10

121 7 55
                                    

The number you calling is—' Argh! Jungkook hendak saja membanting ponselnya ke aspal kalau tidak ingat dirinya masih waras. Ini sudah satu jam ia mengelilingi hampir seluruh gang besar maupun sempit didaerah dekat restoran tersebut—tempatnya dan Baekhyun makan tadi. Ia sendiri tidak habis pikir, kemana anak ini? Apa 'hanya' karena marah dengannya harus sampai acara menghilang segala begitu?

"Baekhyun-ah!" ia berteriak, sedikit keras menyadari ia tengah berada ditempat sepi. Begitu nyaring. Jungkook sudah cukup lelah, rasanya ingin tidur dan dia tidak cukup sinting juga meninggalkan kekasihnya yang mungkin tersesat mengingat Baekhyun belum pernah sama sekali dalam seumur hidupnya ke Busan. Yah, begitulah menurut cerita yang didengarnya dari Baekhyun sendiri.

"Baek, kau dimana?" gumamnya lirih.

Kringg—Kringg—

Dahinya berkerut mendapati nomor asing yang memanggil tertera dilayar. Ia berpikir sebentar, dengan ragu ia mengangkat panggilan tersebut. "Yeoboseyo?"

"Masih mengingat aku, Jeon Jungkook yang tampan?"

"Huh?"

"Ck, payah. Kau bahkan melupakanku sebegitu cepatnya."

Jungkook memutar otaknya dengan cepat, suara ini seperti, "Park Chae Young?"

Seseorang diseberang sana mengangkat sudut bibirnya, "Syukurlah kau tidak lupa."

Jungkook memutar matanya bosan, "Ada perlu apa lagi?" slut, tambahnya dalam hati.

"Ouh, aku tidak akan mengganggumu lama-lama kok, tenang saja. Hanya mau memberi informasi saja, kalau kekasih cantikmu itu sedang ada dibersamaku—" kedua mata Jungkook melebar, "Diantara hidup dan mati."

Untuk kali pertamanya, ia jadi peduli untuk menanggapi celotehan Park Chae Young. Ya, benar sekali. "A-apa?"

Sedangkan yang diseberang sana malah tertawa penuh kemenangan, "Terkejut, Jungkook-ssi?"

Ia tetap bersikukuh pada harga dirinya. Baekhyun sedang disekap, dan ia tahu kalau Chaeyoung itu sama phsyco-nya dengan dirinya, pastinya yeoja itu akan nekad melakukan banyak hal gila—minus jangan sampai membunuh Baekhyun saja. "Kenapa kau melakukan ini?" setelah seperkian dekit ia mengontrol nafas, detak jantung karena terkejut. Ini benar-benar tak terduga.

Yeoja itu mendengus, "Untuk apa? Tentu saja untuk mu Jungkook sayang, dan balasan karena kau telah mempermalukanku didepan publik saat konferensi pers. Hanya karena anak ingusan seperti kekasihmu itu! Menggelikan, huh, sejak kapan kau jadi melankolis begini, hm? Tidak seperti Jeon Jungkook arogan yang biasa ku kenal."

"Tutup mulutmu, jalang!" jawabnya setengah menggeram.

"Ouh, kalau kau mengataiku seperti itu aku tidak masalah. Setidaknya hargaku lebih mahal daripada kekasihmu yang siap kau lecehkan kapan saja."

"Shit! Beritahukan saja dimana Baekhyun!" itu bukan sebuah permohonan, itu sebuah perintah. Jungkook tidak akan pernah merendahkan harga dirinya didepan siapapun, kalaupun begitu, ia takkan menanggapi corengan nama baik atas dirinya dari orang lain. Tapi, lain halnya dengan Baekhyun. Ia akan melakukan apapun, walaupun ia harus bertekuk lutut dikaki namja itu lalu disaksikan oleh semua orang didunia sekalipun. Ia tidak peduli. Ini bukan hanya sekedar obsesi akan seksnya dengan Baekhyun. Ia mencintai namja itu.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang