Yunho mengatur napasnya dan mulai menenangkan diri. Dengan agak tergopoh dia mencoba berdiri lalu melanjutkan perjalanannya. Hanya luka kecil, tidak cukup.. yang dia inginkan saat ini hanya Jaejong, akan lebih baik jika Jaejong mau menghajarnya juga setelah bertemu dengannya nanti..
Tempat itu sangat jauh. Yunho tidak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri karena telah mengusir Jaejong sejauh ini. Selama perjalanan Yunho mengingat-ingat lagi setiap pertemuannya dengan Jaejong, dia tidak pernah memberi kesempatan kepada Jaejong untuk mengutarakan keinginannya, tidak pernah membiarkan Jaejong menyangkal tuduhannya, dia bahkan tidak pernah mendengar Jaejong mengumpatnya, tapi apa yang dia lakukan.. dia selalu menggangu Jaejong.. benar-benar menjadi brengsek.. Yunho menginjak kuat pedal gasnya.
Yunho berhenti sesaat melihat perkampungan itu. Dia tidak pernah datang ke tempat seperti ini sebelumnya, kumuh, hanya itu yang terlintas di pikirannya. Bagaimana Jaejong bisa terdampar di tempat seperti ini.. Yunho segera melangkahkan kakinya, menyusuri gang sempit untuk menemukan sebuah bangunan kamar sewa yang dia cari.
Tidak ada informasi nomor kamar di catatan itu, jadi Yunho harus mencarinya sendiri. Dia bertanya kepada setiap orang yang dia temui di bangunan itu tentang Jaejong dengan menunjukkan sebuah foto yang masih dia simpan, fotonya bersama Jaejong suatu pagi setelah mereka menghabiskan malam bersama. Yunho masih ingat hari itu Jaejong tiba-tiba menahan Yunho sebelum pergi, kemudian merangkul lengan Yunho dan mengambil foto dengan kamera depan ponselnya, Jaejong tertawa lalu mengirimkan foto itu kepada Yunho. Yunho yang terkejut berwajah sangat jelek di foto itu, hanya Jaejong yang tertawa bahagia, tapi Yunho menyukainya, terkadang Yunho melihat foto itu ketika dia merindukan Jaejong.
Semua orang yang di tanyainya menggelangkan kepala. Sudah tidak banyak orang yang terlihat saat itu karena hari sudah menjelang tengah malam. Yunho melanjutkan pencariannya di lantai 2. Juga tidak membuahkan hasil. Sampai seorang terakhir sebelum dia berencana naik ke lantai 3 akhirnya mengenali Jaejong. Dia menunjuk ke sebuah kamar, kamar paling ujung di lorong itu. Yunho segera berlari ke sana. Berdiri di depan sebuah pintu, lalu mengetuknya beberapa kali.
Tidak ada jawaban dari dalam.
Yunho mengetuk lagi dan memanggil namanya.
Melakukannya beberapa kali, tapi masih tidak ada jawaban. Yunho mulai cemas. Dia mulai memanggilnya dengan berteriak.".......pergi... "
Yunho mendengar suara lirih dari dalam, sangat lirih, hampir tidak terdengar.
"Jaejong.. tolong biarkan aku menemuimu.. kumohon..."
".....pergiii..... nnnnggghh !"
"Jaejong kumohon... sebentar saja, aku tidak akan menyakitimu...lagi... percayalah.. kumohon..."
"Aaaaaaakh ! .....pe..pergi ! Tolong...pergilah... jangan ganggu.....mmmnnkk.....aku.. lagi.. nnnnnnnggggh !"
"Jaejong? Kau baik-baik saja? Buka pintunya!"
"....."
"Jaejong!! Buka pintunya!!"
"Emmmmmmnnnnh aaaah...! hah.. hah... "
"Jaejong menjauh dari pintu !
Yunho tidak bisa bersabar lagi, dia yakin terjadi sesuatu pada Jaejong, jadi dia mendobrak pintu itu dengan 1 tendangan kuat.
Jaejong di sana, duduk bersandar di dinding kamarnya, kedua kakinya terbuka, terengah-engah, berkeringat, dan berdarah... cairan bening bercampur darah menggenang di sekitar Jajeong. Mata Yunho terbelalak melihat pemandangan itu, Jaejong sedang melahirkan.. dengan gemetar Yunho berjalan mendekat. Jaejong yang menyadari kehadiran Yunho berusaha bergerak mundur sambil menggelengkan kepalanya. Jaejong ketakutan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Regret
Fanfic"Kenapa jangan di situ Jae? "Apakah karena di situ - ada bayi? "Di mana? Di sini? Tanya Yunho sambil mengusap perut Jaejong di sekitar pusar, lalu-- BUGH ! ========================== Homophobic mohon menyingkir, Mpreg only, Enjoy! ==================...