***
Pagi yang cerah datang menyapa dengan matahari. Gadis bermata teduh itu masih bergulat dengan selimutnya. Akibat semalam ia begadang, Tari adalah gadis yang disiplin akan waktu. Ia tidak menyia-nyiakan waktu yang berharga itu. Sama seperti kata pepatah "waktu adalah uangbetapa berharganya waktu, karna waktu hari ini takkan pernah kembali esok hari. Sedangkan time value of money mengatakan betapa berharganya uang saat ini"
"eugh.. " gumam Tari yang berusaha membuka matanya. Kemudian bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Setelah mandi, Tari kemudian menatap cermin dan mengoleskan liptint di bibirnya agar keliatan lebih bewarna. Kemudian turun ke bawah untuk sarapan."Morning Bunda"
"Morning Ayah" Sapa Tari kepada kedua orang tuanya.
"Morning, honey" balas Ayah dan Bunda
Tari pun terkekeh kala mendengar sebutan "honey" itu. Menurutnya itu terlihat menggelikan.
Sarapan keluarga itu dimulai dengan khidmat hanya ada suara sendok yang berdentang.Kemudian Ayah Tari membuka suara."Sayang, abis lulus SMA ini kamu mau lanjut kemana? " tanya Ayah.
"Hmm, aku mau lanjut ke Fakultas Seni Rupa tang ada di Universitas Kota Bandung, Ayah" balas Tari tersenyum.
Pilihan Tari untuk mengambil jurusan Seni Rupa adalah pilihan yang tepat. Karena sesuai dengan hobinya, melukis.
"Wahhh, bagus itu sayang" seru Ayah
"Semoga kamu lolos ya nak" ucap sang Bunda yang akhirnya bersuara.
"Aminn, makasi Ayah dan Bunda udah dukung keputusan Tari" balas Tari tulus
"Sama-sama nak" balas keduanya.
"Yaudah gih, berangkat sekolah. Ntar kamu telat, lagi" Ucap Ayah.
"Hehehe, kalau gitu Aku berangkat ya" balas Tari dan kemudian menyalimi kedua orang tuanya.
***
"Tar, sini deh gabung".Chika tiba-tiba bersuara. " Sa, Nay kalian juga sini deh" sambungnya lagi memanggil teman teman lain yang duduk pojok ruangan. Kebetulan pagi ini guru belum masuk."Gue skip, Chik" tolakku halus sambil menunjukkan buku UTBK, dan bank soal ujian mandiri kampus terkenal di daerah kotaku yang berjejer cantik dimeja.
Chika pun menggangguk mengiyakan.
Biru yang dari tadi memperhatikan Tari mengajak bangki kesayangannya menuju ke meja Tari.
Tari melihat dari penglihatannya kalau Biru sedang menuju ke sini. Sedikit rasa penasaran yang terbesit dibenaknya, tumben dia nyamperin gue kesini, pikirnya."Hai, gue boleh gabung" tanya Biru ramah.
"Oh hai, boleh boleh" balas Tari gugup.Pasalnya jarang ada cowok yang berbicara dengan nya. Terutama Biru si pentolan sekolah, yang terkenal banyak penggemar.
Keheningan kembali terjadi kala kami sedang berdua. Aku yang fokus dengan buku UTBK dan teman-temannya.Sementara Biru juga fokus ke buku belajarnya."CIE CIEE, PIW PIW" teriak Chika cekikikan dari pojokan sehingga semua teman teman kelas menatap kami berdua. Ingin menggoda.
Biru yang sedari tadi memperhatikan bukunya kemudian menoleh dan menatapku.
"Ekhem, lo ga nyaman ya kalu gue gabung disini. Sementara yang lain ngeliatin kita mulu"
"Gue gak papa, santai aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Biru
General FictionHanya penulis amatir yang masih belajar dalam dunia pernovelan. diupdate ketika lagi mood doang. hehe Sedikit cringee. mweehehe