Prolog (Venus)

90 8 3
                                    

Jakarta, 2016

Suara teriakan terdengar dari luar kamar seorang gadis kecil cantik, yang membuat gadis itu tidak tenang dalam belajarnya.

"Papa Bajingan! Tidak mau bersyukur sama sekali yaaa!" batin seorang gadis kecil dengan kalung bertuliskan Venus yang sedang mencoret-coret sebuah kertas gambar.

Sedangkan di luar ada sepasang suami istri yang sedang ribut, sang suami meributkan sang istri yang tidak sanggup memberikan anak laki-laki untuknya.

"Kamu pasti ada main serong kan Gabriella makanya anak itu sangatlah berbeda!" teriak seorang laki-laki

"Mas Wagner sadar Mas, Si Venus kan darah daging kamu sendiri, dan aku tidak main serong kaya yang kamu tuduhkan itu." ucap seorang wanita kepada sang suami yang lagi marah besar.

PLAK!

Laki-laki itu menampar sang istri. karena tidak percaya sama sekali dengan ucapan istrinya.

"Jikalau kamu tidak kasih saya anak laki-laki maka kita cerai, Dan aku nggak akan kasih nafkah ke kamu dan anak pembawa sial itu titik!" ucap Wagner

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun gadis itu mulai berfikir gimana caranya membuat sang ayah sayang kepadanya, namun pupus karena sang ayah lebih menyukai anak laki-laki karena sang ayah menganggap anak laki-laki dapat bisa meneruskan perusahaanya.

*****

Jakarta, 2022

Gadis kecil itu sudah beranjak remaja, ia memotong rambut panjangnya dan menutup payudaranya menggunakan kemben yang super ketat lalu menggunakan kaus band sebagai dalaman, baju kemeja flannel sebagai luaran, celana ripped skinny jeans, sepatu converse 70s, dan tidak lupa topi snapback yang dibalik. Lalu gadis itu keluar dari kamarnya yang dulu serba pink dan sekarang menjadi banyak poster band.

"Mah, Venus berangkat nganterin koran dulu ya biar kita bisa makan," ucap gadis itu berpamitan.

"Hati-hati ya Venus sayang," ucap Gabriella memperingati gadis bernama Venus itu.

Di tempat agen koran ia meminta koran dan majalah-majalah untuk di jual kembali secara berkeliling menggunakan sepeda BMX hitam merahnya yang sengaja ia modifikasi dengan keranjang di depan.

"Nak Venus, kamu harus kasih setoran tepat waktu ke Kokoh okay," ucap seorang bos agen tersebut

"Siap Koh kan Venus anak rajin. " ucap Venus dengan tersenyum manis.

Venus pun berkeliling dari satu komplek ke komplek lainnya untuk mengantarkan koran dan majalah.

"Koran Koran! Majalah Majalah! murah meriah! Berita up to date semua ada loh!"

Itulah cara Venus menjajakan jualannya agar laris dan laku, biasanya orang-orang yang masih suka baca koran adalah dari golongan tua atau kakek-kakek dari golongan menengah ke atas.

Setelah koran dan majalah habis terjual. Gadis itu pun berjalan menuju tempat loper koran untuk memberikan setoran hasil penjualan koran. Namun malapetaka terjadi saat di pertigaan, Gadis itu ditabrak oleh sebuah motor sport pabrikan Italia dan sepedanya rusak parah.

"Maaf nona tidak sengaja," ucap laki-laki itu dari balik helmnya dan berusaha membantu Venus berdiri

Venus menolak bantuan laki-laki itu dan malah marah-marah. "Woyyyy kalau jalan lihat-lihat dong bangsat!! lo kira ini jalan punya nenek moyang lo apa? Sepeda satu-satunya gue jadi rusak nih! Ganti rugi nggak!" ucapnya

"Maaf sekali lagi maaf nona!" ucap laki-laki itu lembut

Venus meludah ke arah kaca helm yang terbuka dan pas terkena wajah laki-laki itu. "Makan tuh maaf, dasar orang kaya bajingan! Emang duit bapak lo halal hah!"

"Dibantuin secara baik-baik kok marah-marah maksud lo apa hah?" ucap laki-laki itu ikutan kesal juga

"Sekarang lo pergi!! Kalau nggak gue cepuin lo ke polisi!" teriak Venus

"Oke cepuin aja kalau bisa!" ucap laki-laki itu, lalu naik motornya kembali dan meninggalkan Venus sendirian

Venus pun berjalan kaki menuju ke tempat agen koran dalam kondisi pelipis berdarah dan pincang namun sambil mengangkat sepeda BMX kesayangannya, jarak tempat ia ditabrak dengan tempat agen koran masih sekitar 300 meteran kalau berjalan kaki.

Saat Venus sampai ke tempat agen koran pas ia memberikan setoran ke sang Bos. Sang Bos nggak tega melihat lutut kiri sama pelipis kiri gadis itu yang berdarah, dan juga sepedanya yang rusak, lalu memberikan semua hasil penjualan kembali ke Venus.

"Koh Remon nggak tega ngelihat kamu kayak gini Venus, kamu besok nggak usah nganter koran dulu ya, istirahat biar sehat kembali," ucap Boss loper koran itu

"Ta-tapi koh? Aduhhh." ucap Venus seraya menahan rasa sakit

"Gapapa Venus, kokoh maklumin kok. Soalnya kokoh udah ngganggap semua karyawan kokoh anak sendiri, jadi kamu nurut aja ya." ucap Koh Remon menasehati Venus

Venus pun menurut dengan ucapan Remon untuk pulang ke rumah. dan Venus pun membatin.

"Coba papa bisa menerima gue apa adanya ya. pasti gue sama mama nggak akan menderita seperti ini. Dasar bajingan kau Wagner!" batin Venus sedih sekaligus emosi

*To Be Continued*

Jupiter & Venus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang