Love Is Not Easy (2)

381 24 1
                                    

••••

••••

Daniel Alexander, pria itu sudah memasuki kelas dua belas tahun ini yang mana sebentar lagi dia akan segera memasuki dunia perkuliahan. Selama masa putih abu-abu nya Daniel tidak bisa dikatakan sebagai murid teladan, tapi tidak juga murid badung yang kerjanya hanya keluar masuk bk.

Dia murid biasa-biasa saja. Tidak peringkat satu, tapi juga tidak peringkat akhir.

Tidak dikenal sebagai murid teladan, tapi juga tidak dikenal sebagai murid pembuat onar. Pokoknya dia itu murid yang biasa-biasa saja meskipun beberapa kali pernah terlibat pertengkaran, tapi itu ketika awal-awal masuk sekolah saja kalau sekarang sih sudah enggak.

Sekarang kenakalan Daniel itu lebih kepada datang terlambat. Dulu dia pernah beberapa kali masuk bk karena terlibat pertengkaran dan yang selalu datang ke sekolah itu ayahnya kalau ibunya jangan tanya deh setiap abis berantem Daniel diceramahi tujuh hari tujuh malam.

'Lihat aja kalau kamu berantem lagi apalagi kalau Mama tau Papa ke sekolah karena dipanggil oleh wali kelas Mama sita komputer, ps, handphone dan laptop kamu semuanya!'

Waduh kalau ancamannya sudah begitu sih Daniel langsung nyerah.

Kalau itu semua disita bagaimana cara Daniel bermain game?

Pagi ini saja dia kesiangan karena bermain game hingga jam dua malam. Bangun bangun matanya merah dan seusai mandi pun dia masih terlihat sangat mengantuk.

"Wah kayaknya enggak tidur semaleman tuh."

Suara adiknya itu membuat Daniel melotot yang malah ditanggapi dengan cekikikan oleh Faza.

"Biarin aja. Kalau matanya makin parah terus diharuskan pake kacamata lagi, Mama enggak tanggung jawab."

Mendengar sekilas saja Teresaa sudah mengomel yang membuat Faza semakin kegirangan.

"Sering tau Ma dia main game sampai pagi apalagi kalau lagi libur sek......"

"Paket yang kemarin lo pesan itu kapan sampai..."

"Kakakkkk."

Faza langsung merengek sambil menatap kakaknya dengan mata melotot. Dia bisa habis dimarahi kalau ibunya sampai tau dia memesan sesuatu lagi.

"Paket apa?" tanya Teressa.

Teressa menatap kedua anaknya dengan mata memicing. Sedangkan Faza yang duduk di sebelah kakaknya mencubiti lengannya karena kesal.

"Paket aku Ma. Kemarin minta tolong Faza pesenin," kata Daniel sambil tertawa melihat ekspresi ketakutan adiknya.

Meskipun awalnya terlihat ragu, tapi Teressa berusaha untuk bertanya dan tidak mengatakan apapun lagi.

Love Is Not EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang