BAB III: Les Privat Untuk Riyanti (4)

6.7K 24 0
                                    

"Abang lapar nggak", tanya Rianti setelah menutup telpon.

"Mamah dalam perjalanan pulang, katanya sih macet, kalau lapar kita disuruh makan duluan", lanjutnya.

"Abang sih nggak, kakak kalau lapar makan dulu gih", Jawabku.

"Belum lapar-lapar kali sih, aku mau mandi dulu bang, gerah belum mandi heheh", katanya.

"Pantesss ada bau-bau apa sih dari tadi, rupanyaaa", tanyaku bercanda sambil membuka mata.

"Yeee cium nihh cobaa", saut Riyanti sambil memegang kaosnya dan menyuruhku untuk mencium aroma kaos  nya itu.

"Hahahhaha, mandi terus, abang izin rebahan sebentar ya", jawabku sambil rebahan karena capek duduk terus.

"Okehh abang", jawab Riyanti. Lalu dia pun masuk ke kamarnya sebentar dan keluar kembali menuju ke belakang rumah untuk menghidupkan lampu belakang dan mengambil handuknya. Riyanti pun melewatiku menuju kedepan guna menghidupkan lampu teras dan terus masuk ke kamar mandi.

Aku mendengar suara jatuh air dan riyanti mandi sambil bernyanyi. Badanku terasa sangat lelah, mataku juga sudah sayu rasanya ingin tidur. Aku pun terlelap di atas karpet tukri depan TV itu. 

Lalu terdengar bunyi pintu kamar mandi, dan aku terbangun dari tidurku. Entah berapa menit aku tertidur pikirku. Riyanti pun keluar sambil memakai handuk seperti yang kulihat kemarin, handuknya sepaha. Aku melihat bagian pahanya itu, penisku pun mulai terasa gelisah ingin berdiri.

"Ihh abang malu aku diliatin gitu", kata Riyanti seakan menutup pahanya yang sadar itu dengan kaos yang dia kenakan tadi akan aku yang sedang menatap pahanya.

"Hmm, kan wajar abang kan cowok, hehe", jawabku tersenyum.

"Kata abang kan udah sering liatt", jawabnya. "Hahahhaa", aku pun tertawa. Lalu riyanti menuju ke belakang lagi dan memasukkan baju kotornya ke laundry bag di belakang itu. Riyanti menunduk sambil mengobok-obok pakaian kotornya, entah apa yang ia cari. Aku dari kejauhan samar-samar melihat ada daging yang berwarna tidak terlalu gelap, malah putih tertonjol dengan lipatan hitam ditengahnya. Benar saja! Itu adalah vaginanya, penisku menegang dengan cepat. Tapi hal itu hanya sesaat karena riyanti kembali masuk kedalam, dan melewati ku sambil melihat ke arah TV dan menunduk sedikit karena melewatiku lalu masuk ke kamarnya. Riyanti tidak menutup pintu kamarnya, hanya menutup setengah saja.

"Pakai baju dulu ya bang", ucap Riyanti singkat.

"Nggak pake juga nggak apa-apa, hahahha", candaku dari luar.

"Yeeee abang gatal ihh", jawab Riyanti genit dari dalam kamarnya. Aku sangat ingin melihat dengan jelas tubuh telanjangnya Riyanti itu. Tadi kurang jelas, aku sangat ingin melihat bentuknya seperti apa itu, pantatnya yang sedikit besar dan padat itu juga membuatku penasaran. 

Aku pun memberanikan diri ingin mengintip dari pintunya yang tertutup setengah itu. Riyanti sedang membuka pintu lemari yang posisinya itu satu dinding dengan pintu kamar. Jadi aku hanya dapat melihat pantatnya yang dibalut handuk saja karena tertutup oleh pintu lemari yang terbuka. Aku melihat sekitar, kamarnya sangat rapi dan simple menurutku. Banyak foto-foto bersama temannya tertempel di meja rias, lemarinya 2 pintu dipenuhi kaca, kasurnya Queen size yang dipenuhi bantal boneka itu.

Lalu riyanti menutup pintu lemarinya dan meletakkan CD putih dan kaos oversize seperti yang dia kenakan tadi. Berarti benar anak ini tidak memakai BH dari tadi. Mungkin karena di rumah tidak keluar kemana-mana. Riyanti lalu pergi ke arah meja rias yang ada kaca itu, dan mengambil kaos lalu memakai kaosnya namun hanya sampai leher. Lalu ku lihat dia memakai deodorant dan melepas handuk nya yang terurai ke lantai itu. Penisku makin menegang, pantatnya sangatlah ketat dan yang paling ku idamkan aku melihat payudaranya yang lumayan menurutku, sangat padat, dan yang paling utama adalah Vaginanya! Iya vaginanya keliatan dari kaca itu, tak kelihatan bulu di vaginanya, hanya garis lubang vaginanya yang gelap kemerahan. Vaginanya sangat mulus bersih dan putih kemerahan.

Aku tak bisa mehanan penisku lagi, namun aku menjaga agar tidak ribut dan ketahuan oleh Riyanti kalau aku sedang mengintipnya. Riyanti lalu berbalik ke arah kasur dan mengambil CDnya, aku pun bersembunyi dibalik tembok takut riyanti sadar aku mengintipnya. Sesaat kemudian terdengar bunyi seperti riyanti sedang menaruh sesuatu di atas meja riasnya itu. Aku pun kembali mengintipnya, rupanya riyanti telah menurunkan kaosnya yang berada dileher tadi dan sedang duduk di meja riasnya sambil memakai bedak dan lain-lain.

Ah sial sekali, akhirnya aku kembali rebahan di karpet. Aku masih membayangkan vagina riyanti itu, penisku masih tegang. Aku ingin merasakan tubuh riyanti. Namun sedikit ragu bisa melakukannya. Tapi tak apa, aku bisa melampiaskan birahi penisku ini ke bu Tina nantinya, pikirku dalam hati.

Terdengar suara mobil berhenti didepan rumah. Aku pun bangun dan melihat ke jendela depan, lalu kembali ke kamar riyanti dan menanyakan bahwa ada mobil berhenti di depan rumah. Ku lihat riyanti masih berada di meja riasnya.

"Kak..kakak itu didepan ada mobil, siapa ya", tanyaku ke Riyanti. Riyanti pun buru-buru meratakan bedak diwajahnya.

"Eh mamah kayaknya itu bang, reborn hitam ya", tanya riyanti.

"Iya reborn hitam kak", jawabku. Lalu riyanti berdiri dan ternyata dia belum memakai CD nya! Riyanti mengambil CD yang diletakkan di meja riasnya. Dia pun buru-buru memakainya.

"Abang nggak maluuu lihat riyanti ihh", ucap Riyanti senyum sambil tetap memakai CDnya itu. Aku sekilas melihat vaginanya itu, walau hanya sebentar dan menyamping karena posisi riyanti tidak searah denganku.

"Mulus yah, hihi..", jawabku tersenyum kecil.

"Harus dongg, harus cantik luar dalam", jawabnya lagi sambil merapikan bedak di meja rias itu.

"Emang dalamnya cantik coba liatt..", candaku. Riyanti lalu berjalan ke arahku.

"Nihhhhh... abang panji gatall..", ucap Riyanti. Tak kusangka Riyanti menyingkap kaosnya ke atas, memperlihatkan vaginanya yang dibalut CD bewarna putih itu sambil mencubit kecil perutku.

"Hahhaha aduuhh", ucapku lalu menepuk pantatnya yang besar itu. Riyanti pun berlalu melewatiku dan membuka pintu depan.

Aku kembali duduk di depan TV. Ku dengar suara percakapan diluar antara Bu Tina dan suara lelaki. Riyanti masih berada di pintu. Lalu beberapa saat kemudian bu Tina muncul dengan wajah yang bahagia. Bu Tina mengenakan kemeja putih dengan rok hitam selutut.

"Eh bang panji, udah makan belum?", tanya bu Tina kepadaku.

"Nunggu kakak sampe sih, itu riyanti juga baru siap mandi", jawabku.

"Bang panji gatel mah, liatin aku terus dia, hihii..", riyanti mengadu ke mamah nya. Bu Tina lalu tertawa lalu berkata, "Khusus bang panji nggak apa-apa deh, anggap aja dia serumah sama kita, gitu-gitu bang panji baik kok", jawab bu Tina santai.

"Tumben-tumbenan mamah bolehin, pantes kemarin mamah nggak ganti baju yaa, keenakan bang panji tu, hihi.." ucap Riyanti sambil tersenyum. Bu Tina telah selesai membuka sepatunya dan menutup pintu.

"Husss.. sama bang panji aja boleh, kalo orang lain jangan termasuk om W yah", pinta mamahnya ke Riyanti.

"Iya iya mahh", riyanti menuju ke arahku dan duduk di pas didepanku karena laptopnya tadi berada di depanku. Riyanti duduk menyilang seperti tadi dan menampakkan CD nya berwarna putih itu. Bu Tina yang melihatnya dan juga melihatku yang sedang memperhatikan bagian selangkangan Riyanti itu.

"Bang panji jangan ngeres yahh liat kamiii," canda bu Tina sambil tertawa.

"Saya mau mandi dulu terus ganti pakaian dulu ya bang, terus kita makan", sambung bu Tina seraya membuka pintu kamar dan masuk kedalam.

Bersambung ke part selanjutnya...

Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang