Chanyeol menyeka pipinya. Goresan itu terasa menyengat perih alih-alih sakit. Masih cukup banyak darah pada jarinya. Dia menyekanya dengan ujung lengan bajunya.
Ketika dia membuka pintu, Wendy berada di ruang tamu dan memasang masker hitam. Kemarin dia baru memotong rambutnya, menjadi lebih pendek dengan potongan shaggy yang berantakan dan ujungnya hanya mencapai tengkuknya. Dengan topi yang dipasangnya kemudian, ia terlihat seperti orang lain.
"Pipimu. Aku baru mengisi kotak pertolongan pertama. Masih ada di kamar."
"Hmm."
"Terjadi sesuatu?"
Chanyeol mengangkat sudut bibirnya. "Ceritanya kutinggalkan di depan pintu." Dia berhenti di samping Wendy. "Pergi misi?"
"Entahlah. Detailnya ada di depan pintu. Aku tidak bisa memperlihatkannya sekarang."
Chanyeol hanya tertawa. Dia menarik Wendy dan menempelkan kening mereka berdua. "Good luck."
"Give me your lucky charm." Wendy mendongak dan mengecup bibir Chanyeol sekilas. "Thanks."
Chanyeol mengakhiri cerita harinya dengan menyeka lukanya, Wendy melangkah keluar untuk memulai cerita harinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a/n: terima kasih telah bersamaku di cerita ini!! :D i'm so happy to read notifications from you all, dan masa nostalgiaku dengan kembali nulis wenyeol ini rasanya berkesan banget, hehe. sampai jumpa di karya berikutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
codename: red apple
أدب الهواةChanyeol mengamatinya lagi dari kursi belakang. Perempuan itu persis seperti yang digambarkan berita dari mulut ke mulut yang didengarnya. Sang target misi. Namun, Murmansk akan memberikan cerita yang berbeda untuknya.