Happy Reading.
BRAKKK!
"Eskar!"
Aku memanggil-manggil namanya dari dalam kamar, ia mengunci pintu dari luar. Ya, ia marah padaku atas apa yang aku katakan padanya saat berada di hutan tadi.
"Eskar! Maafkan aku!" Seruku. Tapi tak ada jawaban dari luar..
Pasrah. Aku memilih untuk tidur saja, karena lelah harus menahan kebencian hutan Corka padaku.
Saat malam tiba, Eskar tak datang ke kamarku. Sekarang aku benar-benar yakin, kalau ia marah padaku. Itu bagus, tidak buruk.
Rencanaku untuk kabur juga mempunyai alasan yang tepat—mengintai dengan kupingku yang tempelkan dari balik pintu, mencoba mencari pergerakan dari luar. Namun terlalu sunyi.
"Terserah!" gumamku, sebelum tersenyum saat melihat ke arah jendela yang akan menjadi jalan pintas untukku kabur dari istana ini.
Merasa aman. Aku pun keluar dari istana dengan sepenuh kekuataanku, terbang cepat. Kembali ke arah hutan Corka.
***
Namun tanpa Clerieta sadari, Caryus sedang mengikutinya dari belakang dengan mata yang menyipit sempurna.
Saat sampai, Clerieta terdiam di tempatnya. Menginjak tanah yang dingin, tanpa alas kaki—senyuman yang terukir pada sudut bibirnya menghilang.
"Eskar?"
Tatapan Clerieta sontak tertuju pada Eskar yang seakan menunggunya, bersama dengan Filio yang tegah menatapku dengan senyuman sinis.
"Sudah ku bilang, mintalah. Maka akan ku berikan, mengapa kau tidak mempercayaiku Clerieta?" tanya Eskar dengan tatapan penuh rasa kecewanya padaku.
Caryus muncul di belakang Clerieta yang masih tak mengucapkan apapun.
"Kalau begitu, apakah aku bisa mempercayaimu saat ini Eskar?"
Ragu-ragu, Clerieta mencoba untuk membuat kontak mata dengan Eskar.
***
Dan saat pertanyaan keluar dengan sendirinya, aku menyadari. Kalau betapa egoisnya aku, betapa jahatnya aku, betapa butuknya pemikiranku ini. Pasrah pada keputusan Eskar.
Jika dia percaya padaku, maka aku akan kembali ke Ragoca. Tetapi jika tidak, aku akan menghilang dari Ragoca.
"Apa yang kau inginkan?"
Mataku tertuju pada satu daun di atas tanah yang masih berwarna hijau. "Daun terakhir hutan Corka," jawabku dengan lantangnya, sebelum kembali menatap ke arah Eskar menunggu.
"Filio!"
"Pangeran, ini tidak benar. Anda…."
"Kau membantahku?"
***
Tatapan membunuh yang dilayangkan Eskar, membuat Filio patuh. Ia marah pada Clerieta yang seakan menjadi kelemahan sang pangeran.
Filio pun memunggut daun itu, lalu dengan tatapan mengancam. Ia memberikannya pada Clerieta. "Aku hanya berharap kau tidak kembali!" gumam Filio.
Tak peduli. Clerieta kembali menatap ke arah Eskar, "boleh aku pergi?"
"Lancang!"
Tapi tak ku pedulikan Filio. Dan hanya menatap ke arah Eskar yang entah sedang memikirkan apa tentangku.
"Aku akan kembali, ini tidak akan lama. Eskar!"
"Pergilah," putus Eskar.
Filio tampak terkejut. Matanya melebar menatap pangerannya itu. "Pangeran! Putri…"
KAMU SEDANG MEMBACA
Racun Yang Cantik
FantasyAku pernah berpikir untuk mencari kehidupanku sebagai bangsa Syrela yang baik. Tapi aku tak pernah berpikir, untuk mendapatkan kehidupanku dengan tinggal bersama dengan kematian. Ditanah yang buruk, menjadi iblis yang mengharapkan surga. "Yang tel...