3. Orang yang Berbeda

3.5K 532 10
                                    

Keesokan harinya, tepatnya hari ke empat setelah ia merasuki tubuh Yurin, Aura memutuskan untuk menghadiri kelas lagi, lantaran asissten ayahnya telah memborbardirnya dengan segunung pertanyaan, mengapa ia bolos sekolah.

Tidak ada gunanya dia menunda segalanya karena waktu tetap berjalan seperti sedia kala. Aura hanya perlu menjalankan beberapa rencana, agar ia tidak bersinggungan dengan para pemeran dalam novel. Yah walaupun tidak akan seru jika tidak ada sesosok antagonis di dalam novel itu.

Langkah pertama yang harus ia pikirkan adalah pindah dari asramanya. Kali ini, ia akan mengambil kamar biasa saja, lalu menyimpan uang sumbangan yang di berikan oleh ayahnya untuk masa depannya. Karena menurut novel yang ia tulis, Yurin yang asli akan muncul.

Aura tidak tahu sampai kapan ia berada di dalam novel ini, sehingga ia perlu merencanakan semuanya dengan matang seperti biaya hidupnya ketika Yurin yang asli kembali. Dengan menyimpan sumbangan ayahnya, Aura mungkin bisa menghidupi dirinya selama beberapa tahun tanpa bekerja. Toh selama ini hidup yang ia lalui lebih sulit dari pada kata sederhana.

Pergantian akan di lakukan dalam minggu ini, karena sekarang adalah waktu semester baru. Aura baru saja selesai menginfokan pada pihak administrasi akademi mengenai jumlah donasi ayahnya.

Terlihat wajah kebingungan dari staf yang melayaninya ketika mengetahui fakta itu. Tentu saja hal itu mengejutkan semua orang. Berbagai banyak pertanyaan langsung terlihat jelas pada wajah staf itu. Seperti, apakah keluarga Charlane sedang mengalami kebangkrutan atau Yurin pada akhirnya di buang oleh keluarga itu.

Siapapun orang yang di akademi, pasti tahu bagaimana terobsesinya Yurin pada Liam. Tapi bagaimana bisa saat ini Yurin bahkan pindah ke kamar asrama biasa yang bahkan berbeda tower dengan pria idamannya itu. Jelas saja hal ini membuat semua orang sangat terkejut.

Tidak hanya masalah asrama saja, Yurin bahkan memilih duduk di kursi yang sangat jauh dari empat sekawanan itu. Hal itu semakin menimbulkan pertanyaan besar bagi semua orang. Apa yang sebenarnya yang sedang terjadi?

Tanpa sadar, ia memikirkan banyak hal ketika seorang profesor sastra sedang menjelaskan. Lalu entah menyadari dirinya yang memang tidak memperhatiakan profesor itu sedang mengajar, sehingga mata dengan tatapan tajam itu mengarah padanya. Yah, Aura memahami betapa menjengkelkan hidup Yurin selama ini.

"Kau bilang kau suka hujan,
tapi kenapa kau membuka payungmu ketika hujan
Kau bilang kau suka matahari,
tapi kenapa kau mencari tempat berteduh ketika matahari bersinar
Kau bilang kau suka angin,
tapi kenapa kau menutup jendelamu ketika angin bertiup
Inilah yang aku takutkan
kau mengatakan kau juga mencintai aku. Siapa penyair dari puisi ini nona Charlane?" Tanya profesor itu yang tampaknya melangkah terlalu jauh.

Aura tahu bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan, namun mengapa profesor ini mempertanyakan sesuatu padanya yang jauh dari pembahasan mata pelajaran mereka kali ini.

Jika itu Yurin yang asli, gadis itu akan meneriakan kekesalannya karena di berikan pertanyaan yang susah. Namun yang ada di dalam tubuh Yurin adalah dia, Aura si penulis novel yang terkenal.

"William Shakespeare, yang berjudul I am Afraid profesor!" Jawab Yurin dengan tenang.

Kening laki-laki itu terlihat mengernyit dengan jawaban Yurin yang di luar ekspetasinya. Tidak mungkin seorang Yurin mengetahui hal seperti ini. Tentu saja ini diluar dugaan. Bahkan bukan hanya profesor saja yang terlihat terkejut, semua orang yang ada di kelas itu juga memperlihatkan keterkejutan mereka.

"Anda tahu karya itu ya?" Tukas profesor itu terlihat tidak terima.

"Itu hanyalah pengetahuan umur Prof" jawab Yurin santai, seakan kalimatnya mengartikan hal biasa.

"She walks in beauty, like the night. Of cloudless climes and starry skies. And all that's best of dark and bright..."

"...Meet in her aspect and her eyes. Thus mellowed to that tender light. Which heaven to gaudy day denies. Karya George Gordon Byron yang berjudul She Walks in Beauty" jawab Yurin dengan wajah angkuhnya.

Lagi dan lagi, reaksi semua orang terlihat sangat terkejut. Aura sangat menikmati semua ekspresi orang-orang yang sedang melihatnya.

Pertanyaan pertama mungkin sebuah kebetulan Yurin bisa menjawabnya, pikir Profesor sastra tersebut. Namun pertanyaan yang kedua, yaitu menyambung syair dari puisi klasik, apa lagi dengan bahasa asing, Yurin bisa menjawab dan menyambungkan syair itu. Yurin bahkan sampai menyebut judul dan penyair dari puisi tersebut.

Tentu saja kali ini ia tidak bisa meremehkan Yurin, lantaran itu adalah puisi klasik yang tidak di ketahui oleh banyak orang, kecuali Yurin adalah jenius yang baru saja lahir.

Kelas akhirnya berakhir dengan Profesor yang melemparkan syair-syair puisi pada siswanya. Namun hanya ada beberapa orang yang bisa menjawab dan salah satunya tentu saja Yurin.

Di saat sedang waktu istirahat, Yurin langsung pergi dari kelas. Hal itu membuat orang bertanya-tanya, mengapa Yurin tidak menempel pada Liam untuk mengajaknya makan siang bersama. Yurin saat ini terlihat seperti orang yang berbeda.

"Dia kenapa?" Tanya Mate kebingungan.

"Loh Yurin mau kemana? Dia tidak ikut makan siang dengan kita ya?" Tanya Yura yang akhirnya bergabung dengan empat sekawanan itu.

Yura, si gadis beasiswa yang menjadi gadis favorit dari empat sekawan itu. Namun bagi Yurin yang asli, Yura adalah perebut tempanya. Hal itulah mengapa Yurin selalu melakukan pembullian pada Yura. Yura adalah tempat sasaran utama untuk melampiaskan kemarahannya. Namun layaknya seorang Female Lead pada umumnya, Yura tidak pernah membenci Yurin. Tentu saja hal putih seperti itu berhasil menarik perhatian empat sekawan.

Di sisi lain, Yurin memilih menghabiskan masa istrahatnya di dalam perpustakaan. Perpustakaan akan menjadi tempat yang teraman dan jauh dari keramaian. Aura tidak ingin mendapatkan tatapan kepo orang-orang lagi.

Langkah kakiknya mengarah pada rak yang berisi buku filosofi. Apa lagi kini tatapan matanya terlihat terpukau dengan isi rak yang sangat lengkap.

Berhubung di karenakan semua novel yang ia tulis selalu menyertakan pernyataan fakta, alhasil semua buku-buku yang ada di perpustakaan juga merupakan kebenaran seperti buku di dunianya yang asli.

Yurin meraih salah satu buku yang memang sedari dulu ia cari dan kali ini, ia menemukannya di dunia novel hasil ciptaanya. Buku itu adalah filsafat Socrates. Yah walaupun yang ia dapat saat ini adalah buku terjemahan bahasa Rusia.

Untung saja Aura mengetahui beberapa bahasa dengan fasih dan salah satunya adalah bahasa Rusia.

Karena ia telah menemukaan buku yang ia inginkan, Yurin berjalan menuju bangku yang berada di dekat jendela.

Seperti yang ia pikirkan, perpustakaan akan sangat sepi ketika sedang jam istirahat. Karena disaat Yurin ingin mencapai bangku yang di inginkannya, ia tidak menemukan siapapun.

Ia hanya tidak menyadari bahwa seseorang sedang menatapnya sedari tadi. Orang itu bahkan sampai menilai ekspresi yang ia buat sejak melihat rak buku filosofi.

Tbc

Jangan lupa vote dan commentnya ya Rek! Biar ku semangat

Boneka Pinokio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang