03. lalu, gue menurutmu bagaimana?

2.6K 360 76
                                    

Di chapter ketiga (つ≧▽≦)つ
Karena keterlambatannya, Yaya ganti dengan jumlah kata yang lebih panjang

Semoga kalian menyukai ceritanya
Votenya okey!!

^_^

Maaf jika terdapat sebuah typo

[[ HAPPY READING ]]

"03"

_______________333________________

.

.

.

.

"Lo?!" teriak Gexian. Jangan bilang!

Arkan tersenyum menatap Gexian yang terkejut. "Ya, gue Arkan yang lo benci."

Nasi sudah menjadi bubur. Kalau ia memilih kabur dari sini, wajahnya mau ditaruh dimana. Image Gexian Lorenzo yang tampan membahana akan hancur! Ia tidak mau!

Gexian memasang wajah garang. "Jadi Arkan itu elo. Ya, gue nggak suka sama lo sejak dulu! Gue muak lihat wajah lo! Wajah lo yang sok-sokan!"

Ini nggak papa gue bilang kaya gini? Kalau nambah masalah gimana? Alah, masa bodoh. Arkan kan emang ditulis buat jadi masalah hidupnya Gexian. Sekarang atau nanti sama-sama muncul masalah, cuma beda waktu.

"Dimana letak gue menjadi sok-sokan?" tanya Arkan.

"Tanya ke diri lo sendiri! Intinya gue itu benci sama lo! Teman lo juga. Semua! Orang yang dipihak lo juga gue benci!"

Teman Arkan yang duduk disampingnya menatap tidak percaya. "Lo nggak logis banget kak. Kalau lo bencinya sama Arkan, kenapa yang lain juga lo benci. Kan mereka nggak salah. Kaya gue, masa gue nggak tahu apa-apa tapi temenan sama Arkan juga lo benci?" ucap Zaim panjang lebar.

"Serah gue lah! Napa nggak terima? Lagian ngaruh apa kalau lo gue benci? Urusin masalah lo sendiri! Jangan ikut campur urusan orang lain!"

"Kok lo ngegas, gue tanya baik-baik anjing!" Zaim terbawa emosi, ia beranjak berdiri ingin menghampiri kakak kelasnya yang tidak tahu malu namun ditahan oleh Arkan. "Beruntung lo disini, ditempat lain gue ketemu lo nggak bakal gue lepasin."

Lah, belum apa-apa gue udah diancam. Gexian pura-pura berani, ia mengacungkan jari tengahnya pada Arkan--tidak, tapi semua teman-teman yang berada di sampingnya Arkan juga.

"Bangsat maksud lo apa?! Nantangin hah!" kali ini Michael yang tidak tahan dengan kelakuan kakak kelasnya. Ia pikir kakak kelasnya yang manis itu hanya sedang bercanda, tapi lama kelamaan beneran ingin cari ribut.

Kabur ah~~~ Gexian buru-buru berlari keluar kantin. Ternyata, pilihannya untuk menantang mereka tadi sama sekali tidak tepat! Apa ia lupa, bukannya rencananya itu ia harus menjauhi tokoh utama berserta orang-orang disampingnya, serta membuat Anne membenci mereka.

Tapi kalau ia menyuarakan tantangan justru membuat mereka mencarinya untuk berurusan kan? Terlebih bisa jadi Anne ikutan mereka musuhi karena tahu Anne adiknya orang yang menantang mereka.

Gexian memukul kepalanya. Gexian bodoh! Bodoh! Ajing lo bodoh banget bangsat! Harusnya tadi lo nggak usah sok nantangin mereka. Lagian apa lo lupa, lo masih belum punya seseorang di pihak lo! Harusnya tuh lo ikutan buat geng dulu. Baru lo bisa cari urusan sama mereka.

Berjalan sambil otaknya terus menyumpahi tindakan bodoh dirinya, Gexian tidak sadar berjalan sampai ke arah lapangan basket. Jarak dengan kantin cukup jauh, sebab lapangan basket berada di dekat gerbang depan, sedangkan kantin berada di area bagian belakang. Ia berjalan cukup jauh.

Transmigrasi - GEXIAN LORENZO [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang