Soccer Lover

0 0 0
                                    

Sorak-sorau terdengar di mana-mana, dengan tatapan yang fokus tertuju pada orang-orang yang berhamburan di lapangan sepak bola. Teriak antar pemain menggelegar, para penonton yang mendukung pun menggigit jari geram.

Disini lah diriku, menyaksikan pertandingan yang ganas sembari menggenggam tangan sahabat ku, Nakula.

Fokus menatap, tak ada berani yang mengganggu.

Cemilan ditangan satu ku, dengan perlahan menyantap nya sembari menatap kearah lapangan.

Sungguh, turnamen kali ini terasa ganas, permainan yang sengit.

Diriku terbawa suasana, berteriak ketika melihat bola memasukki gawang, menandakan bahwa salah satu tim menyetak gol dan artinya mereka mendapatkan poin.

"YEEEEAAAAHHHHH!!!! WOOOHOOOO!!!" Sorakku sembari melompat.

"Satu poin lagi, tim kita menang, Nakula!" antusias ku yang terus-menerus melompat kegirangan. Nakula mengangguk seraya terkekeh.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara peluit dari wasit. Seisi lapangan terdiam, melihat bola yang perlahan menggelinding memasukki gawang lawan.

Disaat bola berhenti didalam gawang lawan, kami semua bersorak meriah. Bukan hanya kami, tim kami yakni mewakili sekolah kami pun memenangkan pertandingan ini.

Mereka bersorak gembira, memeluk pemain satu sama lain. Keringat membasahi jersey, tangis bahagia pecah.

Ini final, dan di final inilah kami pemenangnya.

Tim Pass-Lock, itulah tim yang mewakili sekolah kami. 5 orang diantara mereka adalah sahabat karib ku. Ya, aku menyukai salah satu dari mereka, itu kenapa aku memaksakan diriku untuk menonton pertandingan mereka padahal aku tidak terlalu suka acara olahraga.

Izhaqy, melambaikan tangan pada kami. Aku dan Nakula sontak langsung mengambil beberapa botol air mineral untuk mereka, dan berlari ke lapangan.

"Ini, minum pelan-pelan aja," ucapku sembari memberikan mereka botol air mineral satu persatu.

Nakula memberikan handuk kecil kepada mereka, "Ini, basuh keringat kalian," ucapnya.

Tanpa sadar, aku melihat sekilas kalau Izhaqy menatap yang lainnya sembari tersenyum. Aku tak memikirkan hal itu.

Namun tiba-tiba Randy menyambung, "Udah cepetan, udah menang nih kita!" ucapnya antusias.

Kenapa sih? Ada apa?

Nakula tiba-tiba melangkah dengan perlahan, menjauhi ku. Aku menoleh, "Kau kenapa berjalan seperti itu?" tanyaku namun ia tak menjawabnya, melainkan hanya tersenyum.

Izhaqy melangkah mendekati ku, aku hanya diam mematung seraya menatapi nya. Tak sadarkan diriku, ternyata teman ku yang lain juga menjauh dari kami berdua.

Mereka tampak tersenyum sumringah, "Ayo cepetan!" sorak mereka.

"Erie.. Jikalau diriku ini mampu memenangkan pertandingan ini, mengapa diriku tak bisa memenangkan hatimu? Kalau begitu, aku bertanya pada mu sekarang. Bisa kah aku, memenangkan mu sepenuhnya, Erie?"

Pertanyaan yang barusan dilontarkan nya membuat ku semakin terbungkam. Mulutku tak sanggup untuk berbicara. Jantung ku berdegup kencang, bahkan mungkin ia bisa mendengarkannya.

Aku tak kuasa menahan senyumku, "Ini.. Nyata? Atau aku sedang bermimpi? Aku kira kau menyukai Nakul—"

Sebelum diriku bisa menyelesaikan kalimat ku, ia sudah menarikmu kedalam dekapannya. "Kalau aku menyukai Nakula, pasti sudah Nakula yang berdiri disini, Erie." ucapnya meyakinkan ku.

Aku masih tak percaya akan hal ini. Aku kira cinta ku takkan terbalaskan, aku kira ia menyukai sahabatku. Lantaran, interaksi nya dengan Nakula lebih banyak ketimbang dengan diriku. Ia selalu mendekati Nakula, bukannya diriku. Cemburu? Huh! Pastinya.

"Kau bohong kan? Bilang saja ini taruhan, kan kalian sudah memenangkan pertandingan ini." tanya ku untuk meyakinkan.

Ia menghela nafas kasar, "Apa yang bisa membuat mu percaya?" tanya nya pada ku seraya menatap ku intens.

"𝘒𝘪𝘴𝘴 𝘮𝘦 𝘪𝘧 𝘺𝘰𝘶 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘮𝘦." ucapku penuh percaya diri.

Apasih, Erie? Kalimat mu barusan seperti menunjukkan bahwa kau adalah wanita mesum! Apa yang ku katakan barusan?! Batinku stress.

Tiba-tiba, ia menarik pinggul ku dan menyentuh dagu ku dengan lembut. Menyatukan bibir dengan bibir ku dengan lembut. Tanpa ku sadari, aku melingkari lehernya dengan tanganku.

Kami melepaskan ciuman pertama kami. Orang-orang disekitar kami bersorak meriah, bahkan sampai ada yang bersiul.

Nakula bertepuk tangan tanda bangga, wajahnya tersenyum sumringah.

Randy, Andrien, Abyinthara, dan Raffazka bersiul dan bersorak. Oh? Jadi mereka sudah merencakan ini, ya?

"Mimpiku menjadi nyata dong? Haha," kekeh ku.

Ia menatap ku heran, "Hah?"

"Kau tidak tau ya, terkadang bahkan sering kau masuk dalam mimpi ku, dan didalam mimpiku kau selalu menjadi kekasih ku." ucapku sembari menyubit halus pipi nya.

"HAH!?" teriaknya terkejut.

Aku hanya tertawa terbahak-bahak, entah apa yang ku tertawakan. Teman-teman ku yang lainnya menghampiri kami, "Yeyeyeyey PAJAK JADIAN WUWOWUWOWYWUW" antusias Randy.

"Apasih, bocah prik. Kamu jadian sama adikku aja engga ada tuh pj-pj an" cibir ku.

"Yaudah, kalau gitu kami dapet dong??" tanya yang lain.

Aku hanya bisa tersenyum dan tertawa.

7 purnama ku nantikan kekasih ku yang selalu menyelinap masuk dalam mimpiku, tak percaya bahwa ia akan menjadi milikku. Rasanya masih seperti terdayuh dalam mimpi tiada bangkit, seisi atma ku kini di penuhi bunga mawar bermekaran.

LOVER - TAYLOR SWIFT

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life; FantasizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang