Bab 3 : Cinta itu buta

11 0 0
                                    

"Kata orang-orang cewek bakal jadi bego kalo udah jatuh cinta. Apa bener?"

-Elma

***

Perasaan Kintan tidak tenang saat melihat Elma terus berfokus pada ponselnya saat tengah naik motor. Bermain ponsel saat dijalan adalah sesuatu yang sangat berbahaya karena kejahatan bisa terjadi dimana saja.

"Elma simpan dulu hp nya,"

"Iya, Wa," jawab Elma namun ia tetap memegang ponsel itu dan menatapnya fokus.

Elma : Kamu diapain sama Pak Rohman?

Elka tengah aktif namun tidak membaca pesannya sama sekali. Hal itu membuat Elma jengkel dan berpikir yang tidak-tidak. Apakah Elka sedang berkomunikasi dengan cewek lain?

"Elma simpan dulu hp nya!" Kintan sedikit ngegas karena Elma sudah dibilang baik-baik namun masih saja begitu.

"Iya iya!" Elma memasukkan ponselnya ke dalam rok.

Kintan membawa motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi dari sebelumnya. Elma memajukan badannya dan memegang pinggiran pinggang Kintan karena takut jatuh.

"Wa, jangan ngebut-ngebut ah!"

"Uwa lagi buru-buru, nih! Mau jemput Fatir."

"Oh pantes ya motornya enggak dibawa," Elma baru sadar motor yang dibawa oleh Kintan adalah motor anaknya.

Sesampainya dirumah, Kintan langsung buru-buru masuk ke kamar mandi. Elma tahu apa yang sedang terjadi pada Kintan tapi ia lebih memilih untuk diam dan bergegas melepas sepatu.

Setelah melepas sepatu Elma langsung buru-buru ke dapur untuk makan. Kintan sudah memasak untuk dirinya.

"El, kamu jemput Fatir bisa enggak??" Tanya Kintan dari kamar mandi.

Mendengar pertanyaan itu Elma pun berdecak kesal. "Orang aku naik motor aja enggak bisa,"

"Makannya bisa bawa motor,"

"Dih malah aku yang diceramahin," gerutu Elma.

Baru setengah makan Elma baru sadar ia belum mengecek ponselnya lagi. Dirogohnya rok sekolah yang masih ia pakai. Elma merasa tidak aman dan yakin ponselnya jatuh dijalan saat Kintan mengebut. Hatinya berusaha menjernihkan pikiran agar tidak berpikir seperti itu, siapa tahu ada di tas.

Makan yang belum selesai pun ia tinggalkan dahulu untuk mengecek tas nya. Ternyata benar dugaannya. Ponselnya tidak ada di tas dan sudah pasti terjatuh dijalan.

"Aduh!"

"Masa jatoh sih,"

"Kalo emang iya jatoh, jatoh dimana coba." Elma mencoba mengingat-ngingat di daerah mana Kintan mengebut.

"Nyari apa, El?" Kintan berdiri diambanh pintu rumah. Ia sudah selesai dengan panggilannya.

"Hp aku ilang, Wa!"

"Uwa sih ngebut segala! Gak tau ah!! Itu aku ada kepentingan di hp nya!" Elma marah-marah dengan wajah kesalnya.

Untuk pertama kalinya Elma marah hanya karena ponselnya. Kintan tersenyum kecil, sepertinya ada seseorang dibalik marahnya Elma saat ini.

"Iya nih, Uwa cari dulu ponsel kamu barengkali ada balesan dari pacar kamu."

Elma melototkan matanya dan tanpa ia sadari pipinya memerah. "Apasih, orang Uwa mau jemput Fatir."

"Sana masuk terus mandi biar nanti bisa kasih pap ke pacar,"

"Apasih, Wa." Elak Elma dan langsung masuk ke dapur untuk melanjutkan makan nya yang tertunda.

that's not what God meantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang