BAB III: Les Privat Untuk Riyanti (7)

5.9K 21 0
                                    

"Mamah janji katanya saat aku udah 17 tahun, mamah bakal mengajari tentang tubuh cowok gimana, dulu pas kakak tanya mamah nggak bolehin. Mamah cuma kasih tau tentang yang dialami cewek aja, gimana rasanya, biar kakak nggak cari tau di luar rumah, tapi sekarang mamah malah nggak ngebolehin, kalau kakak cari diluar kan bisa mah, tapi nggak kakak lakuin", tiba-tiba ucap Riyanti yang terisak sambil menangis karena di marahi mamahnya itu.

"Terus mamah sekarang liat itu? Anu mamah keliatan sama bang panji sedekat ini malahan, mamah nggak malu? Kenapa mamah biarin anu mamah keliatan sama bang panji, siapa bang panji kenapa bisa liat anu mamah? Mamah bilang dulu kalau hanya suami yang boleh, tapi mamah sekarang nggak lakuin itu. Memang bang panji suami mamah sampe mamah liatin meki mamah", lanjutnya sambil terisak-isak itu. Aku melihat bu Tina yang sudah turun emosinya dan diam tak bisa menjawab, lalu bu Tina pun duduk didepan kami berdua. Posisi duduknya seperti orang jepang menyajikan makanan atau duduk. Tidak mengangkang, jadi vaginanya tertutup tak namun bulunya masih keliatan jelas.

"Iya bener mamah ngomong seperti itu, tapi kamu nggak boleh samain kamu dengan mamah. Mamah ini udah dewasa, mamah juga ditinggal ayahmu selingkuh sama wanita lain, udah berapa tahun mamah sendiri kak, mamah juga butuh temen cowok yang baik yang bisa jadi temen curhat mamah jika mamah cerita tentang nafsu dan birahi mamah ini, nggak bisa mamah ceritakan sama kamu karena kamu itu cewek dan masih kecil, belum pernah merasakan tidur dengan lelaki", jawab bu Tina dengan nada yang pelan dan matanya sedikit berair. Riyanti semakin menangis mendengar mamahnya.

"Bang panji itu lah temen cowok mamah, betul mamah dan bang panji sering chat malam dan kami sampai telponan dan mamah menikmati bercerita sama bang panji tentang kebutuhan biologis mamah, cuma sebatas itu tapi", lanjut bu Tina sambil melirikku.

"Kenapa bang panji? karena mamah udah melihat kalau bang panji itu tidak akan sampai meniduri mamah, dia hanya meladeni mamah lewat telpon, memang kami ngomongnya jorok di telpon seperti chat mamah dengan om W yang kamu tanya dulu itu, tapi om W itu beda dengan bang panji, om W memang sama suka sama dia, jadi mamah nggak akan menampakkan tubuh mamah ke dia, mamah tunggu waktunya nanti", sambung bu Tina. Ternyata memang benar bu Tina ada suka sama om W. Aku sedikit cemburu, namun lega karena menurut cerita riyanti tadi sore juga hanya sebatas WA dan telponan, namun jika kerumah tidak pernah jika bu Tina memakai pakaian minim apalagi sampai melihatkan vaginanya itu.

"Terus bedanya mamah dengan kakak dimana? Kan sama-sama cewek, terus kakak udah 17 tahun, mamah mau kalau kakak cari tau diluar sana?", tanya riyanti yang mulai sedikit diam dari tangisannya.

"Iya maafin mamah, tapi kamu tetap nggak boleh cari tau diluar atau nonton video porno gitu tanpa sepengetahuan mamah, mamah nggak mau kamu nonton video gituan", jawab bu Tina.

"Mamah nggak ngebolehin kakak cari tau atau liat di internet, tapi mamah malah liatin sendiri ke bang panji tubuh mamah itu, mungkin aja bang panji juga kayak gitu ke mamah mana aku tau", sambung Riyanti. Bu Tina sedikit kikuk dan diam ingin menjawab pertanyaan anaknya itu. 

"Kakak jangan gitu ke mamah, kan katanya kakak mengerti keadaan mamah, maafin bang panji kadang bang panji salah", kataku sambil meredamkan suasana hening ini.

"Bang panji nggak salah, mamah yang salah, mamah boleh gitu ke bang panji, aku cuma ingin tau aja mah, hanya itu", kata Riyanti lagi.

"Yaudah gini, mamah jujur ke kakak, memang betul bang panji dan mamah saling memperlihatkan tubuh kami. Walaupun bang panji bukan suami mamah, tapi mamah juga ada rasa ke bang panji, dan bang panji lebih cocok mamah jadikan teman spesial mamah, hanya sebatas itu", jawab bu Tina.

"Sekarang kenapa kakak pengen tau sampai nonton video porno?, jujur coba jawab mamah", tanya bu Tina.

"Kakak cuma pengen tau mah, liat mamah kek gitu ke bang panji pasti ada rasa enaknya kan? nggak mungkin mamah nampakin ke bang panji kalau nggak ada tujuan apapun", jawab Riyanti sambil memandang mamahnya itu.

"Liat duduk mamah itu, jelas keliatan jembut mamah sama bang panji, apa yang mamah rasain coba kasih liat begituan ke bang panji?", tanya nya lagi.

"Terus mamah pas liat punya bang panji, apa yang mamah rasain, apa yang mamah perluin, sampai-sampai mamah kasih liat ke bang panji yang bukan suami mamah itu?", lanjut Riyanti.

"Nah kakak pengen tau rasa itu mah, cuma itu. Kakak hanya ingin tau agar kakak nanti kalau pacaran nggak sampai macam-macam seperti yang mamah ingatkan dulu karena kakak udah mengerti", sambungnya. Bu Tina pun terdiam sambil melihatku cemas. Aku pun tak tau mau mengucapkan apa-apa lagi saat itu.

"Intinya jadi kakak pengen liat punya cowok? Untuk apa coba jawab mamah dulu", tanya bu Tina ke Riyanti.

"Aku penasaran mah, ingin tau juga, aku juga penasaran sama mamah dimana sih enaknya memperlihatkan anu mamah ini ke bang panji, dan bagaimana mamah saat melihat punya bang panji? Jadi aku ngerti mah, dan aku nggak bakalan berbuat macam-macam pasti diluar sana nanti, karena apa? karena udah ngerti, dan lebih baik orang tua yang mengajari anaknya bukan", jawab Riyanti. Apa yang dibilang Riyanti ada benarnya, namun yang terlalu jauh adalah karena sikap bu Tina yang seperti ini kepadaku yang membuat Riyanti sampai ingin tau rasa melihat Penis seorang lelaki secara langsung itu. Seorang anak juga pasti ingin tau kenapa mamah nya begitu dan yang salahnya bu Tina adalah menunjukkan tubuhnya kepadaku didepan anaknya. Wajar jika seorang anak menanyakan hal tersebut, begitu menurutku.

Bu Tina lalu berdiri, lalu masuk ke kamarnya tanpa satu kata pun. Riyanti masih terdiam. Lalu bu Tina memanggilku.

"Bang panji kemari bentar bisa?", tanya bu Tina. Aku pun bangun dan masuk ke kamar bu Tina.

"Bang jadi gimana nih? Saya harus gimana coba? Kalau saya mengakui ngentot dengan abang nanti takutnya Riyanti seperti anak-anak broken home diluar sana dan mengingat saya yang ngentot dengan abang pastinya dia mau ngentot sama orang nanti, gimana bang?", tanya bu Tina gelisah.

"Iya sekarang udah ribet kak, aku juga nggak tau kasih saran gimana ni", jawabku pusing. Mata bu Tina tertuju ke arahku sambil memikirkan sesuatu.

"Bang, minta tolong boleh? Dan abang janji sama saya? Mau bang?", tanya bu Tina dengan wajah yang serius.

"Boleh tapi apa dulu kak?", jawabku takut-takut. Bu Tina terdiam sejenak lalu berkata.

"Saya ajarin tentang kontol dan tubuh lelaki ke si kakak secara langsung melalui tubuh abang, dan biarkan dia melihat abang, tapi abang tahan nafsu abang depan si kakak sedikit, jangan sampai buat dia nafsu an, janji bang ya?". Aku tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Bu Tina.

Bersambung ke part selanjutnya...

Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang