jadi, setuju nih?

133 12 0
                                    

"Sumpah dek, rendang kali ini enak banget daripada biasanya. Yaudah ya, semangkuk ini abis loh"

Doyoung berteriak dari lantai dasar agar Jungwon yang sejak semalam mengurung dirinya dikamar itu keluar. Tetapi masih juga belum ada tanda-tanda pintu putih itu terbuka.

"Ada daging yang besar banget, empuk, bumbunya meresap, nasinya hangat lagi"

"Minumnya sih paling enak sama es teh ma-"

"BACOT MANA RENDANGNYA?!"

Jungwon berlari bagai dikejar masalah lantas langsung menyambar mangkuk merah berisi rendang. Hendak pergi sambil membawa rendang itu, Doyoung lebih dulu menarik baju sang adik hingga membuatnya terduduk.

"Udah, makan di sini bareng-bareng"

Bibirnya terus dikerucutkan, sendoknya terus dibuat mengaduk nasi putih itu tetapi matanya menatap lekat daging rendang di depannya. Meskipun sang papa sudah beberapa kali mengajaknya berbicara, Jungwon tetap membisu. Masih merasa marah pada keputusan tiba-tiba orangtuanya.

"Kami putuskan untuk menikahkan kamu sama Jay itu juga ada alasannya, Ju. Kamu masih belum bisa menjaga dirimu sendiri, kamu masih perlu bimbingan dan papa sama ayah nggak bisa selamanya bimbing kamu. Dengan adanya Jay, ayah yakin Jay bisa membimbing dan menjaga kamu"

"Emangnya papa sama ayah mau kemana? Kok ngomongnya gitu sih. Papa sama ayah pasti bisa bimbing aku sampe aku bisa bimbing diriku sendiri!"

"Jangan naif, apapun bisa kejadian"

"Maksudnya apa? Kalian ngomongnya kok serem gitu sih! Kaya bakal ada yang mati aja"

"Ya kan kita ga mungkin tau masa depan, biar lo juga ada yang marahin kalo nakal, hukum kalo salah, kasih pengertian yang bisa bikin lo berubah"

Jungwon memasukkan sesendok nasi dan rendang ke dalam mulutnya masih melirik tajam Doyoung yang sedang berbicara.

"Kalo gitu bang Doy aja yang hukum, ngapain pake nikah segala?"

"Oh? Kalo gitu gue suruh lo bantu ngerjain tugas kantor gue tanpa gue gaji, terus gue suruh ngelakuin pekerjaan rumah, gue larang lo keluar malem, sita helen, harus rubah sikap, cari ker-"

"Najis, mending gue nikah!"

Belum sempat selesai, Jungwon sudah muak dengan kakaknya itu. Kalau sudah begitu, Jungwon hanya bisa menikmati rendang untuk terakhir kalinya sebagai seorang jomblo.

"Berarti udah nggak marah kan? Setuju ya?"

"Tapi harus banget sama ongse? Kalo disuruh nikah sama oon aku mau banget kok pa, walaupun oon emang agak-agak"

"Bukannya berubah malah makin menjadi dong kalo nikah sama Sunghoon. Jay itu anaknya baik, pekerja keras, kaya raya, ganteng, banyak yang mau sama dia loh"

"Terus kenapa pilih aku yang gak mau sama dia? Manusia jaman neolitikum ini emang plot twist begete ya"

"Soalnya lebih asik kalo ngejar yang sulit didapatkan daripada yang kasih cuma-cuma,"

kata ayah langsung menyahut lalu melanjutkan kalimatnya, "dulu ayah bisa aja pilih mau yang mana, tapi ayah pilih papamu soalnya dia aja yang benci ayah waktu itu. Sensasi ngejarnya tuh lebih menantang daripada yang mau-mau aja"

Meski begitu, Jungwon masih tidak paham mengapa dirinya harus menikah dengan orang asing, padahal mimpi untuk terus bebas tanpa ada yang melarang sudah terus menghantuinya. Tetapi jika harus menjadi babu kakaknya, lebih baik ia menikah.

Change ⟨ JayWon ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang