Perspektif dewa

1K 65 0
                                    


Percakapan Para Dewa

Naruto mati karena menyelamatkan Konoha, jiwa hokage berkeliaran sebelum akhirnya tenang.

Dalam tidur panjangnya, Naruto mendengar suara lemah seseorang yang terus memanggilnya di dunia. Dewa pembangkitan menemui dewa kematian.

"Bisakah aku membangkitkan dia sekarang? Jiwa hitam itu sangat rewel, aku sungguh tak tahan, aku akan membangkitkan mereka berdua bersama sehingga tugasku lebih tenang."

Dewa kematian memiringkan kepalanya sambil memainkan senjata pencabut nyawa.

"Bukankah jiwa hitam itu masih hidup? Kau ingin aku membunuhnya?"

Dewa pembangkitan mengangkat bola putih yang memperlihatkan pria berambut hitam yang tengah menangis, suara nyaring terdengar.

"Kau ingin aku mendengar ini? Kau tahu, karena ketulusannya, suara tangisan itu selalu menghantuiku, itu berisik dan mengganggu."

Dewa kematian melirik jiwa Naruto lalu menyungging senyum.

"Baiklah~ baiklah~ kita harus berdiskusi dulu dengan dewa takdir, jika takdir mereka tak bersama lagi, aku takut bukan kau, tapi akulah yang harus mendengarkan tangisan berisik jiwa jiwa ini."

Setelah diskusi, semua dewa memutuskan untuk membangkitkan mereka di dunia yang sedikit berbeda.

"Bagaimana dengan dunia modern?"

Usul dewa ilmu pengetahuan.

"Kau gila? Mereka akan lebih cocok di abad pertengahan!"

Kata dewa tata ruang.

"Aku tidak peduli, tapi penampilan mereka harus tetap tampan"

Sanggah dewa ketampanan.

"Bagaimana kalau kau membuat yang hitam terlihat lebih seksi? Oh~ hubungan ranjang akan lebih panas jika begitu~"

Dewa gairah menyeletuk begitu saja.

Dewa cinta memutar matanya malas, lalu berkata.

"Aku akan membuat sedikit permainan cinta jika perlu."

"Aku akan memperpanjang sedikit jarak umur mereka..., Ini akan lebih menarik untuk hubungan antar manusia."

Dewa usia mengelus jenggot putihnya.

Sementara mereka berdiskusi, dewa takdir hanya menunggu hasil dan mengatur jalan takdir saja. Namun ia sedikit bingung melihat satu dewa yang tetap diam.

"Bagaimana menurutmu dewa aliansi?"

Dewa aliansi yang menentukan hubungan sosial antar keduanya hanya terdiam, dan itu membuat semua dewa khawatir.

"Hey! Sebaiknya kau tidak membuat masalah kali ini!" Dewa gairah menyeletuk tajam.

"Benar, ada baiknya kau tak membuat dua jiwa itu berpisah." Dewa cinta dengan malas menambahkan.

Dewa aliansi menyeringai halus dan mengangkat bahu.

"Apa maksud kalian? Bukankah kalian hanya tinggal berdiskusi dan arahkan semua bersama dewa takdir? Apa hubungannya denganku?"

Dewa usia memutar matanya,

"Bukankah kami melakukannya sebelum ini? Kau membuat akhir dari cinta mereka menjadi sebatas persahabatan!"

Dewa aliansi tertawa terbahak-bahak.

"Hei, ayolah~ bukankah apa yang kita lakukan juga harus disetujui Dewi penentu? Bahkan jika dewa takdir tidak setuju, asal Dewi penentu setuju, bukankah tak masalah bagaimana aku membuat dua jiwa itu berakhir?"

"Hah! Aku tidak peduli, jika mereka tidak bersatu di kehidupan kali ini, aku sendiri yang akan meminta Dewi penentu untuk memusnahkanmu!"

Dewa cinta marah saat ini.

"Baiklah cukup, dan kau sebaiknya tidak mengacau Dewa aliansi"

Dewa takdir memperingatkan dengan tegas.

"Baiklah~"

.

Master (NaruSasu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang