Tidak ingin bertemu lagi dengan Yunho. Jajeong terpaksa pindah lagi. Dia pergi lebih jauh ke arah kuar kota, tapi dia harus tetap bisa menjangkau Rumah Sakit pusat sampai saatnya melahirkan nanti, jadi dia memutuskan untuk tinggal di kawasan yang agak kumuh tapi masih bisa dijangkau kendaraan umum. Dia memilih kawasan itu karena yakin orang sekelas Yunho pasti tidak akan pernah mau berkeliaran di situ. Tidak apa-apa, Jaejong hanya perlu bertahan disana sampai anaknya lahir, lalu dia akan benar-benar pergi jauh..
Lagi-lagi dia harus mencari pekerjaan baru untuk bertahan hidup. Perjalanan ke RS pusat juga butuh biaya lebih banyak karena sangat jauh. Dia tidak ingin memakai tabungannya terlalu banyak, dia sudah memakai sebagian untuk kepindahannya. Karena dia pandai memasak dan pernah bekerja di kedai makanan sebelumnya, Jaeong mendapat pekerjaan sebagai tukang masak di restoran kecil. Jaejong merasa sangat beruntung, meskipun jarak restoran itu cukuo jauh dari rumahnya jika berjalan kaki, paling tidak dia mendapat pemasukan. Jaejong menjalani hari-harinya dengan tenang sampai tiba saatnya pemerikaan rutinnya di bulan ke-8.
---------
Yunho sudah menyelesaikan medical check up rutin tahunannya di RS Pusat, dia ingin menyapa kakaknya dulu sebelum kembali ke perusahaan. Kakak kandung Yunho seorang dokter bedah di RS Pusat, itulah sebabnya Yunho terpaksa harus menggantikan kakaknya menerima jabatan CEO dari ayahnya meskipun sebenarnya dia tidak suka.
Yunho berjalan menyusuri lorong ke arah ruang pribadi kakaknya. Langkahnya terhenti ketika melihat kakaknya sedang berbincang dengan seseorang. Mereka terlihat akrab dan saling melempar senyum. Kemudian kakaknya memberikan sebuah amplop coklat yang diterima dengan gembira ole orang dihadapannya. Mereka saling membungkuk lalu berpisah.
Jajeong tidak memperhatikan jalan di depannya ketika melangkahkan kaki dengan gembira setelah memperoleh hasil pemeriksaan kali ini. Sekarang dia dapat melihat wajah anaknya dengan jelas melalui foto USG, seorang anak laki-laki yang tampan. Jaejong hanya ingin segera pulang untuk melihat lagi foto itu. Jaejong berjalan agak cepat sampai menabrak seseorang di depannya. Segera dia membungkuk untuk meminta maaf, tapi lalu kerahnya ditarik dan orang itu melayangkan pukulan ke wajahnya.
Jajeong membelalak kaget, menahan tangis karena sakit di wajahnya dan takut karena akhirnya dia tahu siapa orang barusan dia tabrak. Tidak cukup 1 pukulan, Yunho melayangkan lagi 2 pukulan lainnya sampai kemudian Jaejong terjatuh berlutut di tempatnya. Darah mengalir dari sudut bibir Jaejong. Kepalanya pusing. Dia mencoba berdiri dengan meraih pegangan di dinding.
"Setelah gagal memerasku, sekarang kau mencoba memeras kakakku?!"
"A...aku tidak mengerti maksudmu.."
Yunho mendengus.
"Apa kakakku menyukaimu? Apa dia memberimu banyak uang dalam amplop itu?""i...ini bukan--"
"Kau memang pelacur murahan Jaejong!"
"Yunho ini tidak seperti yang kau bayangkan!"
"Lalu untuk apa kau menemuinya? Apa kau menemuinya di sini? Ruang periksa kakakku berada di lantai bawah, ini deretan ruang pribadi para dokter? Apa kalian melakukan 'pemeriksaan' di sini?"
"......"
Jaejong ingin menjelaskan, tapi tidak akan ada gunanya berbicara panjanh lebar kepada Yunho, Yunho hanya akan semakin menghajarnya seperti dulu. Lagipula Jaejong tidak ingin Yunho tahu tentang anak dalam perutnya, jadi Jaejong memeluk perutnya erat-erat dan berkata dengan suara tercekat.
"...ma..maafkan aku, aku akan pergi..."
Yunho menarik lagi kerah Jaejong, menatapnya dengan kemarahan, kemudian mendorong Jeejong menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Regret
Fanfic"Kenapa jangan di situ Jae? "Apakah karena di situ - ada bayi? "Di mana? Di sini? Tanya Yunho sambil mengusap perut Jaejong di sekitar pusar, lalu-- BUGH ! ========================== Homophobic mohon menyingkir, Mpreg only, Enjoy! ==================...