09. kalian, jangan pernah dekati dia lagi

1.9K 243 38
                                    

Langsung baca aja okei. Happy reading
《 Mengingatkan, ada 1 tokoh baru cukup penting hrs kalian ingat 》

.

"Canda lo gak lucu Ge."

"Serah," jawab Gexian jutek. Ingat wajahnya baru saja dipukul sama bocah ingusan itu. Lihat saja. Ia tidak akan menoleransi atau memanfaatkannya dengan mudah.

Kebetulan ada taksi dari ujung yang lewat, tangan kanan Gexian terangkat guna menghentikan sang taksi.

Sebelum masuk, Gexian melirik ke arah Gevin yang berwajah lusuh. Tck, yang punya masalah itu gue kenapa lo yang susah. "Jangan lupa transfer semua uang yang gue punya, sama surat pengunduran diri, besok pagi. Kalo lo masih ganggu rencana gue, nggak ada lagi kata sahabat."

Gexian masuk, langsung menutup pintu tanpa berniat melihat ke arah Gevin sebelum pergi.

Tak lama kemudian usai jalan sang sopir bertanya kemana tujuannya mereka, dan malah membuat Gexian sedikit bingung. Maaf bukan sedikit tapi dirinya benar-benar sangat bingung. Kemana ia akan pergi. Selain rumahnya sendiri, hanya rumah Gevin serta rumah Segara lah yang ia tahu sekarang.

Masa gue harus pergi ke rumahnya Gevin sih, gue nggak mau. Tapi kalo bukan ke rumah dia gue pergi kemana. Mana nggak bawa uang lebih lagi. Ponsel juga gue kasih ke dia. Ke rumahnya Segara mungkin kali ya? Nggak. Gak bisa. Dia juga punya masalah. Yang ada gue malah nambah beban buat dia.

Aaa... gue harus minggat kemana ini...

Bukan tanpa alasan Gexian memberikan ponselnya pada Gevin. Ia melakukan itu karena takut jika ia tidak pulang ke rumahnya ponselnya ke-trace Google oleh ayahnya. Selagi seseorang menggunakan ponsel, sekedar melacak keberadaannya itu hal yang mudah.

"Tuan ini kita kemana?" tanya sang sopir mulai gemas melihat penumpangnya yang sedari tadi mikir sambil mengacak-acak rambut.

Mata Gexian melirik ke luar. Ini jalan di sekitar daerah sekolahnya. Daripada gue pulang ke rumah mending tidur di jalan kali ya? Alasannya memang untuk menghindar. Gexian tidak tahu harus bagaimana jika bertemu dengan kedua orang tua itu. Hatinya berkata jika hubungan mereka tidak sedikit baik. Ditambah ia bukan Gexian asli, itu hanya akan menambah suasana mereka bertambah aneh.

"Pak berhenti disini."

Mobil perlahan menepi dan berhenti. "Ini uangnya, makasih ya pak."

Sang sopir menerima uangnya, beruntung itu uang pas jadi ia tak perlu mencari uang kembalian. Saat ia melihat keluar melalui kaca, belakang lehernya tiba-tiba merinding. Ia menatap Gexian dengan ngeri. Tidak, anak ini sama sekali tidak menggemaskan. Sama sekali tidak!

Memastikan penumpang sudah turun dan menutup pintu, buru-buru sang sopir menacapkan gas mobil untuk pergi dengan ketakutan.

"Eh?" beo Gexian melihat taksi yang melesat pergi. Entah hanya perasaannya saja atau bukan, Gexian merasa taksi tadi pergi seolah sedang dikejar sesuatu.

Bodo amat. Tanpa pusing Gexian mengabaikan hal itu. Ia langsung pergi menuju gang depan, dan masuk kesana.

Andaikan Gexian tahu dimana tempat ia minta untuk berhenti, sudah jelas Gexian bakal lari ketakutan juga. Sebab tepat dibelakang Gexian ada plang kayu bertulisan 'Tempat Pemakaman Umum' yang mana juga terdapat pohon beringin besar.

Alasan sopir ketakutan karna pikirnya Gexian bukanlah manusia.

- G -

Itu jam empat pagi, udara masih segar, dan hawa angin masih terasa dingin. Namun cahaya fajar remang-remang sudah mulai terlihat. Jalannya sepi, belum ada satu pun yang lewat. Karna mungkin masuk gang ditambah jalan ini sempit makanya tidak ada lalu lalang orang bepergian.

Transmigrasi - GEXIAN LORENZO [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang