Part 5

371 38 7
                                    

Hari-hari berlalu, sekarang usia kandungan singto sudah 8 bulan, sebentar lagi dia akan melahirkan. Rumah tangganya dan krist masih baik-baik saja namun mungkin tak seperti rumah tangga pada umumnya.

Selama 8 bulan menikah, tubuh mereka bahkan belum pernah menyatu, singto sering menggoda krist namun sepertinya krist tak pernah horny saat melihatnya. Apa lagi bentuk tubuhnya berubah semenjak perutnya membesar, begitu juga dengan berat badannya yang kini mulai naik.

Singto tak lagi bekerja, dia mengambil cuti melahirkan sejak usia kandungannya memasuki 8 bulan. Walau tak bekerja singto tak pernah berdiam diri di rumah, dia selalu mengganggu krist di kantor.

Apa lagi krist sudah di angkat menjadi CEO oleh papanya, jadi singto berbuat sesuka hatinya di perusahaan mertuanya itu.

Rahasia singto masih tersimpan rapi hingga sekarang, bahkan papa krist sudah tak sabar ingin melihat cucunya lahir, singto sangat pandai mengambil hati mertuanya, hanya saja untuk mengambil hati krist, sedikit sulit untuk di lakukannya.

Siang ini singto pergi ke kantor krist dengan membawa bekal makan siang untuk suaminya, singto memang sering melakukan itu, dia hampir setiap hari ke kantor krist hanya untuk membawakan krist makan siang, juga menjaga suaminya dari para jalang yang berusaha untuk mendekati krist termasuk namtarn mantan kekasih suaminya itu.

Entah kenapa singto mencurigai namtarn, bahkan hubungan persahabatan mereka tak begitu baik sekarang.

*Bruk... Singto terjatuh saat tubuhnya di tabrak oleh seseorang, ia langsung mengambil kotak makanan yang di bawanya lalu orang itu membantu singto berdiri.

"Apa tuan baik-baik saja?" Ucap pria yang menabrak singto sehingga membuat singto menatap wajah pria itu.

*Deg... Singto mengenali pria yang menabraknya, itu adalah pria yang sama dengan yang melakukan one night stand dengannya 1 tahun yang lalu, mungkin pria itu lupa dengan wajah singto sehingga membuatnya terlihat biasa saja sekarang.

"Lepaskan aku!" Ucap singto sembari melepas tangannya yang di pegang oleh pria itu. Singto langsung berjalan pergi dari sana sebelum pria itu mengingat dirinya.

Singto masuk begitu saja keruangan suaminya dan langsung memeluk krist dengan erat, singto takut pria tadi mengingat dia dan tahu jika anak yang di kandungnya saat ini adalah anaknya, singto takut pria tadi akan bertanggung jawab dan memisahkan dia dan krist nantinya, singto juga takut jika krist tahu tentang pria tadi yang ternyata adalah ayah kandung dari bayi yang di kandungnya, ia takut krist akan meminta pria itu untuk bertanggung jawab dan menceraikannya nanti.

"Kamu kenapa?" Tanya krist heran.

"Aku hanya merindukan suami ku" ucap singto yang kini tengah duduk di pangkuan krist sembari memeluk tubuh krist.

*Tok... Tok... Tok.... Terdengar suara pintu ruangan krist di ketuk, krist menyuruh orang tersebut untuk masuk sedangkan singto tetap pada posisinya duduk di pangkuan suaminya.

"Tuan krist, ini laporan keuangan bulan lalu yang tuan minta" ucap seorang pria yang baru saja masuk.

Singto menoleh ke arah pria itu dan lagi dia terkejut saat melihat pria yang sama dengan yang menabrak dirinya, pria itu juga menatap ke arah singto seakan dia mengenal singto, singto mengalihkan tatapannya dari pria itu dan lebih memilih untuk mengeratkan pelukannya di tubuh krist.

Krist hanya membiarkan singto melakukan itu, ia memeriksa laporan keuangan yang di berikan oleh bawahannya.

"Terima kasih, kamu boleh keluar" ucap krist, pria itu menganggukkan kepalanya kemudian pergi dari sana.

"Aarghhh..." Lirih singto kecil saat merasakan jika bayinya menendang di dalam sana.

"Apa baby nakal?" Tanya krist yang sudah paham.

"Ya, tak biasanya dia bergerak" gumam singto.

"Bukankah itu bagus? Itu artinya dia sehat" ucap krist sembari mengusap perut singto.

Krist menyayangi bayi yang di kandung singto walau sudah jelas itu bukan anaknya, bahkan krist sudah menyiapkan nama untuk anaknya itu.

"Krist..." Ucap singto.

"Ya?"

"Apa kamu mencintai ku?"

"Walau aku belum mencintai mu tapi aku sudah menerima pernikahan kita dan calon anak kita" ucap krist jujur.

Singto hanya diam tak menjawab, setidaknya krist tak begitu jahat dengan mengabaikan dirinya, krist selalu menjalankan tugasnya sebagai seorang suami dengan baik walau krist tak bisa memberinya nafkah batin.

"Lutut mu kenapa? Apa kamu terjatuh tadi?" Tanya krist saat menyadari lutut singto berdarah.

Singto bahkan tak sadar jika lututnya terluka, ia tak terlalu memperhatikan itu karna ingin langsung pergi tadi.

"Ya, aku terjatuh" ucap singto.

"Aku akan mengobatinya" ucap krist membuat singto beranjak dari pangkuan krist.

Singto duduk di kursi krist sedangkan krist berjalan mengambil obat. Ia berjongkok di bawah singto mengobati lutut singto yang terluka lalu memberinya perban.

"Siapa pria tadi, krist?" Tanya singto hati-hati, dia sangat penasaran dengan pria itu.

"Namanya tae, dia manager keuangan yang baru disini" ucap krist.

"Bisakah kamu memecatnya?" Ucap singto hati-hati membuat krist menatap bingung ke arah singto.

"Apa kamu mengenalnya?" Tanya krist.

"T-tidak, aku hanya tak suka dengan wajahnya" ucap singto.

Krist hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya karna bingung dengan singto. Setelah mengobati kaki singto, krist mencium perut buncit singto sejenak lalu berpindah mencium kening singto.

"Ayo makan siang bersama" ucap krist karna dia tahu tujuan singto ke kantornya pasti membawakan dirinya makan siang.

Singto hanya mengangguk dan berjalan menuju sofa yang ada di ruangan krist.

"Apa kamu memasak sendiri lagi?" Tanya krist.

"Ya" ucap singto, sambil tersenyum.

"Masakan mu tak pernah gagal" ucap krist sehingga membuat singto tersenyum malu mendengarnya.




















Tbc.

Selfish (Belum Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang