"Kau sama seperti lautan. Tenang tapi indah"
Berbicara dengan Tari adalah sebuah keberuntungan baginya. Karena walaupun mereka sekelas, mereka tidak pernah berbicara. Hanya sekedar tau nama saja.
Tari pun hanya menampilkan wajah tenang.
Walaupun didepan nya ini adalah Biru - teman kelasnya yang tidak pernah berinteraksi dengannya. Karena sifatnya yang sedikit tertutup dan juga sulit bersosialisasi."Makasi udah nolongin gue" Tari mencapkan dengan tulus.
"ekhm Iya sama sama" balas Biru.
"Oiyaa, kita kan dari kelas sepuluh sampe sekarang sekelas. Tapi gue baru bisa ngobrol berdua sama lo itu kemaren dan sekarang.hehe "
"iya" balas Tari singkat. Karena dia juga bingung mau merespon seperti apa.
Keheningan kembali terjadi, tetapi Biru si cerewet ini merusaknya.
"Lo tau ga bintang yang paling terang itu apa? " tanya Biru. Ia memastikan apakah Tari akan menanggapi pernyataan gajelasnya ini atau tidak .
" Menurut buku yang pernah gue baca, bintang yang paling terang itu adalah Sirius"
balas Tari seadanya.Biru pun senang bukan kepalang. Akhirnya Tari mau merespon pertanyaan nya ini.
"Tapi dengan melihat Cahaya sirius itu juga sama aja kita melihat masa lalu" Ucap Biru.
Tari mengernyitkan keningnya bingung.
" Kenapa bisa gitu ? " tanya TariBiru tersenyum dan terkekeh karena pertanyaan Tari dengan wajah cengo nya. Sedikit imut menurut Biru.
"Karena Cahaya yang dipancarkan dari langit ke Bumi sebenarnya cahaya dari masalalu"
"Kok bisa?
" Mau dengerin cerita gue gak, Tar? "
"Disinilah kisah mereka dimulai"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Biru
General FictionHanya penulis amatir yang masih belajar dalam dunia pernovelan. diupdate ketika lagi mood doang. hehe Sedikit cringee. mweehehe