BAB 5 : Gagal Lagi

62 10 0
                                    

Ø Mungkin ada beberapa typo

Ø Bahasa Baku

Ø Mungkin masih ada yang belum sesuai dengan EYD

Ø Cerita bertemakan LGBT/sesama jenis/boys love/boyXboy/gay/YAOI/MPREG

Ø Dewasa 18+

Jika tidak suka dengan genre cerita yang saya buat, saya tidak memaksa untuk membaca.



Selamat Membaca dan Selamat Menikmati!

***





Danan memarkirkan sepeda motornya di teras rumah Askara. Lalu mengikuti Askara memasuki rumah.

“Silakan duduk dulu, Dan.” Askara meletakkan tas di atas sofa yang sudah tua sembari meletakkan tas keresek berisi makanan yang ia beli tidak jauh dari kampus di atas meja kaca berwarna hitam di depan sofa. “Aku akan ke dapur dulu untuk mengambil piring.”

Asakara pergi ke dapur setelah mendapatkan jawaban dari Danan berupa gumaman. Sementara Danan mengeluarkan laptop dari dalam tas dan meletakkan laptop di atas meja. Lalu duduk di sofa menunggu Askara kembali dengan membawa piring, sendok, gelas dan air minum.

“Aku ke kamar dulu sebentar,” ucap Askara segera pergi tanpa menunggu jawaban Danan setelah meletakkan peralatan makan di atas meja.

Askara berjalan menuju kamar di mana Alankar berada. Ia mengetuk pintu sebelum membukanya secara perlahan, takut membuat Alankar merasa tidak nyaman.

Mendegar suara ketukan dan derit pintu yang dibuka, Alankar yang duduk bersila dengan mata terpejam dan ke dua tangan berada di lutut pun membuka mata.

“Kenapa kamu duduk bersila?” Askara menghampiri Alankar dan membantunya untuk meluruskan kakinya. “Untuk sementara kamu jangan menekuk kakimu dulu. Nanti luka-luka di kakimu akan terbuka.”

Alankar hanya diam saja dan pasrah mengikuti keinginan Askara.

“Kamu sudah makan?” tanya Askara.

“Belum.”

“Mau makan bersama?” tawar Askara menatap wajah Alankar yang warna lebam di seluruh wajahnya mulai menghilang. Hanya menyisakan sedikit warna ungu yang samar, membuat garis wajahnya terlihat jelas. “Tadi waktu jalan pulang ke rumah aku membeli makanan. Kalau mau kita bisa makan bersama dengan temanku di ruang depan.”

Alankar menatap tajam Askara.

Askara merasakan dirinya merinding dengan tatapan Alankar. Dengan tersenyum kaku ia berkata, “Jika kamu tidak mau, tidak apa-apa. Aku akan membawakan makanannya ke sini untukmu.”

“Tidak perlu!” tolak Alankar cepat. “Aku akan makan bersamamu.”

Sebenarnya Alankar masih tidak dapat menerima dan percaya bahwa ia tidak bisa membaca pikiran Askara karena tenaga dalamnya yang lemah. Karena itu ia berencana untuk mencobanya kepada orang lain. Dan kebetulan Askara membawa temannya ke rumah, jadi Alankar tidak akan melepaskan kesempatan ini.

 Selemah apapun keadaan dirinya, jika hanya sekedar menghapus ingatan tanpa perlu membaca dan mengubah ingatan Askara, seharusnya ia bisa melakukannya. Sebab pada dasarnya para duyung memang memiliki keahlian itu sejak mereka lahir. Hanya saja ada beberapa duyung yang memiliki kekuatan lebih untuk menghilangkan ingatan seseorang. Seperti dirinya yang bisa menghilangkan ingatan seseorang dan menggantinya dengan ingatan baru. Atau seperti kakak pertamanya yang bisa menghilangkan ingatan orang banyak dalam waktu bersamaan tanpa perlu adanya kontak fisik.

Pada dasarnya duyung hanya bisa menghilangkan ingatan satu orang saja. Dan itu harus menggunakan kontak fisik. Namun saat ia mencoba menghilangkan ingatan Askara saat pemuda itu menyentuh dirinya, ia masih tidak bisa menghapus ingatan pemuda itu. Dan ini sangat mengganggu pikiran Alankar.

DUYUNG [Slow Update | BL | MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang