Bab 1 : Cinta Monyet

16 1 0
                                    

Elma ialah gadis yang mempunyai dua kepribadian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elma ialah gadis yang mempunyai dua kepribadian. Terkadang ia bisa menjadi Introvert dan Extrovert juga namun di waktu yang berbeda. Hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakan sifat aslinya.

Selama tiga bulan bersekolah di Sekolah Menengah Pertama ini, hanyalah Tina yang dapat merasakannya. Beberapa orang sudah mencoba untuk menjadi teman bagi Elma, tetapi semuanya memilih untuk menyerah karena tidak tahan dengan sifat Elma yang dingin. Elma memasang tampang dingin untuk menyeleksi orang-orang yang ingin mendekatinya. Tapi bukan berarti ia memusuhi orang-orang, hanya saja itu sebagai bentuk perlindungan diri terhadap zona pertemanan.

Tidak ada Tina bukan berarti tidak ada Elma. Jika gadis itu tidak berangkat, maka Elma akan tetap berangkat. Ada beberapa anak perempuan dikelas yang tahu bahwa Elma memang sedikit susah sosialisasi dan mewajari hal tersebut. Mereka justru mengajak dan mengayomi Elma, bukan menghakimi. Elma pun menerimanya dengan baik.

"Tina kemana, El? Enggak masuk kah?" Tapi tidak dengan yang satu ini. Elma kesal setengah mati. Emil, lelaki yang dari awal mengakui bahwa ia menyukai Elma karena gadis itu cantik. Tentu Elma menolaknya sudah jelas-jelas cowok itu menyukainya karena fisiknya.

Elma menggeserkan kursinya menjauh dari Emil. Kursi yang biasanya dipakai oleh sahabatnya, kini dipakai oleh musuh bebuyutannya. "Kamu kok diam aja? Capek ya? Umur segini emang lagi susah-susahnya hidup," Emil berusaha memancing Elma berbicara.

Sebenarnya Elma tidak tega untuk memarahi Emil tapi bagaimana lagi, ia orangnya tidak bisa digombali dan cukup anti dengan lelaki. "Apasih, Mil?! Kita ini masih umur 13 tahun!! Ujian hidup apanya?!"

"Keluar! Keluar!" Hari senin ialah jadwalnya semua murid Indonesia untuk upacara.

Jika ada kelas yang tidak turun-turun maka akan didatangi oleh Guru Killer yang memiliki badan sangat tinggi. Namanya Pak Rohman. Saking killernya, Emil langsung balik ke kursinya untuk mengambil topi. Ternyata salah. Cowok itu masih berjuang untuk mendapatkan cintanya, ia menunggu dipinghir meja Elma yang tengah mencari topinya di tas.

Untuk kali ini Elma tidak mengusir Emil. Ia tidak ada temannya. Barang yang sangat ia butuhkan sekarang pun tidak ada. Kolong meja diperiksa olehnya yang padahal tidak ada kaitannya.

Setelah topi dicari pada segala sisi ditempat duduknya, Elma menatap penuh iba ke arah Emil dengan jantung yang berdetak tak karuan. Jangan salah paham, Elma hanya takut ia dihukum.

***

Setelah berjalannya upacara, Elma tidak melihat kehadiran Emil dikelas. Rasa syukur ia panjatkan dalam hati. Elma dapat menenangkan dirinya dikelas tanpa ada gangguan. Para murid diberi waktu 30 menit untuk istirahat.

Matanya melirik ke arah kursi Tina. Baru sehari Tina tidak berangkat tapi ia sudah merindukan gadis itu. Tidak ada teman mengobrol maka penggantinya ialah ponsel. Sebab ada sosok yang membuatnya senyum-senyum sendiri didalam ponsel itu.

"Elma mau ikut ke kantin enggak?" tawar seorang gadis yang sudah siap pergi jajan bersama teman-temannya.

"Enggak, kalian aja."

"Yaudah kita ke kantin ya." Pamit mereka diselingi anggukan oleh Elma.

Elma ingin menghubungi seseorang didalam ponselnya. Tina selaku teman dekatnya beluk mengetahui kedeketannya dengan cowok kelas lain.
Di umur-umur segini memang sudah wajar tumbuh perasaan terhadap lawan jenis.

Elma : kamu berangkat kan?
Elka  : berangkat, el. kamu berangkat ya, aku liat kamu tadi pas upacara
Elka  : btw senin depan kelas aku jadi petugas tau
Elma : oh iya? emangnya kamu kelas berapa sih?
Elma : 7C kan ya?
Elka  : iyaa
Elka : kita udah tiga bulan deket ya hehehe
Elma : hehehe iya
Elka : aku deketin kamu ada yang marah enggak?
Elma : umm, enggak ada hehehe. kalo sebaliknya?
Elka : gada kok aman. aku kan sukanya sama kamu el

"HIAAA!" Jantung Elma tidak aman setelah membaca itu. Entah perasaan cinta atau hanya sekedar suka yang sedang ia rasakan saat ini. Sebenarnya semasa SD ia pernah menyukai cowok teman sekelasnya namun hanya sekedar kagum anak-anak kecil saja. Tapi sepertinya yang ini berbeda.

Setelah berteriak sendiri dan menahan malu, Elma tidak berani membula ponselnya. Bahkan sampai ia pulang ke rumah. Ia bergetaran apabila melirik ponselnya. Sehabis mandi, ia memberanikan diri untuk membuka ponsel. Di atas kasur tempatnya duduk, dengan tangan kanannya yang gemetaran karena was-was.

Elka : el
Elka : nama kita sama ya awalannya 'El'
Elka : gimana kalo itu jadi nama panggilan kita berdua?

Merasa kondisi percakapan mereka sudah terkendali, Elma pun membalas pesan itu.

Elma : boleh lucu juga ya panggilannya
Elma : maaf ya baru balas, baru pulang sekolah

Sedikit ada rasa penyesalan karena telah membalasnya langsung. Cowok itu langsung membaca pesannya dan langsung mengetik. Sialnya juga Elma masih berada di dalam room chat, mau tidak mau ia harus menjawabnya karena sudah membaca pesannya.

Elka : temen sebangku kamu enggak berangkat ya?
Elma : kok tahu?
Elka : tau dong hehe
Elka : udah dulu ya aku mau mandi

Elma dengan sengaja mematikan wifinya agar jaringannya hilang. Ia bingung harus membalas apalagi. Sebagai pemula ia membutuhkan seorang Guru yang sudah ahli pada bidang ini.

"Elma sudah makan belum?" Seorang perempuan yang masih terlihat muda namun sebenarnya sudah berusia 40 tahun kurang lebih merupakan Kakak dari ibu Elma. Namanya Kintan, ia seorang janda dan memiliki satu anak lelaki bernama Fatir. Usianya tidak terlalu jauh dengan Elma.

"Belum, Wa." Elma menyimpan ponselnya diatas kasur. Jika Kintan sudah bertanya seperti itu artinya Elma harus keluar kamar untuk makan.

Mereka akhirnya bertemu di dapur untuk makan bersama. Hanya Kintan dan Elma yang makan didapur. Jujur saja Elma salut dengan Kintan, perempuan itu tidak pernah kehabisan topik pembicaraan.

"Tadi pas Uwa otw jemput kamu, Uwa ketemu anak SMA berduaan di gang sempit. Serem banget enggak sih?"

"Ih dimana itu, Wa?"

"Di dekatnya sekolah kamu, sih. Hati-hati kamu, El, jangan kemakan sama janjinya laki-laki. Apalagi diumur kamu segini tuh lagi mateng-matengnya buat cinta monyet,"

Elma menggigit makanan yang berada dimulutnya. Ia tersenyum, memang benar sepertinya sistem percintaan cinta monyet sedang diterapkan dalam hidupnya.

"Dikelas aku ada cowok yang ngedeketin katanya suka sama aku tapi dia enggak mau pacaran. Kagum sama aku karena cantik." Elma mengatakannya sambil bergerutu kesal. Ia berharap Kintan ikut mendukungnya untuk kesal terhadap Emil.

Namun ternyata...

"Bagus dong dia suka sama kamu tapi dia enggak mau pacaran, keren loh! Namanya siapa sih?"

Mulut Elma terbuka menganga tidak percaya respon Kintan seperti ini. Sepertinya ia salah cerita. Harusnya ia bercerita tentang Elka, cowok yang sedang ia sukai.

that's not what God meantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang