dan meremas teteku dengan keras hingga aku mendesah dan lidahnya berhasil menyusup. Tangannya memainkan kedua putingku dengan pelintiran dan cubitan lalu meremas dengan kasar hingga terasa nyeri namun sungguh itu sangat nikmat. Lumatannya terhenti bersamaan dengan remasannya pada teteku yang memanas. Dia merapikan bajuku seperti semula, nafasnya masih memburu. Dan ya, begitulah awalnya aku suka kalo diremes tetenya.

 Dan ya, begitulah awalnya aku suka kalo diremes tetenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sex Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang