Author's pov
Claire menikmati setiap hembusan angin yang menyapa kulitnya melewati balkon kamar kost nya. Entah kenapa matanya sangat gemar menatap gelapnya langit malam yang sepi. Tak ada bintang sama sekali yang biasanya ikut meramaikan. Sudah jam 12 malam tapi Claire belum bisa memejamkan matanya.
Drrt drrt
Getar hp Claire yang sedang ia genggam membuat lamunannya buyar. Ia melihat nama pengirim pesan yang terpampang disana. Dari Ale rupanya, mereka sempat bertukar nomor hp tadi sebelum berpisah saat Ale mengantar Claire ke kost nya. Sungguh gercep bukan?
Al
Ngapain malem² sendirian dibalkon kak? Ketemu mba kunti ntar wkwk.
00.34Claire mengangkat sebelah alisnya heran. Kenapa Al bisa tau bahwa dia sedang beradu dengan angin diluar? Batinnya.
Claire
Loh ko tau aku diluar?
00.35"Yaa tau lah kak. Orang balkon kakak balkon aku juga hahaha." Claire kaget tiba-tiba Al sudah dibelakangnya membawa sebuah gitar ditangannya. Claire hampir lupa kalau balkon kost ini terhubung dengan balkon rumahnya Ale. Jadi rumahnya dan kost itu sebelahan dan sama-sama dua lantai. Kebetulan kamar kost yang Claire tempati ada dilantai 2 makanya dia bisa main di balkon.
"Yawlohh Al ngagetin ajaa. Tengah malem loh ini." Raut wajah Claire yang ketakutan membuat Al gemas dan tak bisa menahan tawanya.
Sontak membuat Claire kesal dan mengerucutkan bibirnya, "ihhh ko malah ketawa si. Kalo aku jantungan gimana? Bisa mati ditempat aku." rengek Claire yang semakin membuat Al gemas dan secara tidak sadar mengacak-acak rambut Claire.
"Jangan gemash gemash napa kak malah gabaik buat jantung aku hehe," Lagi-lagi tanpa sadar Al membuat Claire mematung karena kelakuannya.
"Yee malah diem gituu mau gantiin patung pancoran?" Al tersenyum kemudian mengambil tempat di kursi yang ada di balkon kemudian diikuti Claire yang duduk disebelah Ale.
Ale menyetel senar gitarnya bersiap membawakan lagu lagu. Mungkin saja bisa menenangkan pikiran malam yang menekan.
"Ada request saudara?" Al berlagak bak pengamen perempatan yang suka minta sumbangan tapi nyolot.
Claire tersenyum mendengarnya, "Eumm apa ya." Ucap Claire sambil menerka-nerka kira-kira lagu apa yang harus ia request.
"Lagunya Mahalini yang itu nah apasih judulnya, eumm sial. Nah yang itu tau ga?" yang bisa dipikirkan Claire hanya lagu itu karena lagunya selalu muncul di fyp t*ktok nya.
"Waduhh dalem banget tuh lagu, buat mantannya ya hahaha." Tanya Ale.
"Ihh enggaa Al. Tuh lagu muncul di fyp mulu tau, jadi yang muncul dikepala juga itu."
"Oooh fyp toh." Ucap Ale dengan nada bicara dan ekspresinya yang seakan mengejek Claire.
"Iyaaaa fyp, bukan karena mantan!" Claire mulai kesal karena dia sama sekali tidak bermaksud untuk mengenang mantan pacarnya tapi Ale malah mengejeknya.
"Iyaa iyaa, aku nyanyiin yaa?! Hope you can enjoy it." Ale yang seakan mengerti dengan melihat raut wajah Claire yang berubah, cepat cepat ia mengiyakan dan mulai memetik senar gitarnya melantunkan lagu yang di request Claire.
Bait demi bait lagu Ale nyanyikan dengan suaranya yang merdu. Tak lupa sesekali ia melirik kearah Claire yang fokus menikmati nyanyiannya. Claire yang terhanyut oleh suasana kemudian mulai ikut bernyanyi bersama Ale. Menyesapi dalamnya arti dari lirik lagunya dan tanpa sadar Claire mengenang masa kelam kisah percintaannya sebelum akhirnya memutuskan untuk sendiri.
Ale memetik gitarnya untuk yang terakhir menandakan bahwa lagu yang mereka nyanyikan bersama tadi telah selesai dibawakan dengan sempurna. Ale tersenyum lebar karena puas dengan suaranya dan gonjrengan gitarnya yang sempurna ditambah dengan suara Claire semakin membuat lagu yang mereka nyanyikan pas untuk didengar.
"Widiii ada yang menghayati banget nih nyanyinya." Lagi-lagi Ale tak henti-hentinya mengejek Claire karena ia suka ekspresi Claire saat marah. Ingin rasanya Ale mencubit pipi Claire dengan gemas.
"Apasih." Claire menatap Ale tak suka.
"Hahaha marah marah mulu ih, kan akunya jadi gemes pen gigit." Ale menatap lekat Claire, sepertinya ia benar-benar tertarik dengan gadis satu ini. Yang ditatap hanya diam tak tahu harus merespon apa dan membuat suasana menjadi canggung.
Mereka berdua sama-sama diam, tak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan lagi. Claire yang mulai sibuk dengan ponselnya dan Ale yang bersenandung mengikuti gonjrengan asalnya sambil berpikir apakah ia terlalu agresif? Soalnya Claire tiba-tiba terlihat badmood.
Ale berdeham untuk mencairkan suasana. Sepertinya ia sudah lost control. Yaa siapa suruh mba Claire nya gemes banget, batin Ale.
"Udah malem loh ini kak. Ga ngantuk apa?" tanya Ale. Claire yang ditanya langsung melihat ke arah Ale dan kembali melihat layar ponselnya.
"Ah iya, ga kerasa udah mau jam 2 pagi aja." Claire menguap menandakan dirinya sudah seharusnya kembali ke kamarnya untuk istirahat.
"Nah kan udah ngantuk tuh, waktunya bobo yeayy." Seru Ale, seraya bertepuk tangan kecil. Claire mengernyitkan dahinya ketika mendengar kata 'bobo' yang terlontar dari Ale.
"Apasih kok bobo, kayak anak kecil aja." Jawab Claire yang menampilkan wajah tidak suka.
Ale yang sadar akan perubahan wajah Claire langsung merasa salah kata. "Oh iya maaf, dah sana tidur syuh syuh." Ucap Ale sambil mengayunkan tangannya seakan mengusir Claire.
"Dih. Yaudah byee, makasih yaa udah ditemenin trus dianter pulang juga tadi." Ucap Claire dengan senyum manisnya.
"Iyaa sama sama, jangan lupa bintang 5 aja buat ojeknya sama kost nya hahaha."
"Amann, bintang seratus juga ntar ku kasih, kalo mau bintang beneran juga gapapa ntar tak ambil dulu dilangit." Jawab Claire membalas candaan Ale.
"Widii mentang mentang bidadari nih enak banget bisa ngambil bintang." Balas Ale.
Claire tidak bisa menahan senyumnya karena gombalan Ale, "Dih gombal mulu."
"Lahh siapa yang gombal, orang bener kok. Udah udah, sana tidur ngomong mulu ntar gajadi tidur malah." Ale mendorong punggung Claire pelan. Claire pun beranjak pergi meninggalkan Ale yang masih berdiri di balkon. 'Tu anak ga tidur kah ya' Batin Claire. Ah sudahlah, Claire sudah terlalu mengantuk untuk memikirkannya lagi.
Claire bersiap untuk tidur dan merebahkan tubuhnya dikasur empuk kamar kostnya. Hari ini sudah cukup melelahkan, dan sudah saatnya beristirahat. Semoga besok banyak hal baik yang terjadi. Dirinya juga sudah tidak sabar kira-kira besok akan jalan-jalan kemana.
***
To be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Destiny
DiversosTakdir. Satu kata yang menjebak manusia dalam rasa syukur, bersalah, senang, kecewa serta beribu rasa lainnya. Namun bagaimanakah jika kehidupanku dikelilingin suatu keanehan? Freak destiny? Apakah pertemuan kita juga berada didalamnya ?