Keesokan harinya, tepat seminggu yang dilewati. Lisa akan mulai hidup mandiri.
Lisa dan keluarganya meninggalkan rumah pukul sepuluh pagi. Ia mengantar keluarga-nya menuju bandara. Sesampainya dibandara, mereka duduk – duduk sejam di luar sebelum akhirnya keluarga Lisa akan masuk ke dalam terminal pesawat untuk mencetak boarding pass. Lisa di peluk bergantian oleh kedua orang tuanya dan si kembar. Akhirnya mereka memasuki terminal dan Lisa memandangi punggung mereka satu per satu hingga tak terlihat lagi.
"Nona, apa kita juga segera berangkat ?" Tanya supir yang berada disebelah Lisa.
Lisa menoleh lalu tersenyum dan mengangguk. Akhirnya mereka meninggalkan bandara dan segera menuju tempat tinggal Lisa yang baru.
Sepanjang perjalanan Lisa mengingat – ingat kembali barang apa saja yang telah dibawanya. Sambil memandang keluar jendela Ia memikirkan semua rencana yang harus dilakukan dan nasehat dari kedua orang tuanya. Memikirkan keluarganya, Ia hampir melupakan supir kesayangan Ayahnya. Menatap supirnya dari dudukan mobil dibelakang, "Oh Ia, Bapak dan orang di rumah gimana ?" Tanya Lisa.
"Oh, kami semua nanti di kembalikan ke perusahaan" Jelas Supir sambil sesekali melihat ke arah kaca spion mobil untuk melihat Lisa.
"Tapi, saya masih bisa kembali kerumah sesekali untuk melihat ?" Tanya Lisa sekali lagi, kali ini dengan wajah gembira.
"Benar, Non. Wah, nanti ada saatnya mau kangen – kangenan sama rumah ya ?" Jawab supir dan sekaligus menggoda Lisa seperti biasanya.
"Hehehe...," Lisa hanya tertawa kecil mendengar jawaban Supir.
***
Tiga jam perjalanan sejak dari bandara Soe-Hatta membuat Lisa tidur di tengah waktu perjalanan. Didukung menunggu macet dan lamanya perjalanan membuat Lisa tak tahan untuk mengambil posisi tidur juga jam keberangkatan orangtua dan kedua adiknya yang harus dipersiapkan dari jam 6 pagi.
Terasa rem mobil yang cukup membangunkan Lisa, pertanda bahwa Ia sudah sampai ditempat tujuannya. Lisa mengusap wajahnya lalu mengambil botol minuman di dalam ransel biru besar miliknya dan meneguk beberapa jumlah air untuk menghilangkan rasa hausnya. Dilihat supir yang sudah keluar dan membuka bagasi belakang mobil untuk mengeluarkan kopor – kopor miliknya, Lisa segera menggendong tas kemudian keluar dari mobil limosin panjang yang dinaikinya.
Hal yang membuat Lisa penasaran akhirnya terkuak juga. Halaman yang penuh rerumputan hijau, rumah yang banyak tanaman dan udara yang lumayan terasa sejuk karena pohon – pohon yang mengelilingi rumah itu. Rumah yang akan ditinggali Lisa selama SMA. Rumah yang sangat sederhana, Lisa bahkan tertegun kalau ternyata ini pertama kalinya akan terpana dengan keadaan rumah tersebut.
Terdengar dari arah rumah, pintu yang dibuka, keluar seorang wanita paruh baya sekitar berumur 40 tahun tersenyum pada Lisa. Ia menghampiri Lisa lalu segera memeluknya, "Bagaimana kabarnya ? Keluarga pasti sudah berangkat," Tanya wanita itu.
Lisa membalas memeluk wanita paruh baya itu dan tersenyum, "Baik Bu, sudah tadi saya mengantar mereka ke bandara."
"Kuat ya, tinggal dua tahun lagi'kan ?" Kata Ibu itu menyemangati Lisa. "Itu kepalanya kenapa ? habis jatuh ?" Tanya Ibu itu menunjuk pada dahi Lisa.
"Pasti Bu ! Iya Bu, hehehe biasa suka ceroboh. . ." Lirih Lisa sambil meringis.
"Ya ampun, pasti orangtua khawatirnya minta ampun ! apalagi Ayahmu !" Seru Ibu itu sudah sangat mengenal keluarga Lisa.
Lisa hanya terkekeh mengangguk geli. Lisa melihat Supir sudah berada disampingnya, lantas Ia mengarahkan tangannya, "Ini Bapak Ronny Bu, yang bekerja bersama dengan Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Library of Heart
Teen FictionLisa harus terjebak dan membersihkan perpustakaan yang besar dan merepotkan. Namun, Reyan tidak bisa dibiarkan mengerjakan semuanya sendirian karena kesalahan yang Lisa lakukan. Meskipun tidak sengaja, namun Lia bertanggung jawab atas perbuatannya...