1

825 89 6
                                    

Jenny menekan akses masuk ke dalam apartemen nya dengan menggunakan kode password berupa beberapa digit pada alat menempel pada tempat diatas tuas pintu. Jemari Jenny menekan-nekan angka yang merupakan akses kode masuk kedalam apartemen milik nya yang telah ia tempati tiga tahun belakangan ini. Suara khas dari suara itu berirama seiring dengan pintu terbuka secara otomatis akan kode password yang telah benar dimasukkan oleh jenny

Wanita cantik itu mendorong pintu itu dengan tak sabaran. Seolah rindu begitu mendera akan ruangan yang tak terlalu besar itu. "Ah! Finally home sweet home! " Ujar jenny penuh riang sembari melepaskan heels tujuh senti yang dikenakan nya selama bekerja secara sembarang.

Kaki polosnya berjalan masuk menuju ruangan yang terdapat sebuah sofa empuk. Tubuh nya sudah ambruk di sofa empuk berwarna cokelat muda itu. Jenny melepaskan segala lelahnya di sofa empuk yang memberikan kenyamanan tersendiri pada tubuh raramping nya. Sehingga membuat nya malas beranjak dari tempat seakan-akan memiliki perekat menempel ditubuh nya, Susah terlepas dari sofa itu.

Getaran handphonen samsung milik nya ketenangan yang baru saja jenny rengkuh. Tangan lembut nya meraih handphone samsung milik nya yang masih bergetar di atas meja, tak jauh dari jangkauan tangannya. Mata teduh itu menatap layar handphone samsung yang menyala "huh! Bos sialan! Menganggu waktu tenang ku saja! " Gumam jenny sambil menghela napas panjang. "Halo.ya pak? "

"Jenny, besok kita pagi ada meeting dengan klien penting. Saya kan mengirimkan alamat nya, jadi besok pagi kamu langsung kesana saja tidak usah untuk ke kantor" Ucap alasan jenny dari seberang panggilan telepon yang terhubung

"Baik, pak, " Jawab jenny singkat

"Oke! Saya harap kamu tepat waktu dan jangan sampai terlambat" Atasan jenny berucap dengan nada penuh memperingatkan. Seolah-olah jenny tak dianjurkan melakukan kesalahan sekecil apapun.

"Baik, pak, " Jawab jenny singkat karena malas untuk memperpanjang pembicaraan.

Sambungan telepon itu terputus oleh alasannya yang memutuskannya secara sepihak. Jenny menghelas napas. Seakan lelah menyerbu tubuh dan pikiran saat itu juga. Dia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, wanita cantik itu menuju tempat tidur nya. Merebahkan tubuh nya yang telah mengenakan baju tidur ternyaman ya v akan mengantarnya pada empuknya kasur tidur kesayangannya

Jenny membaringkan tubuh nya dengan kedua tangan direntangkan. Kedua mata dengan bola manik hitam cantik nya memandangi langit-langit kamar berflafonkan putih, warna senada dengan ruangan tidurnya. "Hah! Sunyi dan sepi, bunda? Ayah? Sedang apa disana? Aku rindu kalian" Ucapnya yang mengadi getir terselip rasa rindu mendalam tak tersampaikan. "Seandainya bunda dan ayah masih ada, kalian pasti akan menemani aku disini" Aduan getir itu kembali jenny senandungkan mengeluh akan sepi yang menyambangi

"Bunda? Aku paling suka saat bunda membelai rambut ku dipangkuan bunda" Racauan rindu jenny pada sosok lembut yang telah meninggalkanya kesisi alam lain. Air mata pun memilih kedua sudut mata teduh nya.

Kesepian membuat wanita cantik itu larut dalam suasana apartemen yang dihuni oleh dirinya sendiri. Suasana sunyi dan senyap yang biasa dapatkan membuat nya terlelap tidur dalam kerinduan oleh sosok lembut yang ia cintai hingga membawa jiwanya ke dalam dunia mimpi dan tertidur dengan nyaman.

Besok dia akan memiliki banyak pekerjaan, Bos besar perusahaan tersebut lebih gila dengan asmara yang dia jalani dari pada mengurus perusahaan nya sendiri. Kadang jenny kagum dengannya, tapi kadang wanita itu juga kesal saat mendengar suara percintaan yang ia lakukan dengan banyak wanita.


G-----P-----P-----


(Yang belum tau  " Gpp " Itu apa, singkatan dari cerita ini)


Keesokan pagi suara hentakan heels yang di kenakan oleh jenny bergema seisi ruangan yang ia lalui. Hentakan nya cukup keras akan kedua kaki jenjang nya berlari menuju ruang pertemuan yang kemarin malam atasan nya sampai kan. "Sial! Bisa-bisanya kesiangan  pada saat penting saat ini! " Celetuknya sembari merapikan rambutnya. "Habislah aku! Bos gila itu bisa memotong bonus ku jika aku terlambat sedetik saja pada meeting penting ini! " Sambung jenny dengan mengomel didepan pintu lift yang masih tertutup rapat.

Jenny menekan-nekan pintu lift drngan tak sabaran lalu masuk ke dalam lift dengan pintunya yang terbuka lebar, Wanita cantik itu masih mengatur ritme pernapasan nya akan efek langkah kedua kakinya yang berlari menuju lift. Tangannya ingin menekan tombol lantai yang ingin ia tuju, namun. Jenny urungkan akan tombol lantai itu yang sudah menyala. Dia tidak mengangkat kepala nya sama sekali, seseorang pasti telah menekan tombol lantai sehingga jenny tidak membuang-buang waktu berharga nya.

"Sepertinya kita akan ke lantai yang sama, nona? " Ucap seseorang pria di belakang jenny. Ia hanya membalasnya hanya senyuman tipis yang terpaksa pada orang asing yang tak di kenal. "Sepertinya nona sangat terburu-buru? Apakah ada sesuatu yang penting? " Pria itu kembali berucap dengan kedua mata awasnya yang memperhatikan jenny dari posisinya


Semoga suka cerita ini

Vote jika suka

Gairah Perselingkuhan Presdir ; Taennie✔️ (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang