Tidak ada batasan untuk suatu usaha
Betapapun buruknya kehidupan, selalu ada yang dapat dilakukan, dan berhasil
Selama ada kehidupan, ada harapan.*6 Jam sebelum kedatangan Davina di kediaman Jinu*
Belasan buku warna warni dengan sampul gambar lucu disusun rapi ke dalam sebuah box kecil. Davina sedang menyeleksi buku-buku cerita miliknya untuk ia sumbangkan kepada teman-teman barunya di distrik Talleysin. Sudah lima bulan terakhir, Davina secara sembunyi-sembunyi mendatangi distrik tersebut tempat dimana anak-anak pengepul rumput tinggal. Mereka membantu orangtuanya mengumpulkan rumput untuk pakan kuda yang didistribusikan ke rumah-rumah para bangsawan.
Suatu hari setelah kelas privatnya berakhir, Davina melihat seorang anak laki-laki bersama ayahnya masuk ke rumahnya dengan gerobak yang penuh rumput-rumput hijau. Perhatian Davina tersita tatkala melihat anak kecil itu sedang membaca buku sendiri sembari menunggu ayahnya menata rumput-rumput di kandang kuda milik keluarganya. Namanya Harvard, Davina mengajaknya berkenalan lebih dulu. Harvard berusia 7 tahun dan memiliki semangat membaca yang tinggi. Keduanya saling terhubung karena menyukai buku yang sama yakni, de petit'e star.
"tidak salah kamu diberi nama Harvard" ucap Davina dengan senyum penuh arti.
"Maksud kakak?" tanya anak kecil berambut blonde itu usai ia memperkenalkan diri.
"Maksudku, namamu sangat keren" jawab Davina sambil mengacungkan kedua ibu jarinya. Nama anak laki-laki itu mengingatkannya dengan salah satu universitas ternama di bumi. Tapi Davina tidak bisa memberitahukan hal itu, karena apapun yang berkaitan dengan dunia manusia hanya boleh diketahui oleh mereka yang telah diutus Raja, seperti keluarganya.
Seminggu sekali di hari jumat, Davina datang untuk bermain dan juga membantu mereka mencari rumput liar di hutan. Davina memilih hari jumat, karena di hari itu ayah, ibu, dan kakaknya pergi mendatangi latihan gabungan militer. Mereka berangkat di pagi hari dan pulang hingga larut malam. Jumlah pasukan keamanan di rumahnya juga berkurang karena sebagian dari mereka mengawal ayah, ibu dan kakaknya. Sehingga khusus hari itu, Davina punya peluang besar untuk kabur.
"Harvard dan anak-anak lainnya pasti suka" Davina berkata pada dirinya sendiri. Rasanya tidak sabar menunggu hari esok tiba. Ia membayangkan bagaimana antusiasnya anak-anak ketika menerima buku-buku ini. Memikirkan hal itu, telah membuat hati Davina berdesir senang.
Senyumnya memudar tatkala seorang pria masuk ke kamarnya mengenakan mantel hitam khas seragam pasukan elit militer. Itu adalah ayahnya, Jendral V. Ia tampak terburu-buru ingin menemui Davina tanpa sempat melepas mantel bulunya.
"a-ayah" ucap Davina seraya buru-buru menaruh box tersebut di barisan rak bukunya paling bawah. Ia segera berdiri menutupi box tersebut dengan tubuhnya. Melihat ekspresi ayahnya yang tampak serius membuat Davina bergidik takut. Ia tahu dirinya akan dimarahi karena hari ini ia melakukan kesalahan fatal secara sengaja.
"ayah tidak habis pikir kamu kabur dari kelas yang telah disiapkan oleh Ratu. Ini hari pertamamu, tapi kamu justru tidak hadir. Tindakanmu ini sangat tidak menghormati Ratu dan Profesor Centauri. kamu juga tidak menghargai para kandidat lainnya yang tidak terpilih." Cecar Jenderal V dengan suara beratnya yang mengintimidasi.
Davina tahu keputusannya untuk kabur akan memancing amarah ayahnya. Meski ia telah bersiap untuk itu, tapi tetap saja rasanya menakutkan berhadapan dengan ayahnya dalam situasi seperti saat ini.
"M-maafkan aku ayah. Aku tidak mau mengikuti pemilihan putri mahkota. Aku tidak mau masuk ke istana" Ucap Davina dengan suaranya yang pelan karena takut.
"Alasan ini lagi" jawab Jenderal V sambil menarik nafas panjang berupaya tidak meluapkan amarahnya kepada putri bungsunya itu.
"Davina, ingat kesepakatan kita saat mengunjungi istana Ratu? kamu berjanji akan mengikuti pemilihan ini hingga akhir" Seru Jenderal V pada putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEDOM : cannot be bestowed, it must be achieved. | HARUKYU & JEONGKYU AU
FantasyAda banyak bentuk kehidupan di luar angkasa yang luas ini. Realitas jagad raya tidak semata-mata hanya memiliki satu planet layak huni untuk menunjang satu kehidupan. Ada milyaran, triliunan, bahkan lebih dari itu-jumlah planet di dalam keseluruhan...