Bab 4 Silent Night 🔞

4 4 0
                                    

Happy Reading.

Ragoca adalah tempat yang kotor dan hina, tanah yang sudah di kutuk sejak awal. Tak ada keindahan melebihi tengkorak dan dan tanaman rambat yang terlihat mengerring di sepanjang tempat. Tak ada bunga, yang ada hanya akar dan cabang penuh duri. Pohon yang tak subur, hewan mengerikan, jeritan, darah—dan obor menghiasi jalanan menuju istana megah dengan orang-orang yang berbahaya. 

Namun anehnya, mereka memperlakukanku dengan baik. Sapaan perkata yang baik, juga kesan baik yang ku terima. Apakah itu hanya sandiwara? 

"Cleretia?!"

"Hmmm?"

Panggilan Eskar membuat aku tersadar dari lamunanku, lalu menatapnya yang sedang membersihkan tangannya dari noda darah. 

"Bersihkan lukamu?"

"Kami bisa menyembuhkan diri kami sendiri, aku adalah bangsa Syrela pangeran. Jadi jangan cemas!" kataku sembari tersenyum di balik pintu kamar mandi, menatap Eskar layaknya sahabat tanpa malu sedikit pun. 

Tatapan Eskar mengintai. 

Sedang aku lebih suka melihat-lihat kamar Eskar yang ternyata lebih megah, lebih besar dari kamarku. Bedanya, banyak benda-benda terkutuk dan berbahaya dalam kamar ini. 

"Kelak sahabatku ini akan menjadi raja."

Ucapan tulus dari Cleretia saat memandang bingkai berukuran cukup besar, dengan lukisan pangeran Eskar yang sedang menggunakan pakaian resminya. 

Eskar muncul di sampingku. "Kenapa? Kau sedih aku akan menjadi raja?"

"Jangan, sok, kepedean!" jawabku sembari tersenyum mengejek padanya. "Justru berbahaya jika kau menjadi raja!"

"Jadi kau takut?"

Aku mengeleng dengan cepat, lalu menatap Eskar dalam diam. Sebelum mengulurkan tanganku padanya. "Jadi mana yang kau janjikan?"

***

Eskar tersenyum sinis. Lalu menarik laci di samping Cleretia,memojokan gadis itu dengan menempel pada tubuh Cleretia. 

"Eskarrr!"

"Kenapa? Tidak nyaman?"

Akhirnya, Cleretia memutuskan untuk duduk di atas meja. Untuk menghindari Eskar, lalu menatap ke arah laci. Saat tangan Eskar memperlihatkan botol kaca kecil dengan cairan hijau di dalamnya, wajah Cleretia berubah menjadi sangat senang. 

"Boleh ku tanya untuk apa?"

Ragu. Tapi Cleretia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Eskar. "Ada tanda kutukan di dadaku, kata seorang nenek tua di kota Fanggaro. Itu bisa membantu!"

"Dan kau percaya?"

Cleretia tersenyum miris. "Sayangnya aku harus selalu dalam mode percaya. Karena ini bukan waktunya bagiku untuk memilih percaya atau tidak."

Setelah mendengarnya, Eskar menyerahkan botol kaca tersebut pada Cleretia. Namun saat tangan mulus Cleretia hendak mengambilnya, Eskar justru menariknya kembali. 

"Aku saja!" titah Eskar. Menawarkan diri untuk membantu Cleretia mengoleskan cairan tersebut. "Kalau menolak aku akan membuangnya!"

Ancaman yang membuat Cleretia pasrah, membiarkan pangeran tampan itu untuk membuka pakaiannya. Namun karena Cleretia tidak menggunakan gaun, dan hanya menggunakan pakaian prajurit pelindung. Jadi melepas kancing bukanlah hal sulit bagi Eskar. 

"Kau yakin Cleretia?"

Gadis itu pun menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Eskar barusan. 

Racun Yang Cantik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang