Obsessed(3)

155 17 5
                                    

•••

Hari, jauh sebelum aku memangkas usiaku. Aku mencari Lalisa. Sudah dua hari aku tidak melihatnya. Ia tak ada dimanapun, tidak di kelas, tidak di lapangan basket, tidak menjual cokelat, tidak mengajariku bermain bola Basket, tidak bertanya perihal kabarku, tidak bertegur sapa, tidak berpapasan, tidak berciuman, apalagi berkencan.

Di sekitar jam dua siang. Tubuhku mulai merasa aneh. Kepalaku dijejali nama Lalisa, sedang pelajaran Fisika tengah berlangsung—dan itu berakhir memantul dari kepalaku. Tiba-tiba pandanganku nyaris kabur, aku, aku ingat sudah sarapan dahulu! Dua helai roti dengan telur dan segelas susu. Lantas, entah mengapa aku seperti hendak akan pingsan?! Tidak! Tidak! Bukan hitam! Bukan gelap yang mencekam, dan aku tidak boleh mencari kantung plastik! Sial! Aku mulai panik! Aku, aku tidak bisa bernafas, "Dimana kau Lisa!"

"Kim..Taehyung?" suara Guru kami. Ia terlihat sedikit terkejut, sedang aku baru sadar—bahwa aku telah berteriak. Semua orang melihat kearahku, mereka mulai bergunjing tentang nama yang kusebut—nama Lisa yang tadi kusebut.

"Apa yang terjadi?" tanya Guru kami. Namanya Park Min Young. Ia menghampiriku.

"Lisa? Maksudmu Lalisa?" tanya beliau. Aku enggan menjawab. Tiba-tiba berteriak saja sudah membuatku malu. Aku tidak bisa membiarkan semua orang tahu perihal ketidakwarasanku.

"Maaf Guru Park, tadi aku bermimpi—maksudku aku, aku tidur barusan—"

"Baiklah, cuci wajahmu dulu sana." Ia tahu kalau aku berbohong karena aku tak pandai melakukannya. Lantas Guru Park berbisik dengan hanya gerakan bibir dan suara yang kecil, "Lisa sakit."

Tentu saja ia tahu perihal kondisi murid favorite-nya itu. Lalisa pandai dalam mata pelajaran fisika, ia adalah ahli. Namun kemarin, ia berkeluh kesah bahwa ia tidak menyukai fisika—ia hanya selalu mampu mengerjakanya dengan baik. Lantas Lalisaku yang manis bilang, kalau ia ingin menjadi pemain basket sungguhan, bukan cadangan seperti sekarang. Min Yoongi bilang, Lalisa benar-benar pandai bermain basket. Namun orangtua-nya tidak pernah datang—maksudnya untuk satu atau lebih suap. Sialan! Mengapa kami hidup didunia, dimana kita tak bisa hanya mengandalkan kemampuan. Aku pernah cerita kalau Ibuku sering datang, ia menjelma menjadi salah satu dari banyak donatur—bentuk lain dari kata suap, setidaknya dalam kata yang lebih terhormat. Lalisaku yang malang, dunia betul-betul hina untuk dipijaki orang sepertimu.

Aku sudah membasuh wajah seperti yang diperintahkan Guru Park. Namun aku tidak kembali ke kelas, aku berakhir berjalan menuju Lalisaku. Aku harus menemuinya, paling tidak beberapa detik, hanya untuk mempertahankan kewarasanku. Aku akan pening saat melihatnya—nanun itu jauh lebih baik dibanding merasa sesak saat tak kunjung melihatnya. Aku sudah menahannya selama dua hari. Hanya dua hari namun terasa dua tahun.

Aku punya alamat. Aku berterima kasih pada Min Yoongi atas alamat itu. Dengan jari gemetar aku membuka alamat itu. Kesanalah aku harus pergi. Sekarang. Sekarang. Sekarang.

Dijalan, aku melihat Lalisa! Ia masuk ke salah satu Mini market. Wajahnya pucat pasi, ia benar-benar harus pergi menemui dokter! Ia mencari sesuatu, sepertinya ia lapar, karena aku hanya melihat Lalisaku memegangi perut. Aku mendadak punya ide, apa aku ajak dia makan saja? Lantas aku berencana memanggilnya, sebelum penglihatanku menangkap jemari Lalisaku yang mengambil beberapa sosis dan memasukanya kesaku jaketnya terburu-buru.

Aku mematung, lidahku kaku, lantas entah kebetulan macam apa Lalisaku—melihatku. Masing-masing dari kami memalingkan wajah, berharap untuk bisa berparipolah tak saling melihat satu sama lain. Aku merasa ia akan sangat malu. Dan aku merasa canggung untuk menyaksikan tindakan tiba-tiba dari Lalisaku. Namun aku memutuskan untuk menghampirinya.

"Ki-kim.." sapanya pelan.

"Aku, aku tak bisa pura-pura tak melihatnya maaf.." Aku yakin Lalisaku sangat malu—terlebih aku adalah orang yang disukainya. Ia tidak harus merasa begitu, sekalipun ia mencuri semua isi toko, aku masih, aku masih sangat menyukainya.

Her ! [ONE SHOOT LISA AND HER BITCHES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang