18. Supir Taxi VS Mami Mertua

161 16 2
                                    

"Bukannya wajar sih, Mba kami para lelaki tahu itu kesalahan dan pengkhianatan atas pernikahan dan cinta itu sendiri tapi yah bagi lelaki yang rentan karena pergaulan dan godaan jadi hal biasa bagi laki-laki mbak. Tapi Saya punya anak perempuan juga. Kalau saya tau suaminya bejat ya saya hajar juga. Kenapa? Karena saya tau itu salah meski hal yang sama bukan berarti itu benar." Serunya menjelaskan.

Linar mengangguk setuju. Dia sendiri masih belum.. membenarkan perselingkuhan Dean. "Ehmm Pak, apa menurut bapak lelaki yang pernah di maafkan karena selingkuh ngga akan mengulang hal yang sama atau dia harus di beri pelajaran baru bisa jera?"

Naif ! Pertanyaan yang naif memang.

Dddrrtt ... Ddrrt ..

Panggilan telepon dari sang suami yang ia biarkan, merasa jengah ia matikan daya gawainya.

"Hahaha kenapa? Mbak lagi curiga suaminya selingkuh yah ? Urusan jera atau tidaknya setelah dimaafkan dan di beri pelajaran sih yah tergantung orangnya. Tapi yang jelas ... "

Linar semakin fokus mendengarkan, tahu akan ada saran atau pandangan yang berguna dari kacamata lelaki.

"Saya pernah dengar dari ceramah ustadz yang saya tonton di channel youtubenya, kalau sehancur apapun rumah tangga seorang istri haram hukumnya meninggalkan istananya, istri berkewajiban memperbaiki dan mempertahankan rumah tangganya kalau memang sulit bertahan yah berserah diri, banyak berdzikir supaya hati tenang atau menyerah sekalian, pastikan sudah dicerai baik-baik baru boleh meninggalkan rumah  Karena seberapa runtuh istananya seorang istri tetap ratunya agar tidak berdosa di mata Allah dan masyarakat"

Linar mengangguk dalam diamnya ia juga pernah dengar kutipan ceramah itu dan itulah alasan malam ini ia berniat pulang ke rumahnya sendiri demi menenangkan diri tanpa harus menjaga sikap dan hati orang lain di saat hatinya sedang bercerai derai.

Walau sulit bagi dirinya yang tak memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan selalu mencoba melarikan diri tapi ia bertekad menjadi wanita tangguh yang tahu sejauh mana harus bertahan dan kapan harus berhenti.

****

Di lain tempat.

Dean berjalan cepat menyebrangi ruang tamu menuju ruang keluarga dan mendapati sang mami yang tengah santai menyaksikan acara TV.

"Mami"

"Mas, kamu kenapa baru pulang dan kenapa dengan penampilan kamu berantakan banget kelihatannya?" Tanyanya bertubi-tubi.

Dean menggeleng sekali tanda tak mau membahas lanjut "Linar mana, Mi dia masih ada di kamar kan?" Tanya Dean sembari berbalik menuju tangga.

"Linar sudah buru-buru pulang bahkan dia ngga jadi makan di saat dia udah memegang piring dan sendoknya" ucap sang Mami jengkel.

Dean mematung di tempat sedetik kemudian dia berbalik lemah, pundaknya turun ia meringis sesal dalam hati.

"Apa dia suka begitu kalau di rumah, pulang main semaunya, jarang masak bahkan dia keluar malam tanpa nunggu kamu hah istri macam apa itu, Mami ngga sangka dia jadi seenaknya begitu selama ini mami pikir dia istri rumahan yang penurut tapi di depan mata mami bisa-bisanya dia pergi gitu aja, ngga sopan!" Adu sang mami jengkel.

Dean memejamkan matanya resah, ia memiliki andil besar di dalamnya alasan istrinya itu pergi terburu-buru inilah yang ia takuti dan benar saja ia terlambat dampaknya pada orang yang sama istrinya sendiri yang harus mendapat komentar negatif seperti ini dan itu semua karena ulahnya.

"Mi, Linar sudah minta izin ke aku untuk keluar. Jadi mami cukup bahas ini yah" pungkasnya berbalik dan menjauh.

"Kamu ngga usah nutupin salahnya istri kamu dong, Mas! Kamu bohong kan buktinya kamu panik pulang langsung tanya keberadaan Linar itu artinya kamu ngga tahu di ada dimana dia pergi tanpa izin kamu kan!" sentak sang mami berang.

"Bukan, Mi " Sangkal Dean lelah, ia memang sudah lelah sepanjang hari ini.

"Yang pasti mami harus tahu, Linar memang selalu jadi istri yang baik tanpa banyak nuntut karena dia menjaga perasaanku aku aja yang terlalu banyak maunya" serunya mengecil di ujung suara.

Sang mami menangkap ada kilatan penyesalan di bola mata pekat anaknya. Ada masalah persis dugaannya selama ini membiarkan Dean berbalik menjauh.

****

Dean yang sadar bahwa jejak istrinya sudah benar-benar menghilang memutuskan untuk mengambil barang secukupnya dan pergi secepat mungkin, di sepanjang jalan Dean meratap sesal gawainya karena gagal menghubungi istrinya yang sudah di nonaktifkan gawainya.

****

Saat sampai di rumah setelah menunaikan sholatnya dan makan malam yang ia beli di pinggir jalan. Linar berulang kali menimbang haruskah ia memutar video yang ia rekam di malam penggerebekan itu. Tapi kuat kah hatinya sekali lagi menonton adegan memuakkan sekaligus menyedihkan dalam hidupnya!

Jawabannya jelas belum, ia masih belum siap memutar ulang video artinya memutar ingatan sedihnya dengan teramat jelas karena tanpa perlu mengulang ingatan itu terus menghantui dan melumpuhkan hatinya.

Ah, hampir saja ia lupa Linar harus kembali membangun amunisinya demi masa nanti.

"Ia, jadi berapa keuntungannya perbulan kalau aku mengambil saham bank yang itu?"

"Iya memang lebih afdol kita bertemu untuk bicarakan ini lebih lanjut, ok atur aja dan beri aku pesan. Terimakasih" tutupnya setelah berbincang di telepon genggam cukup lama. Linar memutuskan untuk pergi ke kamar mandi membersih kan wajahnya.

Setelah ia keluar dari kamar mandi ia terkejut melihat suaminya sudah bertelanjang dada tapi masih mengenakan celana kerjanya tengah duduk di ujung ranjang dengan kepala menunduk terlihat kacau.

Namun Linar memilih tak menghiraukannya ketika ia menyadari tatapan menusuk di punggung belakangnya saat ia berjalan dan membuka lemari besar lalu menyalin baju dengan piyama panjangnya. Dia terkejut saat Dean kemudian memeluknya dari belakang saat dia hampir mengaitkan kancing terakhir.

"Mas?" tanyanya mengambang.

"Aku pikir kamu pergi lagi, Aku takut. Kamu nggak boleh pergi udah cukup kamu kabur kemarin Lin. Aku cinta kamu!" racau Dean pelan sambil terus memeluk Linar.

Airmata turun dari pelupuk mata Linar. Linar buru-buru menghapusnya. Dia tidak boleh lemah. Dirinya memang Masih memiliki banyak alasan untuk bertahan tapi ia menolak bersikap naif atau berlagak jadi istri yang kuat karena sudah total mencintai sang suami yang jelas-jelas bersalah.

Setidaknya ia harus berusaha mempertahankan dan mencari keuntungan untuk dirinya selagi bisa.

Toh jikapun hasilnya nanti mengecewakannya dia sudah siap untuk berpisah bukan? Seperti kata sang mamah dan pak supir tadi, berserah diri dan berusaha mempertahankan janji suci atau menyerah sekalian, pastikan sudah dicerai baik-baik baru boleh meninggalkan rumah. Karena seberapa runtuh istananya ia tetap ratunya agar tidak berdosa di mata Allah dan masyarakat"

Karena cinta itu suci yang jatuh pada dua hati yang saling terkunci, di persatuan pada ikatan suci atas ridho sang Maha Suci.

Linar diam saat Dean masih meracau ketakutan dan penyesalannya yang terdengar lagu lama di telinganya. Basi!

Linar mengangguk sekali dan melepas rengkuhan cukup kuat hingga bisa bebas dan berbalik, ia mendongak membalas tatap.

"Kalau kamu takut dan menyesal cukup buktikan dan konsisten berubah lebih baik, Mas  jujur aku udah terlalu kecewa sama kamu sampai aku udah ngga minat percaya lagi sama kamu. Dan aku sadar aku ini masih seorang istri yang jauh dari kata cukup buat kamu, kan? Jadi aku tunggu maksud kamu aja?" Ucapnya datar dan melangkah tapi di tahan.

"Apa maksud kamu?" Tanya Dean tegang.

Dikhianati SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang