BAB III: Les Privat Untuk Riyanti (9)

5.9K 17 0
                                    

"Kalau gitu, mamah pakai baju dulu ya, nanti bang panji nafsu dia lihat mama semalaman gini terus, heheh", kata bu Tina yang tersenyum itu.

"Nggak apa-apa mah, kita kerjain bang panji malam ini. Eh bang panji nginep kan?", tiba-tiba Riyanti teringat kalau aku kan baru pertama ke rumah mereka sampai malam begini. Bu Tina pun tersentak dan sedikit kaget.

"Aduhh mamah nggak ketemu RT nya tadi, pulang tadi juga lupa kita kesana, bang Panji ada bawa copyan KTP", tanya bu Tina.

"Ada di ransel kak, ehh kalau kakak belum lapor ke RT nanti takutnya nggak enak sama tetangga kak", jawabku sedikit gugup.

"Iya bang, yaudah abang abis makan pulang terus pulang dulu deh nanti kemalaman dijalan bahaya juga begal di daerah kita ini, kakak udah siap tugasnya buat besok", tanya bu Tina ke Riyanti.

"Alaahhhhh, nggak jadi deh bang panji ajarin kakak, kita lapor sekarang aja yuk mah", pinta Riyanti ke mamahnya.

"Nggak bisa kakak, nggak enak nanti sama RT nya, soalnya bang panji udah disini baru kita lapor, nanti pikiran mereka yang bukan-bukan lagi", jawab bu Tina. Aku pun berpikir demikian, walaupun kehidupan dan kebiasaan mereka berdua ini sedikit lebih ke gaya kehidupan orang luar sana, namun orang daerah sini pikirannya tetaplah masih sedikit awam. Takutnya aku tidur disini malam ini di grebek oleh masyarakat dan bisa-bisa masuk penjara nih dalam hatiku.

"Yaudah besok abang kemari lagi, kalau udah di lapor ke RT sama mamah sore abang ke rumah deh", kata ku.

"Nah bang Panji ngerti dia, kak nanti tanya-tanya sama mamah deh, tidur sama mamah malam ini yah", ucap bu Tina ke Riyanti.

"Yahhh, janji bang ya besok nginep pokoknya!", kata Riyanti memelas manja kepadaku.

"Iyaiyaaa", jawabku senyum.

"Yaudah bang kita makan dulu sekarang yuk, tuh jam 19.50, nanti abang kelamaan pulangnya", pinta bu Tina.

"Mamah nggak pakai baju dulu?", tanya Riyanti.

"Gini aja deh mamah, nanti kelamaan bang panji disini, pulangnya larut dia ntar sampai rumah", jawab bu Tina sambil menuju ke dapur.

"Lagi-lagi bang panji dapat jackpot mah, hehehe", ejek Riyanti.

"Iyaa nggak apa-apa, khusus bang panji aja, yuk bang makan dulu sini", jawab bu Tina sambil mengajak kami untuk makan.

"Duduk dibawah aja kita ya, lesehan, hehehe", ucap bu Tina lagi. Meja makan hanya tersedia 2 kursi, kata mereka juga kalau makan sering nonton TV. Jadinya kursi dimeja makan tidak pernah digunakan. Bu Tina dan Riyanti membawakan piring berisi ikan dan lauk. Kami pun duduk makan bersama sambil bercerita dan tertawa, Riyanti mulai gembira karena rasa keingintahuannya akan tubuh lelaki itu akan terjawabkan. Bu Tina duduk mengangkang kali ini didepan kami berdua, vagina hitam berbulu nya jelas terlihat dan terbuka sedikit, kelihatan dari warna merah kehitaman bibir vaginanya itu.

"Bang panji awas kesedak makannya, matanya asik liatin memek mamah, hahah", kata Riyanti. Aku memang sesekali memandang vagina bu Tina itu. Bu Tina pun tertawa, tiba-tiba lipatan handuknya terbuka dan muncul payudara besar indah menggantung itu, bu Tina tidak bisa menahan handuknya karena tangannya memegang piring itu.

"Lah mamah kasih bonus lagi, hahahah", kata Riyanti lagi makin terbahak melihatku. Bu Tina lalu meletakkan piring dan mengikat kembali handuknya itu.

"Heheh, nggak boleh lama-lama ya bang, nanti abang berubah pikiran nggak mau pulang", canda bu Tina. Kami pun tertawa dan melanjutkan makan.

Makan malam pun selesai, bu Tina dan Riyanti telah selesai merapikan piring kembali. Riyanti lalu mencuci piring kotor tadi di dapur, bu Tina menghampiriku dan mencium bibirku sambil melihat Riyanti yang tak lihat ke arah kami. Aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menusuk vaginanya. Bu Tina keenakan sambil melebarkan kakinya, tangan nya meremas penis ku dari luar celana. Riyanti melihat ke arah kami dan sedikit berjinjit melihat apa yang sedang kami lakukan atau bicarakan bisik-bisik itu. Aku pun melepaskan tanganku dari vagina bu Tina.

"Ciee ngpain tuh berdua", ejek Riyanti ntah tau apa yang kami lakukan atau tidak.

"Enggak mamah cuma nanya bang panji ada uang tidak", jawab bu Tina mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah abang pulang ya kak, besok sore abang ke rumah lagi, jangan lupa kakak lapor ke RT okee", pintaku ke bu Tina dan Riyanti.

"Iyaa hati-hati yang bang", jawab Riyanti lalu melanjutkan mencuci piring.

"Hati-hati pulangnya ya bang, WA saya nanti kalau udah sampai rumah, jangan kayak semalam nggak ada kabar", katanya mencubitku.

"Heheh kecapean kakk, yaudah saya izin pulang yah", jawabku.

Bu Tina mengantarkanku sampai kedepan pintu, bu Tina hanya menampakkan kepalanya sedikit di pintu rumah karena dia hanya memakai handuk. Takutnya ada orang lewat. Aku menghidupkan motor, dan keluar lalu melambai ke bu Tina. Dalam perjalanan pulang aku teringat kalau ransel ku tinggal di rumah mereka berdua. Yaudah pikir ku, rumah mereka sekarang jadi rumah kedua bagiku. END

Begitulah kisah kali ini, nanti akan aku sambung di Cerita selanjutnya, namun aku sedikit sibuk bekerja di pagi hari. Jadi kuusahakan untuk membuat cerita selanjutnya. Kisah ku ini ku adaptasi dari kejadian yang memang terjadi kepadaku. Seperti biasa, aku bukanlah penulis, hanya membagikan kisah hidup ini dengan kalian semua. by: NoName69

Calon Janda dan Tukang Fotocopy Jilid IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang