Bab 8 : Bimbang.

63 18 5
                                    

Winwin masuk kerja dan untungnya dia tak terlambat saat itu, dia mengecek beberapa berkas yang harus dia kerjakan saat itu.

Dia benar-benar serius bekerja saat itu, hingga dia tak sadar jika Yuta sudah berada di ruangannya dan menatapnya sedari tadi.

Saat Winwin melihat ke arah pintu, dia kaget melihat bosnya sendiri sudah berdiri disana dan dia benar-benar merasa bodoh kala itu.

"Astaga pak, bapak bikin saya kaget,"Kata Winwin yang mengelus dadanya sendiri.

"Saya sudah sedari tadi berdiri disini, kamu saja yang terlalu sibuk bekerja."Balas Yuta yang perlahan-lahan menghampirinya.

Winwin sedikit takut, dia tak ingin Yuta melakukan hal yang aneh-aneh. Namun kenyataannya benar, Yuta mendekatkan wajahnya di depan wajah Winwin.

"P-pak? bapak mau ngapain pak?"Tanya Winwin yang menjadi gagap karena ulah Yuta.

Yuta tak menjawabnya namun dia menarik dagu Winwin dan menciumnya saat itu, mata Winwin terbuka lebar-lebar karena itu saja.

Irene yang bermaksud datang ke ruangan Winwin untuk mengambil sebuah berkas, dia membuka pintu secara pelan-pelan dan melihat Yuta dan Winwin sedang berciuman.

Dia langsung menutup pintu itu, berjalan ke bawah sambil memikirkan siapa yang memulai duluan? apakah bos atau sekretaris itu?

Yuta masih menciumnya kala itu, hingga secara tak sengaja Yuta melumat bibir manis Winwin itu dengan lembut.

"U-umhh pak.."Sela Winwin yang tak mendapatkan celah nafas sama sekali.

Mereka melakukan itu hingga 10 menit lebih, akhirnya Yuta melepaskannya dan melihat wajah Winwin yang sudah merah merona saat itu.

Jantung Winwin berdegup kencang, entah mengapa Yuta menjadi begitu tampan dimatanya padahal dia dulu sering menganggap bahwa itu biasa saja.

"Buset gue beneran suka dia nih?!"Tanya Winwin dalam hatinya yang tak mempercayai jika dia mulai menyukai Yuta.

"Ah f*ck bibirnya benar-benar manis, aku menginginkannya lagi..."Batin Yuta yang membelakangi Winwin kala itu.

Mereka berdua sama-sama membalikkan diri, hingga tak sengaja berhadapan dan saling tatap-menatap.

Dari tatapan Yuta, Winwin tau jika Yuta mau mengatakan sesuatu namun dia tak tahu apa yang ingin dikatakan Yuta kepadanya.

Akhirnya Yuta pergi dari sana dengan moodnya yang gembira, sedangkan Winwin masih nyaris tak percaya akan hal tadi.

Tak lama Irene datang lagi dan masuk kesana, untungnya Yuta sudah tak ada lagi kesana, dia menghampiri Winwin dan duduk disebelahnya.

"Ga salah nih mata gue liat lo berdua lagi kissing?"Tanya Irene yang memastikannya.

"Kagak, ga salah lagi re,"Jelas Winwin yang menjadi termenung.

"Bujur buset, udah sering lo begituan?"Tanya Irene yang semakin kepo.

"Udah kali, mulai gue pertama kerja disini."Sewot Winwin yang akhirnya melanjutkan pekerjaannya.

"Baru kali ini pak Yuta segitunya ke sekretarisnya, dia ga pernah kayak gini dulu,"Jelas Irene yang baru menyadari akan hal itu.

" Seriusan lo? ga percaya gue " potong Winwin yang kaget mendengarnya.

" Halah lo mah asal motong mulu, tapi yang gue bilang ini bener Win, baru kali ini dia kyk gitu ke sekretarisnya sendiri " lanjut Irene yang menjelaskan lagi.

Winwin menjadi lemas seketika, dia tak percaya jika Yuta akan seperti itu saja kepada dirinya, dia kira kalau dia bukan korban pertamanya namun dia salah perkiraan.

"Gila Win, gue baru tahu kalau lo sama pak Yuta udah lama kyk gituan,"Ujar Irene yang masih shock akan itu.

"Sumpah gue takut kalau dia bakalan grepe-grepe gue beneran."Sambung Winwin dengan nada purau.

"Ya dia yang kesenangan ege, udah gitu lo bakalan jadi milik dia, ga mungkin lo nyari yang baru padahal lo udah duluan dibobol sama dia,"Jelas Irene panjang lebar yang sedikit sewot mendengarnya.

"Iya juga sih, tapi makin lama gue makin suka dia re..."Lirih Winwin yang menunduk akhirnya.

" Kalau kata gue nih, mending lo pacaran aja sama dia, pak Yuta itu jaga hati kalau udah punya pacar, percaya ama gue deh " kata Irene yang mengelus pundak Winwin dengan lembut.

Yang dikatakan Irene itu benar, tapi Winwin saja yang belum berani mengatakannya kepada Yuta, dia menyukainya namun dia masih ingin melihat perjuangan Yuta yang mencoba membuka hatinya.

"Gimana mau liat perjuangannya, gini aja gue udah malting kyk mentega yang dipanasin..."Batin Winwin yang melawan pikirannya kala itu.

"Btw gue ambil berkas ini ya? udah lo kerjain kan?"Tanya Irene yang mengambil sebuah map berwarna biru.

"Itu udah kok, bawa aja,"Balas Winwin dengan cepat.

Akhirnya Irene pergi dari sana dan Winwin melanjutkan pekerjaannya, untungnya hari itu tidak ada rapat sama sekali.

Winwin bisa bekerja dengan tenang meskipun dia masih terbayang-bayang akan hal tadi, dia tak bisa melupakannya.

Dia menidurkan kepalanya di kursi kerjanya itu, sambil melihat ke arah jendela yang dimana suasana gelap sekali yang tandanya mungkin hujan turun.

"ANJIR LAH, MAKIN LAMA MAKIN TERBAYANG-BAYANG WOILAHH!"Batinnya yang benar-benar tak tahu lagi harus bagaimana supaya tak memikirkan itu terus menerus.

Yuta sendiri juga menjadi teringat akan hal itu saja sedari tadi, dia menjadi tak fokus mengerjakan pekerjaannya padahal kerjaannya numpuk saat itu.

"Astaga mengapa aku tak bisa melupakannya?"Ujar Yuta yang mengurut pelipis keningnya itu.

Mereka berdua benar-benar tak bisa melupakan hal tadi, namun Yuta merasa senang saja setelah mencium bibir Winwin itu.

Tidak dengan Winwin yang memikirkan itu berkali-kali karena dia masih tak menyangka, dia memutuskan keluar akhirnya karena seluruh pekerjaannya sudah selesai.

Dia pergi ke cafe biasa dan menunggu Doyoung datang, setelah Doyoung datang dia menceritakan segalanya kepada Doyoung.

"Kan bener apa yang gue tebak, lo bakalan suka sama dia."Ujar Doyoung yang merasa tebakannya benar.

"G-gue mah cuman suka doang bukan berarti mau jadi pacar dia gitu aja!"Jawab Winwin dengan cepat.

"Halah udah berapa kali lo salah tingkah sama dia? jawab."Tanya Doyoung sekali lagi.

Pertanyaannya itu menjebak bagi Winwin, akhirnya dia pun jujur dan Doyoung kaget mendengarnya. Baru kali ini dia melihat Winwin mulai mencintai seseorang yang dia benci sekali dulunya.

"Pacaran aja deh lo berdua, biar ga hts mulu,"Ucap Doyoung dengan semangat.

"Hts apaan?"Tanya Winwin yang tak tahu apa itu 'hts'.

"Hubungan tanpa status Win, masa itu aja lo gatau sih!"Julid Doyoung saat itu.

"Ya maap, gue kan cuman nanya Doy,"Lanjut Winwin dengan ketus.

Mereka mengobrol disana hingga jam makan siang selesai, Winwin kembali dan melihat Yuta sedang ada di ruangannya.

"Pak? bapak nyari sesuatu?"Tanya Winwin dengan sopan.

"Saya mencari kamu sedari tadi."Jawab Yuta yang masih mengecek proposal yang dikerjakan oleh Winwin tadi.

"S-saya? emangnya kenapa pak?"Tanya Winwin dengan gugup.

"Ayo melakukan hal tadi, sepertinya saya candu akan bibir mu."Ujar Yuta yang menatapnya dengan tulus.

Winwin nyaris tak mempercayainya, dia mencoba mundur secara pelan-pelan hingga dia mengenai dinding, mereka menjadi melakukan hal itu lagi, Yuta lah yang memulainya dan Winwin selalu tak bisa membalas permainan bibir dari Yuta itu.

Mereka melakukan itu lebih dari 20 menit, dan berakhir Yuta melepaskannya lalu pergi begitu saja yang meninggalkan Winwin yang ingin pingsan saat itu.

"ASUU KOK JADI GINI CERITANYAAAA!!!"Batin Winwin yang memilih duduk di kursi kantornya akhirnya.

"Cintaku Kepada Mu" | Yuwin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang