Prolog

25 4 1
                                    

Terlihat gadis kecil yang begitu menggemaskan sedang bermain seorang diri di sebuah taman bermain. Dia begitu bahagia bermain sendirian, tidak peduli dengan sekitar bahwa banyak anak kecil lain yang juga bermain. Sehingga ketika dia mendengar suara orang meringis, dia menolehkan pandangannya menuju arah suara itu dan dia pun melihat seorang anak laki-laki yang sepertinya lebih tua darinya sedang meringis kesakitan karena kakinya yang terluka sehabis jatuh. Gadis kecil itu kemudian menghampir anak laki-laki.

"Apakah sangat sakit?" Tanya nya ikut meringis melihat luka di lutut anak laki-laki itu.

"Sedikit, tapi tak apa, saya kan laki-laki jadi aku tidak boleh menangis hanya karena luka kecil ini" sahutnya.

"Hmm.." ucapnya menganggukkan kepala, kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celana seperti akan mengambil sesuatu. Dan benar saja gadis kecil itu mengambil sebuah plester luka motif kucing lalu menempelkannya pada lutut si anak laki-laki tersebut.

"Nah.. sudah. Semoga cepet sembuh iya kak" ucapnya tersenyum cantik dan menggemaskam. Anak laki-laki yang sedari tadi memperhatikan apa yang di lakukan gadis kecil di hadapannya pun ikut tersenyum.

"Makasi dokter cantik" ucapnya mengusak rambut si manis. Gadis kecil itu bersemu karena ucapan terimakasih itu.

"Dokter?" Tanya nya.

"Hmmm.. orang yang bisa mengobati biasanya kan dokter. Jadi kamu adalah dokter cantik" jelasnya.

"Tapi aku bukan dokter kak"

"Tetap saja kamu adalah dokter saya"

"Ihhh.. kakak gak boleh gitu. Jadi dokter itu susah tau" ucapnya menggemaskan.

"Benarkah. Kakak baru tau. Owh iya nama dokter cantik ini siapa?"

"Iya kata bunda jadi dokter itu susah. Namaku Mega kak. Kalo kakak siapa? Ah.. bagaimana kalo aku panggil Kagan aja"

"Nama yang cantik seperti orangnya. Saya akan mengingat nama cantik dari dokter cantik. Kenapa Kagan?"

"Iya karena kakak ganteng jadi kagan itu artinya kakak ganteng" jelasnya.

"Oke dokcan" ucapnya

"Dokcan?" Tanya nya bingung

"Dokter cantik" sahutnya mengusak rambut yang lebih kecil.

"Kakak.. aku jadi malu" ucapnya dengan menunduk malu.

"Lucu sekali sih..Kamu bermain sendirian saja?" Tanya nya ketika melihat Mega hanya sendirian.

"Iya kak.. lebih nyaman karena tidak perlu ribut" tukasnya.

"Ribut?"

Dia mengangguk kemudian berdiri dan membersihkan pakaian karena tadi duduk di tanah.

"Kalo begitu aku lanjut main dulu kak, semoga kakak cepet sembuh iya, kan sudah diobati sama dokter cantik" ucapnya kemudian mulai berjalan meninggalkan anak laki-laki itu.

"Kakak boleh ikut main sama kamu?" Tanya Yoongi yang berhasil menghentikan langkah Mega. Iya nama anak laki-laki itu Yoongi.

"Kakak gak jahat kan?" Tanya nya menyelidik.

"Kalo jahat bagaimana?" Tanya Yoongi jahil.

Mega hanya mengendikkan bahunya kemudian berjalan lebih dulu. Tapi langkahnya terhenti ketika tidak mendengar langkah orang mengikutinya dan ketika dia berbalik, benar saja Kagan nya masih berdiri disana menatapnya. "Kenapa masih berdiri? Katanya mau ikut bermain bersamaku" ucap Mega.

Yoongi terkekeh kemudian berjalan menghampiri Mega. "Saya pikir kamu tidak mau bermain dengan saya" jawabnya.

"Apa aku bilang begitu tadi?" Tanya nya dengan ekspresi lucu khas anak kecil.

"Tidak. Mungkin saya salah duga saja. Kita mau main apa?"

"Hmmm" Mega sedang memikirkan apa yang harus mereka lakukan.

"Aha.. kita buat rumah-rumahan saja kak" ucapnya tiba-tiba.

"Oke" sahut singkat Yoongi kemudian menggenggam tangan Mega berjalan menuju tempat membuat rumah-rumahan.

Setelahnya mereka sibuk membentuk rumah dari pasir yang memang sudah ada di taman bermain itu. Setelah selesai Mega menepuk tangan kotornya kemudian berjalan menuju ayunan dekat sana sambil memperhatikan Yoongi yang masih fokus pada bangunan rumahnya.

Mega asik bermain ayunan. "Wah Kagan pintar sekali membuat rumah, besok Kagan pasti bisa jadi arsitek yang hebat" pujinya ketika melihat rumah-rumahan yang Yoongi buat.

Yoongi mengernyit heran, bagaimana gadis berusia 5 tahun ini tahu tentang arsitek. "Arsitek?" Tanya nya.

"Iya arsitek. Kata ayah kalo kita mau membangun rumah kita harus menghubungi seorang arsitek agar bisa membuat rumah impian kita" jelasnya dengan lucu.

Yoongi terkekeh kemudian ikut bergabung bermain ayunan bersama Mega. "Kamu mau buat rumah impian kamu sendiri?" Tanya Yoongi.

"Tentu saja, bukankah semua orang seperti itu? Akutuh mau buat rumah yang gak gede-gede banget kak, yang penting nyaman dan ada balkonnya biar setiap hari aku bisa melihat hiruk pikuk kota dari atas balkon pasti seru dan malamnya pasti bisa membuat ketenangan dengan pemandangan malam yang indah" jelasnya.

Lagi, Yoongi lagi-lagi mengernyit. Gadis sekecil ini bisa mempunyai angan-angan rumah yang begitu indah. Yoongi masih diam mendengarkan Mega mendeskripsikan rumah impiannya.

"Terus nih iya kak. Aku tuh mau rumahnya cuma ada 2 kamar atau 3 kamar intinya cukup untuk aku dan keluarga kecilku tinggal bersama. Terus  cat rumahnya itu kombinasi warna biru langit dan putih biar kalo pas kita pulang kerja dan merasa capek bisa langsung tenang saat mandang dinding rumah. Dan lokasinya setidaknya agak jauh dari kebisingan kota. Oh iya satu lagi, rumahku setidaknya memiliki halaman dengan rumput hijau yang terawat untuk tempat bermain anakku nanti. Gimana kak? Bagus kan?" Ucapnya memandang Yoongi menanyakan pendapat mengenai rumah impiannya.

"Indah sekali rumahnya, kakak sampai membayangkan tinggal di rumah seperti itu pasti sangat nyaman sekali. Kenapa kamu bisa memikirkan perihal rumah? Padahal kamu masih kecil"

"Entahlah.. aku seperti dipaksa berpikir dewasa di usiaku yang masih 5 tahun ini" sahutnya sambil mengoyang-goyangkan kakinya.

"Kagan kenapa tadi sendirian?"

"Saya habis dari pemakaman nenek, saya lari kesini karena tidak kuat melihat nenek dimakamkan. Nenek adalah orang yang paling menyayangi saya dan selalu ada buat saya. Bahkan papa dan mama saya tidak peduli dengan saya" ceritanya.

Mega tersenyum menatap Yoongi lalu mengelus bahu Yoongi. "Kenapa gak protes aja kak? Kagan bisa protes ke papa sama mama nya Kagan. Aku yakin kalo Kagan ngomong sendiri mereka akan mengerti, gak ada orang tua yang gak sayang sama anaknya kak. Percaya sama aku"

Yoongi menatap Mega dengan ekspresi kagum, bagaimana bisa gadis yang lebih kecil 5 tahun darinya bisa menasehatinya seperti ini. Dia benar-benar dewasa sebelum waktunya.

"Makasi dokcan" sahutnya sambil mencubit pipi gembil Mega. "Nanti kakak coba bicara sama mama dan papa" lanjutnya sambil tersenyum. Dan dibalas anggukan oleh Mega

"Dokcan" panggilnya ketika keheningan melanda mereka.

"Hmm.." sahutnya masih sibuk bermain ayunan.

"Nanti kalo saya sudah dewasa dan menjadi arsitek, rumah impianmu akan saya buatkan dengan gratis"

Mendengar itu, Mega langsung menghentikan laju ayunannya dan menatap Yoongi penuh binar. "Janji iya kak" ucapnya sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji" ucap Yoongi menyambut jari kelingking Mega.

Janji masa kecil yang begitu indah. Tapi apakah janji itu akan terwujud ketika mereka sudah dewasa nanti atau malah mereka tidak akan bertemu lagi karena takdir tidak memihak pada mereka. Kita semua tidak ada yang tau bagaimana takdir akan mempermainkan mereka di masa depan karena pada dasarnya kita adalah pemeran di panggung yang Tuhan buat. Kita hanya bisa mengikuti alur tanpa bisa merubahnya. Itulah takdir.

.
.
.
.
.
Halooo aku kembali di cerita baru tapi kali ini aku ambil latar cerita Indonesia iya hehe
.
Semoga kalian suka ya..
Aku mungkin upnya akan lama karena nunggu reaksi kalian baca prolog cerita, jadi kalo kalian mau cepet cerita ini up mohon di komen iya readers 💜
.
Sayang kalian banyak"
Borahae💜

Destiny || Min YoongiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang