Kematian tidak menyelesaikan masalah. Bahkan setelah mati pun masalah tetap ada. Tidak ada yang abadi di dunia ini atau pun di dunia yang lainnya, karena yang abadi adalah masalah itu sendiri.
Saat gelap gulita menabur kegelisahan di permukaan hati yang tandus, aku merasakan kesunyian perlahan mengendap mengambil segala tawa yang baru pecah tadi siang. Kulihat mama Jeni terbaring tanpa menutup mata, kelopak matanya enggan membungkus bola mata yang mulai kehilangan sinarnya. Mata yang setiap hari bertatap sendu pada foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto itu adalah foto anak satu-satunya yang telah berpulang kepada Sang Pencipta setahun yang lalu.
Kepergiannya bukan hanya membawa jiwa dan raganya tapi separuh jiwaku dan jiwa semua orang yang mencintainya dibawa serta olehnya. Semenjak saat itu kami seperti lupa bagaimana rasanya tertawa karena benar-benar merayakan kesenangan. Semua tawa yang pecah saat ada kumpul-kumpul keluarga hannyalah kedok untuk menutup kesedihan yang amat dalam.
Pernah suatu waktu aku terbangun di tengah malam. Mimpilah yang membuatku terjaga. Aku bermimpi, aku berjalan di sebuah jalan yang sepi. Tak ada siapa pun yang aku jumpai di jalan. Tidak sebelum sampai di ujung jalan itu. Hanya desiran angin berembus dan sayup-sayup bunyi dedaunan yang berdesakan karena tertiup angin. Sepertinya hidupku telah dikutuk sunyi. Lalu di ujung jalan itu di bawah sebuah pohon terhampar sebuah kursi panjang. Kulihat seorang pria muda duduk. Dia melihat ke arahku lalu memanggil.
"Hai Arga bagaimana kabarmu? mampirlah sebentar." ucap Aksa yang sambil membersihkan permukaan kursi di sebelahnya.
Aku mengiakan permintaannya itu dan duduk di sebelahnya. Tanpa basa basi Aksa lalu berbicara. "Orang-orang yang tidak menyukuri pemberian Tuhan. Orang-orang yang mengemis kematian karena terlalu bodoh berasumsi. Mereka berpikir bahwa kematian adalah jalan keluar satu-satunya untuk mengakhiri beban kehidupan, padahal sebenarnya tidak. Tapi aku senang, karena dengan begitu usiaku akan bertambah dan pikir-pikir aku juga bisa membantu menghilangkan kesedihan mereka." ucapnya sambil tersum manis.
"Aksa, Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Tapi jika yang kamu maksud aku adalah orang yang putus asa, maka kamu benar. Semangat hidupku telah direnggut oleh nasib buruk setahun silam. Saudaraku satu-satunya dihampiri kematian dengan cara mengenaskan. Hatiku hancur. Aku merasa Tuhan tak adil." ucapnya, lalu Aksa tersenyum manis.
"lalu, sekarang apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Aksa kepada Arga.
"Jika bisa, aku ingin kamumemanggil malaikat pencabut nyawa, agar nyawa ini bisa terpisah dari ragaku yang rapuh."
Lalu Aksa berkata "tunggulah partnerku tengah malam nanti di rumahmu. Dia akan dengan bahagia memisahkan nyawa dari ragamu. Sehingga engkau bisa merasa bebas dari penderitaan." Ucap nya lagi.
Saat tengah malam tiba, masih dalam mimpinya, Arga dengan gagah menunggu malaikat pencabut nyawa itu datang. Arga merasa tak sabar nyawa ini terbebaskan dari raga. Arga ingin tahu bagaimana rasanya mati, karena di dunia ini sudah tak ada lagi alasannya untuk hidup. Tapi sudah hampir lewat tengah malam, pencabut nyawa itu tak kunjung datang.
"Kenapa keinginanku tak pernah terlaksana? bahkan keinginanku untuk mati pun tak terkabul." ucapnya dalam diam.
Di malam sesudahnya, masih di dalam mimpinya arga kembali menunggu pencabut nyawa hingga tengah malam. Tapi hasilnya nihil, pencabut nyawa itu tak juga datang.
"Sepertinya Tuhan sudah tak menganggap ku ada. Aku adalah jiwa dan raga yang terbuang." Ucapnya lirih.
Lalu dimalam yang lain, masih di dalam mimpinya, Arga mempersiapkan diri untuk mati. Kali ini Arga tak berharap pencabut nyawa datang. Arga ingin mengakhiri hidupnya sendiri dengan menggantung raga pada tali yang sudah ia siapkan. Niatnya sudah bulat.

YOU ARE READING
365 Days Without Aksa
FanfictionSejak kepergian Aksa, Arga menjadi sosok yang berprilaku sungguh berbeda dulu Arga adalah anak yang baik dan pintar hanya saja itu dulu sebelum Aksa pergi dari dunia ini namun sekarang Arga menjadi anak yang kurang kasih sayang dari kedua orang tuan...