🌼 Binar; Gadis Kecil Yang Bersinar

29.2K 2.2K 359
                                    

Haii, halooww

Apa kabar kalian?

Ini cerita ke 19 zefmon, wah nggak nyangka udah banyak banget tulisannya hihi

Colour Theme cerita ini Ungu pastel Or Violet

GENRE: Pernikahan lagi (Kangen)

Pertama kali menulis, karya pertama zefmon mengisahkan tentang gadis tuna rungu. Lalu di karya ini zefmon akan menulis lagi tokoh perempuan dengan keterbatasan yang sama.

Nah bedanya, ini versi yang lebih baik, tentunya setelah melewati berbagai pengalaman menulis. Zefmon gak mau abal-abal 😁

Semoga suka 🌼

Tinggalkan Absen disini yaa

Gadis kecil dengan rambut dikepang dua itu melihat sekelilingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis kecil dengan rambut dikepang dua itu melihat sekelilingnya. Ia berada di tengah-tengah kerumunan anak-anak lain yang bertepuk tangan seakan menertawainya. Gadis itu menutupi telinganya. Seolah tak mendengarkan tertawaan mereka, padahal memang tidak bisa dengar.

Ah, setelah dewasa ia baru sadar. Ternyata kondisi fisiknya lah yang menjadi sumber tertawaan mereka.

Ia tidak membenci dirinya. Tidak juga orangtua yang menghadirkannya ke dunia yang penuh sulit ini. Tak ada yang salah terlahir begini, tak ada juga manusia yang ingin terlahir begini, bukan?

Tak bisa mendengar suara orang lain, musik yang indah atau bersosialisasi normal bersama anak lainnya.

Jika ingin menyampaikan sesuatu pun, ia memilih memendamnya sendiri. Alih-alih mendengarkan pendapatnya. Orang mungkin akan tertawa mendengar bagaimana suara gagunya itu.

Ia terlalu sering tertimpa badai hingga tak lagi menemukan alasan untuk mengeluh akan takdir.

Sesulit apapun hidup, bukankah berdamai dengan diri sendiri adalah jalan keluarnya? Apa mengeluh akan mengembalikan pendengarannya?

Tak ada yang meminta terlahir sebagai seorang tuna wicara. Semula, ia merasa tak ada yang salah dengan dirinya, ia gadis kecil normal yang bermain sebagaimana mestinya. Di usia yang masih polos, ia pikir dunia itu memang sunyi tanpa suara, semula ia kira ibunya, temannya dan orang sekitarnya memang tak bersuara sama sepertinya. Ah, ibunya juga hanya terus menggerakkan tangannya untuk melarang atau menyuruhnya melakukan sesuatu, oh jelas ia paham maksud ibu.

Semua hal yang semula ia kira normal itu berubah ketika tiba waktunya ia memasuki masa sekolah untuk pertama kalinya. Taman kanak-kanak. Seorang teman yang duduk di kursi belakangnya melemparinya dengan gumpalan kertas. Gadis kecil yang belum tahu apa-apa itu menoleh bingung, tak ada suara namun wajah mereka yang melihat ke arahnya terlihat menertawai.

Silent MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang