Hallo semua, ketemu lagi sama yaya. Akhirnya yaya bisa lanjut lagi buat nulis cerita ini. Kenapa yaya up chapter ini sekarang, sebab yaya ingin kasih tahu kalian kalau cerita satunya bakal selesai, habis itu yaya bisa fokus di cerita ini
Yang udah nunggu lama maafin yaya ya, yang pasti cerita ini tetep lanjut! Cuma kalian kasih yaya dukungan biar yaya tambah semangat hehe^^
Hm! Itu saja, selamat membaca dan semoga kalian menyukai ceritanya♥️
"04"
♧♧♧
.
.
"Eh?"
Entah efek mematikan dari wajah menawan orang itu atau mungkin karena dengan memikirkan hal lain, Gexian sedikit bengong cukup lama. Sampai orang itu mengambil duduk di kursi sampingnya kesadarannya kembali.
Jika Arkan adalah protagonis yang memiliki penampilan tampan, elegan, dan terlihat seperti anak yang memiliki karakteristik berpendidikan, Segara kebaikannya.
Cukup dua kata, yaitu panas dan badass! Cocok menempati gelar antagonis. Berpenampilan liar, urakan, pemberontak, rambutnya diwarnai, ditambah penampilannya yang sembrono. Beruntung dia memiliki wajah tampan, dengan wajah itu setidaknya bisa mengcover hal buruknya.
"Hari indah Gar," Alfaro tersenyum lebar sampai-sampai matanya yang sipit bertambah sempit hingga terlihat sedang memejamkan mata. Ia dengan antusias menceritakan kejadian di sekolah sebab Segara absen karena suatu kepentingan.
"Lo tahu, tadi dia nantangin Arkan sama anak lainnya. Hahaha sumpah wajahnya asem banget. Lo aja yang waktu nantangin Arkan reaksi wajahnya datar kaya tembok. Hahaha rasain tuh anak, emang dia pantes buat di benci! Gue bangga sama lo kak! Mulai sekarang lo bakal jadi idola gue! Idola favorit gue! *&!#$.."
Suara melengking Alfaro dengan instrumen musik kafe menambah kesan yang menakjubkan. Ujung alis Gexian berkedut, telinganya berdengin, kepalanya mulai pusing. Gexian tahu inti dari inti ucapan anak itu! Kapan semua ini berakhir! Ayolah ia tidak kuat lagi! Apa kedua temannya tidak ada yang mau menghentikan ocehan tidak berfaedahnya?!
Segara melihat penampilan Gexian yang tertekan. Dia memijat kepalanya dengan dahi mengerut. Itu membuatnya sedikit menumbuhkan rasa kasihan.
Sejujurnya ia tidak begitu akrab dengan Gexian. Ia hanya tahu nama serta orangnya. Itupun gara-gara Keenan setiap hari mengeluh ingin berkenalan dengan kakak ini. Ia biasa aja, tidak ada kesan dan begitu tertarik.
Perlu ia ingatkan. Mereka menjadi siswa baru masih seminggu yang lalu. Jalankan kenal siswa satu sekolah, teman satu kelas saja ia belum tentu hafal namanya.
Kembali ke topik. Segara menatap Alfaro yang masih terus bicara.
"Berhenti mengoceh," perintah Segara pada Alfaro. Ia memandang kakak kelas mereka yang menunduk terlihat frustasi. "Lo malah buat dia nggak nyaman."
Mereka yang kenal dengan Alfaro sudah hafal, mengoceh sepanjang kenangan adalah bakat yang dimilikinya. Jadi mereka sudah biasa. Biarkan saja, lama kelamaan lelah sendiri.
"Hehe maafin gue kak," Alfaro terkekeh malu. Ia baru ingat jika Gexian serta Keenan belum memesan minuman. "Kak mau gue pesenin apa? Ada menu makan juga. Lo belum makan kan?" tawarnya.
"Nggak, terimakasih," tolak Gexian sopan oleh kebaikan Alfaro. Gue nggak boleh kelamaan. Habis ini gue harus pergi jemput Anne. "Gue gak bisa lama-lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi - GEXIAN LORENZO [ on going ]
Teen Fiction《Bromance》 Hanya kerana satu kutukan, Gelian harus menanggung akibatnya. Novel itu berkualitas tinggi, tapi berakhir bobrok karena sang penulis memberikan ending yang buruk. Karakter Gexian hanyalah penghias novel bukan tokoh penting. Ia membalas de...