bagian dua

203 35 5
                                    



...



"Kamu sih sok ngide banget ngijinin anaknya pake alasan sakit. Sakit beneran kan jadinya"

Jadi ide papanya kemarin adalah ijin ke sekolah dengan alasan sakit. Sebenarnya gak usah alasan sakit pun pasti diijinkan dari pihak sekolah mengingat satu minggu ke depan hanya ada acara porsenitas selama classmeeting.

"Hyunjin sendiri yang bilang gak enak sama teman-temannya kalau pakai alasan acara keluarga. Yaudah, bilang aja sakit. Aku juga ga kepikiran bakal sakit beneran anaknya"

Hyunjin sendiri masih bergelung dalam selimut, tadi dia terbangun gara-gara keram di betis kanannya. Kalau kalian tau, terbangun dari tidur gara-gara keram kaki itu sangat menyebalkan.

Belum lagi sewaktu bangun yang Hyunjin rasa matanya berat dan panas, hidungnya mampet sebelah. Ini sih fix dia pasti demam. Dasar penyakit sialan, dari tiga puluh hari dalam sebulan kenapa datangnya harus hari ini sih.

Niatnya pakai alasan sakit karena gak enak sama temannya, soalnya hari ini ada lomba voli putra & putri dan Hyunjin harusnya ikut di tim voli putra. Tapi karena liburan yang di idam- idamkan sudah didepan mata jadilah dia membuat alasan. Memang berbohong ternyata tidak baik, secara langsung Hyunjin dapat karma.

"Ada-ada aja kamu tuh"
Minho memasangkan plaster penurun panas di dahi Hyunjin, tadi dia sudah minum Paracetamol setelah memaksa sedikit makanan masuk le mulutnya yang pahit.

"Pengen ditemenin kak Minho"

Kan kumat lagi Hyunjin manjanya, entah kenapa sedari kecil dia bisa manja banget saat sakit begini, padahal di saat sehat dia sangat mandiri dan aktif.

"Kan ada papa sama mama, kamu mau kakak di pecat dari kerjaan yang belum ada tiga bulan ini?"

Hyunjin manyun, tapi tidak mau egois. Dengan berat hati Hyunjin mengijinkan kakaknya pergi.

"Pulang cepet ya"

"Iya, kakak pulang nanti kamu udah sembuh ya"
Hyunjin mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

Minho menutup pintu dengan pelan kemudian menuruni tangga, menghampiri Minhwan dan Jess yang sedang berada di ruang tengah.

"Minho berangkat dulu ya ma, pa"

"Udah pamitan sama adeknya?"

"Udah kok, tidur mungkin sekarang dianya. Tadi pas Minho tinggal udah ngantuk, obatnya udah bereaksi kayanya" Minho beranjak setelah menyalami kedua orang tua nya.

"Kebiasaan anak itu tuh.. mau lomba jadinya maksain terus kecapean" ucap Jess.

"Loh, udah mau lomba lagi?"

"Iya katanya dua minggu lagi, kalau gak salah buat seleksi nasional, jadi bakal full latihan. Kemarin aja pulang-pulang dia menggigil, mana cuaca lagi dingin banget kaya gini"

"Gak salah lagi emang nurun dari kamu itu gigihnya Jess, pekerja keras dia"

"Kamu kan juga gitu, kalau bisa datang lah. Hyunjin pasti seneng banget kalo papa kesayangan nonton dia lomba"

"Aku usahain, tapi jangan bilang-bilang dulu. Takutnya ga bisa"

...

"HYUNJIN!!"

yang dipanggil meringis saja, terlalu malu untuk menanggapi panggilan terhadap dirinya barusan.

"Ga usah pake teriak kali Ji, aku nggak budek"

Itu Han Jisung, teman satu kelas Hyunjin yang super berisik. Entah bagaimana ceritanya dulu Hyunjin bisa berteman dengan mahluk absurd bernama Jisung ini. Padahal sifat keduanya sangat berbanding terbalik. Hyunjin yang suka ketenangan entah kenapa bisa tahan tahan saja mendengar celotehan Jisung sepanjang hari. Keduanya malah semakin akrab dari hari ke hari dan berakhir jadi teman sebangku.

Seperti saat ini, Jisung yang menjadi sangat heboh karena Hyunjin yang kembali masuk ke sekolah setelah tiga hari mendekam dikamar tercintanya gara-gara demam sialan yang membuatnya melewatkan kepulangan papanya dengan sia-sia.

"Gak nyangka loh aku kalo seorang Hyunjin bisa tepar sampe tiga hari"

"Aku juga manusia kali Ji, robot aja bisa kehabisan batre. Kamu doang yang gak pernah lowbat"

Hyunjin merebahkan kepala pada lipatan tangannya di meja. Sudah tidak demam, tapi lemasnya masih tertinggal.

"Lah.. ini anak pindah tempat tidur doang, dari rumah pindah kesini"

"Hari ini jadwalnya apa?"
Tanya Hyunjin tanpa bergerak dari posisinya

"Babak final basket putra & putri, tim putra kelas kita masuk. Mau nonton nggak?"

"Hmm.. nanti deh kalo nggak mager"

Mereka berdua tidak bergabung dengan tim basket, Hyunjin di tim Voli sedangkan Jisung ikut tim sepak bola. Tim Voli kemarin berhasil menjadi runner-up setelah di kalahkan oleh anak kelas tiga. Sedangkan tim sepak bola baru akan bertanding esok hari, karena sepak bola membutuhkan banyak anggota jadi setiap satu tim terdiri dari beberapa siswa yang dikirim perkelas dalam satu angkatan.

Berhubung keduanya tidak ada pertandingan jadilah mereka disini, dipinggiran lapangan basket. Seperti sudah menjadi peraturan tidak tertulis bahwa semua yang tidak bertanding harus menonton dan memberi semangat.

Pertandingan di menangkan oleh kelas Hyunjin dengan perbedaan poin tipis. Sorak riuh memenuhi seluruh penjuru lapangan, apalagi basket terkenal sebagai primadonanya olahraga. Digandrungi oleh cewek-cewek yang suka melihat cowok-cowok yang katanya pasti keren kalau masuk tim basket.

Padahal kata Hyunjin sih tim voli juga keren kok, ada Guanlin si tiang yang punya muka bayi, ada Juyeon si kulkas yang irit bicara, dan tentu saja ada dirinya yang katanya paling ganteng seangkatan. Tapi tetap saja, peminat Voli tidak bisa dibandingkan dengan basket. Boro-boro mendukung dan menyemangati, menonton saja terpaksa.

Hyunjin dan Jisung berlari saat melihat bis yang harus ditumpanginya akan segera berangkat. Mereka duduk dibarisan paling belakang setelah membungkuk dan mengucapkan terima kasih pada supir bus yang telah menunggu mereka. Sekolah telah usai dan kini mereka menuju GOR renang tempat latihan Hyunjin.

Jadwal latihan di perpadat menjadi dua hari sekali karena adanya perlombaan, dan lagi- lagi karena demam sialannya kemarin Hyunjin absen satu kali pertemuan. Sedangkan Jisung, dia bukan anggota club, bahkan dia hanya bisa satu macam gaya renang, gaya batu.

Jisung memang sering mengekor Hyunjin latihan kalau dia sedang gabut. Jadi anak tunggal dan punya orangtua yang sibuk membuat nya malas pulang kerumah. Mending melihat temannya meliuk-liuk dalam air. Teman-teman renang Hyunjin bahkan kenal semua dengan Jisung. Anak itu memang sosial butterfly, supel dan gampang bergaul jadi tidak heran kalau dia punya teman dimana-mana.

"Kamu nggak turun?"

Tanya Jisung keheranan, pasalnya setelah berbincang dengan coach Hyunjin tidak segera berganti pakaian justru kembali duduk di bangku pinggir kolam menghampirinya.

"Badanku belum bisa diajak berendam lama-lama. Jadi buat sekarang nonton aja"

"Rugi dong ngikut kesini, gak bisa lihat kamu jadi dugong"

"Nanti aja, pas aku lomba mau ikut nggak?"

"Ikut lah! Pake ditanya"

Hyunjin terkekeh, Jisung adalah supporter nomor satunya.

.... Tbc ....

Blue Print Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang