Dua Kali Satu Malam

224K 486 78
                                    

19 tahun
Mahasiswi

Menjelang liburan semester, aku dan teman-teman mengadakan makan bersama di tempatnya Fano sebelum pulang kampung. Karena rumahku jauh jadi aku berangkat sore dan mampir ke kost temanku -Rei- karena acaranya masih nanti malam.

Tanpa aku tau, di kost Rei ada abangnya -Eqif- yang menginap. Aku memang sudah pernah bertemu dengan bang Eqif sebelumnya dan lumayan akrab. Dia merupakan mahasiswa semester akhir di universitas yang sama denganku.

Hujan turun, rasa kantuk menyerangku dan aku memutuskan untuk tidur sebentar menunggu hujan reda. Namun ternyata kantuk lebih mendominasi sehingga saat Rei membangunkanku untuk berangkat, aku memintanya berangkat duluan dan menyusul nanti, sekarang lanjut tidur.

Satu hal yang aku lupa, ada sosok Bang Eqif disana. Beberapa saat aku bisa kembali tenggelam dalam tidurnya, nyenyak, namun tak lama dia merasakan ada tangan yang memelukku. Tangan siapa lagi kalau bukan tangan Bang Eqif.

Berusaha mengabaikannya, aku membiarkannya dan berusaha tidur kembali. Namun tangan Bang Eqif membalikkan tubuhku dan langsung melumat bibirku lembut. Aku hanya diam karena kesadaranku belum terkumpul. Tangan Bang Eqif mulai meraba dadaku diluar baju dan meremas pelan gunung kembar itu. Leguhan ringan keluar dari mulutku membuat Eqif semakin menjadi.

Lumatannya di bibirku semakin rakus,tangannya menyusup kedalam baju dan menyingkap bra yang aku kenakan. Terpampanglah payudara sital yang terasa pas di tangan. Remasan demi remasan dilakukan Eqif sambil terus menciumku hingga bibirku bengkak. Sesekali juga Eqif memainkan putingku yang sudah mengeras membuatku mendesah tertahan.

Merasa tak ada perlawanan dariku... Eqif melanjutkan aksinya dengan menghisap rakus puting yang sungguh menggoda dan terus meremas tete yang lain dengan keras.

"Aahh.. banghh... ah.. pelannnhhh... ah.."
Desahku sambil meremas rambut Eqif. Tanpa memperdulikan permintaanku, Eqif justru menggigit puting hingga desahan kembali terdengar.

"AAAHHhh... sss.sakith.. Awwh... aahh.."

Eqif meremas bokongku sensual beberapa kali sambil terus memainkan teteku dengan lidahnya. Tangannya membuka kancing dan ritsleting celanaku lalu memasukan tangannya kedalam celana dalamku. Jarinya mengusap lembut bibir memekku yang sudah basah kemudian menggesekan jarinya di klitoris yang membuatku kembali mendesah.

"Ahhh... ehhh.. ah.. ahh... aaaahh... ahh.."

"Udah becek aja. Enak kan huh.. enak?" Tanya Eqif sambil terus memainkan jarinya di klitoris Icha dengan gerakan yang semakin cepat.

"Aaahhhh... ah ... Aa..hh.. ah... baaanghh.. ah
.. astagahhh a..hh.."

"Jangan keras-keras desahnya, buka kakinya jangan diapit tangan abang."

Gerakan tangan Eqif semakin liar membuatku hilang akal ditambah lumatan Eqif di putingnya membuatku makin melayang.

"Ahhhh... aaaahhhhh... aaa aahh... baa..nghh.. aahhhh... uddaaahh.... aaahh... pleaseeaahh..."

Bukannya berhenti, Eqif justru mempercepat gesekan tangannya hingga aku merasa tubuhku bergetar.

"Aaaaagghhhh.. ashh.. ahh.. sshh..ahh..."

Nada dering telfon berbunyi dari hp Eqif berkali-kali membuatnya mau tak mau berhenti memainkan memekku yang berkedut nikmat.
Ternyata itu telfon dari Rei yang meminta Eqif menyuruh aku segera menyusul karena acara sudah dimulai.

"Padahal baru mulai. Belom juga ni sosis masuk mulut," kata Eqif yang mendapat pelototan dariku.

Akhirnya aku merapihkan diri dibantu Eqif dan segera pergi ke tempat Fano.

Di tempat Fano sudah berkumpul semua temen-temenku, tinggal nungguku saja. Acara berjalan lancar hingga selesai pukul 1.00 dinihari. Karena tak mungkin untuk pulang kerumah, aku memutuskan menginap di kost Nada, salah satu teman dekatku. Sedangkan teman-temanku yang lain sebagian ada yang pergi bermain billyard termasuk Fano, sebagian lagi pulang untuk istirahat sebelum mudik esok hari. Namun di kost Nada, aku tidak bisa tidur sama sekali, sedangkan Nada sendiri sudah tertidur pulas sejak tadi. Kacamataku juga entah kemana, antara tertinggal di kost Fano atau terbawa salah satu temanku yang tadi meminjam sehingga mataku mudah lelah menatap gadget.

Akhirnya sekitar pukul 3.00 aku menghubungi Fano menanyakan apakah kacamataku tertinggal di tempatnya atau tidak namun Fano tidak tau dan menyuruhku mengeceknya sendiri karena dia masih di tempat billyard dan baru pulang sekitar pukul 4.00, lagian pintunya tidak dikunci jadi aku bisa masuk, aku pun mengiyakan perkataan Fano. Pukul 4 lebih sedikit aku kembali ke tempat Fano dan mendapati kamar Fano gelap gulita, namun ada Hp yang menyala dan aku menyalakan lampu, ternyata itu Fano. Rupanya dia sudah kembali.

Fano bertanya kepadaku, "ga tidur kah semalem?"

"Iya ni, gabisa tidur."

"Yaudah tidur dulu sini, kunci pintunya sama matiin lagi lampunya."

Akupun menguci pintu dan mematikan lampu kemudian merebahkan diri di samping Fano. Beberapa saat kemudian aku mendengar dengkuran halus Fano, rupanya dia sudah tertidur. Aku ikut memejamkan mata berharap kantuk menghampirinya dan ketika baru saja mulai terlelap tiba-tiba Fano sudah menindihku dan melumat bibirku dengan tidak sabar. Nafasnya terdengar memberat dan cepat.

Bibirnya yang tadinya melumat bibirku turun menuju leher dan memberikan kissmark dibeberapa titik. Aku menggerang ringan, tanganku meremas rambut Fano yang masih sibuk membuat tanda merah.

Tangan Fano bergerak lincah menyusuri lekuk tubuhku lalu meremas teteku dari luar baju. Dengan tidak sabaran Fano menyingkap baju bersamaan dengan bra sekaligus hingga terpampanglah sikembar yang terlihat menggoda.

Fano langsung melahap puting kiri yang sudah mengeras dengan rakus dan memainkan tangannya di puting satunya, sesekali meremas dengan keras hingga desahan tak dapat lagi ditahan olehku.

"Asshhh.. ahh.. fannhh.."

Fano juga meninggalkan beberapa kissmark di area dada sehingga leher dan dada Icha yang tadinya mulus kini penuh dengan bercak kemerahan. Sambil memainkan tete hingga putingnya sedikit lecet dan terasa perih, Fano membuka kancing dan ritsleting celana Icha lalu menariknya kebawah menyisakan celana dalam. Fano meremas memek tembam Icha dari luar lalu menyusupkan tangannya dan mengusap memek yang kini sudah basah dengan sensual. Mengjepit klotoris dengan dua jari dan memberikan cubitan kecil.

"Aahh.. ah.. ehh.... fannn...oohh.. ashh.. ah," aku terus mendesah sambil memejamkan mata merasakan nikmat di kewanitaanku.

Fano memasukan satu jarinya ke memekku yang becek dangan sedikit kasar.
"AAkkhhh.. s..saakithh.. fannhh.. ahhh.."

"Tahan bentar, baru satu jari loh ini."

"Akkhh... pel..annhh.. asshh.. ah.."

Fano terus memainkan jarinya di lubang memekku, mengocok, memajumundurkan, dan menainkan klitorisnya dengan tempo yang semakin cepat.

"AAAhhh... ash.. akkhh.. aahh.. fanooohh... ashh.. uddaahh.. ahh.."

"Gantian," kata Fano yang sudah sejak kapan membuka celananya memamerkan Fano junior yang sudah tegak lalu berbaring. Aku sempat terdiam beberapa saat melihatnya, merasa ngilu membayangkan benda itu memasuki lubang vaginaku, jari saja terasa sakit apalagi benda sebesar itu.

"Ayo mainin, pake tangan aja," titah Fano sambil mengarahkan tanganku, "kocok pelan dulu biar ga pegel tangannya."

Aku mulai mengocok sesuai arahan Fano.

"Ahh enak banget, ahh teruss.. cepetin dikit asshh ya gitu.."

Aku menaikkan tempo kocokannya.
"Aghh mainin dari kepalanya ashh.. yeahh.. terus. Yah.. gitu. Jangan berenti ashh.."

Aku terus melakukan sesuai instruksi Fano dan terus menaikan kecepatannya hingga tanganku mulai pegal.

"Ashh.. cepetin lagi jangan berenti. Dikit lagi keluar ahh.. yeah.. terus."

Aku menuruti dengan menambah kecepatan kocokannya hingga aku merasa kalau junior itu berkedut diikuti cairan putih yang menyembur berkali-kali.

Setelahnya aku dan Fano tidur dengan nyenyak hingga siang hari.

---------

AWAS HORNY!!😌

Sex Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang