Sebagian di publish ulang!!
ʟᴇᴀᴅᴇʀ ʙᴜᴋᴀɴ ꜱᴇᴍʙᴀʀᴀɴɢ ʟᴇᴀᴅᴇʀ!
Ketika ketua geng terkenal akan menjadi seorang ayah!!
Bagaimana jika seorang Sagaragas Altair Galaksa, leader ASTEROID GANG- cowok berperawakan tinggi, hidung mancung, alis tebal, dan mat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prang....
Brakk...
Suara pecahan kaca terdengar dari dalam kamar Saga, laki-laki itu lagi dan lagi mengamuk.
"LO NGGAK BISA NINGGALIN GUE RAISA," teriak Saga, ia melampiaskan amarahnya dengan membuang apapun yang dilihatnya termasuk gitar kesayangannya sudah hancur di lantai.
"Sa buka woi, jangan gila," kata Gama dari luar kamar, sudah hampir tiga puluh menit Saga di dalam kamar.
"PERGI LO SEMUA BANGSAT," teriak Saga. Laki-laki duduk di lantai, dekat ranjangnya. Kamarnya begitu berantakan, meja belajarnya sudah tak berbentuk lagi, dinding kamarnya sedikit retak akibat pukulan Saga beberapa kali, kamarnya tak terbentuk lagi, kaca balkon kamarnya terbuka lebar, hingga angin menghembus masuk kedalam.
"Gue nggak mau ditinggalin Ra," lirih Saga. Tak terasa air matanya luluh begitu saja, tidak! Saga tidak cengeng, hanya saja dirinya tak bisa berjauhan dengan Raisa.
Bagaimana jika Raisa mengidam, siapa yang akan mengurus dirinya. Baru sehari saja tak bertemu gadis itu Saga sudah merindukannya setengah mati, apalagi jika ia tak bisa melihat Raisa selama-lamanya, bisa-bisa dirinya tinggal mayat.
Saga menggeleng, berusaha mengenyahkan pikiran itu. "Enggak, itu nggk akan terjadi. Gue bakalan hidup sama Raisa sampe mati, itu pasti," ucap Saga.
Ia menghapus air matanya, lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Saga akan menelfon Raisa, berharap wanita itu menjawab telfonnya, dan soalnya nomor Raisa tak dapat dipisahkan hubungi.
Arghhh...
"Lo kemana sih."
Prangg....
Saga melempar ponselnya tepat di dinding, hingga ponsel berlogo apel digigit itu hancur berkeping-keping. "RAISA," teriak Saga, ia tak tahan begini. Ia memikirkan Raisa, bagaimana keadaan gadis itu.
"Hikss... G... Gue nggak bisa tanpa lo Ra," Saga kembali menangis, ia menundukkan wajahnya menatap kepalan tangannya yang berdarah. Sakit di hatinya lebih dalam daripada sakit di tangannya.
"Gue janji Ra, gue bakalan nyari orang yang buat kita jadi gini, setelah itu gue bakalan nyusul lo Ra," lirih Saga, ia mendongak menatap langit-langit kamarnya, mata yang tadi terlihat lemah kini dengan cepat berubah.
"Sekali gue dapet! lo semua tamat," desis Saga. Di luar kamar, teman-teman Saga tengah duduk di sofa. Mereka sedari tadi hanya mendengar suara bantingan dan teriakan dari dalam kamar Saga.