"Yuli! Aku lupa punya janji lucy dengan nya! " Rutuk jenny dan bergegas meninggalkan meja kerja nya untuk menuju pada sebuah restaurant pasta yang menjadi tempat lucy dengan sahabatnya, Yuli.
"Dia pasti hampir lupa" Yuli menggerutu melihat sahabat nya baru tiba dan bergegas menghampiri nya.
"I'm sorry, my Yuli honey bunny sweety" Ucap jenny lembut dengan merayu Yuli "Tadi aku ada meeting penting dengan klie besar. Jadi aku sedikit terlambat, maafkan aku. My baby? " Jenny memasang wajah memelas nya dengan nada masih merayu sahabatnya yang tidak mengomel akan keterlambatan nya.
Jenny juga masih mengatur napas nya yang tersengal dan kelelahan yang akan langkah cepat yang ia ambil saat menuju restaurant pasta. Kedua bola mata hitam indahnya melirik arah warna orange juice yang tampak menyegarkan milik Yuli, tanpa ragu jenny menyeruput minuman milik sahabatnya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering kerontang.
"It's okay!, aku sudah hapal perangaimu yang sudah dalam dunia kerja" Yuli menghela napas melihat jenny yang masih menyeruput minuman orange juice miliknya, "bagaimana hasilnya? " Yuli terlihat penasaran.
"Hei! Baby kau masih perlu bertanya? Dengan kinerja seorang jenny? " Ucapnya yang sedikit angkuh. Kedua mata teduhnya memicing ke arah Yuli.
"Yes, I know! Jika kau sudah berkata seperti itu. Bisa aku tebak pastilah hasilnya sempurna" Ujar Yuli mengakui kelihaian jenny dalam dunia pekerjaan.
"That's right! Seperti biasa, aku bisa mendapatkan proyek kerjasama itu dengan mudah" Jenny berbangga diri akan hasil yang ia dapat dengan sempurna.
Tak lama seorang pelayan pria mengantarkan dua porsi spaghetti yang telah dipesan Yuli terlebih dahulu pada meja yang telah mereka berdua tempati. Kedua mata jenny berbinar melihat hidangan yang memancing nafsu makan nya. Tak mau membuang waktu, wanita cantik yang memiliki tinggi seratus enam puluh lima itu menyantap spaghetti dengan penampilanya yang cantik dan menggugah selera makan jenny.
"Ck!, pelan-pelan makannya! Jenny, aku tidak akan merebut makananmu" Yuli berdecak dan menggeleng kepalanya melihat sahabatnya itu.
"Aku sangat lapar dan juga aku setengah emosi" Jenny menghentikan jemari kanannya dari spaghetti yang sudah lahap hampir setengah porsi.
"Kamu di goda lagi sama klienmu lagi? " Yuli menebak sembari menyantap makanannya.
"Aku merasa risih saat dia menatapku terus selama pembicaraan kami. Tapi entah aku merasa tenang ketika dia melemparkan senyumamnya padaku, rasanya lembut" Jenny menjelaskan sikap aneh klien yang ia temui tadi pagi. Yuli tiba-tiba tersedak dan terbatuk saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut jenny. Seketika Yuli menyeruput minuman nya yang tersisa diatas meja untuk meredakan rasa tak enak ditenggorokan nya. "Hei! Pelan-pelan lah, aku tidak akan mengambil makanan mu" Jenny kembali bergurau dengan ucapan yang sama Yuli saat melihat nya agak rakus melahap spaghetti yang baru datang. Jenny mengambil tissue kepada sahabatnya yang tersedak itu. "Apa aku tidak salah dengar? Kau menceritakan seorang pria? Apakah Jenny Annavella yang dingin terhadap pria kini mau membuka hati? " Jenny terperangah dengan jenny yang ia tahu tak pernah menceritakan tentang pria.
"Sudahlah! Habiskan makanan mu cepat, waktu makan siangku mau habis" Jennye berdecis dan memerintahkan Yuli untuk menghabiskan makanannya. Sikap jenny malas membahas lebih pertanyaan yang keluar dari mulutnya tentang pria yang mengusiknya pagi tadi.
Ditempat lain brayan menekan tombol panggilan cepat yang terhubung langsung pada sekretarisnya melalui telepon kantor yang ada diatas meja kerjanya. Pria yang penuh wibawa dan kharisma akan setelan jas yang selalu ia kenakan saat ia bekerja memerintah kan masuk dalam ke ruang kerjanya yang berukuran cukup besar untuk seorang CEO dari perusahaan properti raksasa.
Suatu ketukan pintu dari luar membuat brayan kembali mengeluarkan suara baritonya yang khas "Masuk! " Perintah brayan tegas penuh arogansi kepada seseorang yang telah ia ketahui.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan? " Tanya hanna lugas ketika ketika kedua kakinya terhenti dimeja kerja brayan.
"Aku mau kau cari tahu semua informasi yang berkaitan dengan sekretaris Stiven yang kita temui tadi pagi. " Pria yang memiliki kuasa itu kembali mmemberi Tita dengan nada tegas tak ingin dibantah sama sekali.
"Baik tuan! Akan saya laksanakan! " Jawab Hanna cepat dengan nada tegas nan sigap.
"Oh, iya. Aku mau proposal yang ditawarkan oleh perusahaan Stiven dibawa langsung oleh sekretarisnya iitu jika bukan sekretaris itu yang mengantarkan, aku akan menolak dengan kerjasama perusahaan mereka. Katakan itu pada Stiven sebagai persyaratan utama jika mau projek kerjasama ini aku approved! " Brayan berucap tugas dengan sejuta rencana didalam pikiran nya.
Seringai sinis dengan sorotan mata tajam pembuat sosok pembisnis handal itu bagaikan peran antagonis dengan segudang rencana licik "ada lagi, tuan? " Tanya hanna untuk memastikan tak ada lagi perintah yang ia terima.
"Aku mau sembunyikan semua inii dari nyonya. Jangan sampai nyonya mengetahui tentang sekretaris Stiven. Simpan rapat-rapat. Kau dengar itu Hanna?! " Brayan sedikit menghardik Hanna untuk tak melakukan kesalahan akan perintah yang ia berikan.
"Baik tuan, akan saya lakukan tanpa ada kesalahan sedikit pun! " Jawab Hanna tegas dan penuh percaya diri. Ia lalu keluar dari ruangan tuannya untuk segera melakukan perintah dari tuannya.
Di dalam ruang kerja yang bernuansa abu-abu, Brayan masih menduduki kursi empuk singgasana miliknya. Dalam memori ingatannya tengah berputar sosok wanita yang mencuri perhatian ia tadi pagi, bahkan hingga kini bayangan-bayangan sosok wanita itu masih berputar dipikirannya.
"Jenny, wanita cantik nan polos, aku tidak akan melepaskan mu. " Seringai sinis kembali tersimpul dibibir ranum brayan.
"Mungkin takdir yang sudah menuntunku datang kepada mu. Matamu yang begitu teduh, membuat ku nyaman untuk betah berlama-lama menatapmu. Dan membuat ku tergila-gila kepadamu. "
Di perusahaan setelah makan siang "kenapa harus saya pak? Biasanya juga saya hanya mendampingi bapak kalau masalah seperti ini. " Jenny sedikit kesal.
"Ayolah jenny, paka brayan sendiri yang memintanya! Kau tahu ini adalah proyek besar dan Pak Brayan itu adalah partner kita besar. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang sudah didepan mata. "
"Jenny, Aku sangat mengandalkan mu untuk kali inii. Pak Brayan itu orang yang baik aku mengenal nya sekilas, tapi aku yakin dia tidak ada niat jahat terhadap mu" Stiven meyakinkan sekretaris cantik nya itu.
Jennye menghela nafas dengan lembut "Baiklah, pak. Aku akan kesana" Tuturnya
"Ini alamatnya, aku mengandalkan mu Jenny" Stiven memberikan secarik kertas note kecil kepada Jenny.
Dia membaca dengan seksama. "Apa ini tidak salah pak? Dia mengajak saya bertemu ditempat ini?! " Stiven mengangguk.
Sampai sini dulu cerita nya
Votee jika suka dengan ceritanya
Vote satu chapter ini itu dari kalian baca satu kali, hargai cerita mimin
![](https://img.wattpad.com/cover/336282140-288-k232288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Perselingkuhan Presdir ; Taennie✔️ (HIATUS)
Short StoryBrayan Alaska jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jenny Annavella, sayangnya dia sudah menikah dan berusaha menutupi itu dari Jenny. Istrinya Shanika Adhisla adalah teman baik Brayan, dia tidak mencintai wanita itu. Pernikahannya dengan Shanika...