--- Huening Clay
--- Canaya Amberline
Badannya terlalu lemah. Seharusnya dirinya tak perlu memaksakan tubuhnya ini untuk pergi sekolah, namun terlambat kelas saja sudah di penghujung mata pelajaran.
"Wih, ada wibu nih." Baru saja beranjak untuk pulang mengemasi barangnya. Tetapi ada yang menahannya, untuk tetap di duduk.
"Bawa dia ke gudang."
Menyeret tubuh tinggi itu. Tak ada perlawanan sebab ia sudah tidak kuat. Menghantamkan ke tembok gudang sekolahnya dengan keras, punggungnya sakit. Rasa sakit juga kian menjalar ke kepalanya... begitupun perutnya yang tiba-tiba terasa mual.
"Dengerin gue." Mengangkat kerah bajunya.
"Bisa ngga sih, lo sama nyokap lo gausah sok deket sama kita?"
"Kalian itu cuma numpang, paham!"
Mencenkram dagunya. Dan kembali menghantamkan tubuh itu ke tembok, beberapa pukulan diterimanya. Terakhir kepala belakangnya membentur tembok sebelum ia tergeletak lemas.
Sayup-sayup terdengar tangisan seseorang saat tak sengaja melewati gudang. Dengan penasaran ia pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam gudang tersebut. Namun saat memutar knop pintu tak dapat di buka—terkunci.
"Mana di kunci lagi, ish."
Sebelum mengambil kunci, ia memastikan kembali siapa yang berada di dalam gudang itu. Wajahnya dimajukan pada lubang tempat kunci, tak lupa mengetuk pintu tersebut.
Namun nihil, malah terdengar isakan. Tak terlihat apa-apa di dalam sana sebab keadaan yang gelap gulita.
Tapi ia yakin di dalam sana ada seseorang. Meskipun sedikit aneh akan tangisan itu, terdengar seperti tangisan anak kecil. Takut, tetapi ia juga penasaran dan akhirnya memutuskan untuk mengambil kunci gudang.