Happy Reading.
"Jadi, bagaimana membuatnya bergerak?" tanya Clerietta saat menatap tembok dan kuas yang tak lagi ajaib. Terlihat seperti membeku di tempatnya.
Eskar, menatap ke arah Clerietta dengan satu alis yang terangkat ke atas. Menunggu apa yang akan dilakukan gadis yang saat ini sedang mengamati tembok bedar itu tanpa henti.
"Menyerahlah!" Seru Filio, yang sedang duduk di atas batu tak jauh dari mereka. Lengkap dengan senyuman sinis untuk mengejek Clerietta.
"Jika tidak bisa, mengapa mengiyakan?" tanya Eskar penasaran.
"Agar bisa mendapatkan izin?"
tanya Clerietta bingung pada dirinya sendiri, menelan salivanya kasar karena tak mengerti akan cara yang tak kunjung ia dapatkan sampai saat ini.
Melihat Clerietta yang bingung, membuat Eksar menghembuskan nafasnya kasar. Menarik Clerietta keluar dari tempat tersebut.
Mengendongnya kembali ke istana pangeran.
Saat sampai Clerietta menatap malas Eskar. "Jujurlah!"
"Jujur apa?"
"Kamu bukan tipe orang yang akan taat pada hukum, izin? Apa kamu sedang mengujiku Clerietta."
Mencoba untuk tenang. Tapi nyatanya ia tak bisa menyembunyikan apapun dari orang seperti Eskar.
"Aku…"
Menarik. Eskar mencengkram kuat kedua bahu Clerietta, membuat mata keduanya bertemu. "Aku tidak akan marah!"
"Itu seperti sebuah ancaman bagiku."
"Clerietta!"
"Aku harus pergi ke Syrela."
"Kita pergi sekarang."
Deg! Mata Clerietta berbinar. Sebelum ia tersenyum berdesis, menatap Eskar dengan sangat bahagia karena Eskar selalu aada untuknya.
"Sampai kapan kau mau bersabar pangeran?"
Keduanya pun berpelukan.
Eskar pun menjawab, "Sampai langit runtuh pun, aku akan tetap bersabar. Jika itu adalah kamu."
Caryus yang hendak melapor kalau kuas yang ada diistana sudah bergerak kembali, langsung ia hentikan niatnya itu. Saat melihat dua pasangan yang saat ini sedang berpelukan.Menjauh dari lokasi, Caryus membiarkan pangeran mengambil keputusannya sendiri.
***
Benar, saat Caryus pergi. Eskar melingkarkan tangannya pada pingang ramping Clerietta, lalu membawanya terbang. Menuju Negeri Syrela—tempat yang indah damai yang penuhi dengan terang dan kemewahan.
Tak butuh waktu lama, dua pasangan yang selalu bergandengan tangan itu. Sudah sampai ke perbatasan Syrela, tempat mereka selalu bertemu. Danau Lacustris.
Clerrietta rindu tempat ini, suasana dan udaranya yang segar. Dan tatapan itu justru tidak disukai Eskar—terlihat dari cara ia mengenggam tangan Clerietta kuat.
"Jangan coba-coba untuk berpikir lari dariku!" peringat Eskar. Melirik Clerirtta dengan tatapan tajam.
Tetapi Clerietta meresponnya sembari tersenyum sinis. Menjawab, "aku tidak akan lari darimu. Mengapa kau begitu takut?" katanya senbari mengeleng-gelengkan kepalanya, tersenyum berdesis.
Drap! Drap! Drap!
Suara derap langkah dari sepatu Zirah, membuat keduanya waspada. Dan langsung bersembunyi di atas pohon, dengan menyamarkan aura keberadaan mereka.
"Prajurit istana?" gumam Clerietta bingung. "Kita pergi sekarang!" katanya lagi, pada Eskar. Sebelum keduanya menghilang dari tempat tersebut. Menuju rumah Clerietta.
Halaman belakang rumahnya, Clerietta terkejut. Karena taman yang ia buat ternyata masih terawat dengan baik, hal yang tak mungkin ia percaya saat masih tinggal disini.
"Clerietta, ada apa?" cemas Eskar, saat matanya terpaku menatap netra mata berkaca-kaca dari gadisnya itu.
Tersadar, Clerietta segera tersenyum. "Tidak apa-apa, aku hanya bingung saja." ujarnya menerka-nerka dimana ia mengubur hewan yang begitu ia sayangi itu dulu.
"Lupa?" tanya Eskar. Membuat Clerietta tertawa.
"Itu sudah sangat lama, kemungkinan aku benar-benar lupa." ujarnya lagi sembari menganalisis lokasi tempat ia menguburkan hewannya itu. "Harusnya ada pohon disini…."
"Itu dia!" riangnya saat mendapati ternyata, keluarganya memangkas pohon yang ia tanam. Menyisahkan batang dan akar yang sangat kuat. Mungkin mereka bingung cara mencabut pohon ini.
"Pohon? Bukankah aura batang pohon itu berasal dari Benkanika? Pohon beracun, terlarang, berbahaya, dan tidak izinkan ditanam di Negeri Syrela!"
Oow, ini tidak baik.
Bersambung…..
KAMU SEDANG MEMBACA
Racun Yang Cantik
FantasíaAku pernah berpikir untuk mencari kehidupanku sebagai bangsa Syrela yang baik. Tapi aku tak pernah berpikir, untuk mendapatkan kehidupanku dengan tinggal bersama dengan kematian. Ditanah yang buruk, menjadi iblis yang mengharapkan surga. "Yang tel...