( warn : dari sini alur cerita akan sedikit diubah tetapi tetap berpusat dengan cerita asli )
.
.
.
.
.
Layaknya hari kemarin, ku kembali terbangun di suatu ruangan indah nan anggun yang ada di House of Lamentation. Sedikit meregangkan tubuh, aku membuka tirai kamarku yang tak jauh dari tempat tidur. Malam seolah berlalu dengan cepat membuatku menghela nafas sesekali menuju ke kamar mandi untuk bersiap.
Semua tampak oke! Akupun berjalan keluar untuk sarapan dengan yang lain. Dan seolah mesin keberuntunganku bekerja, aku melihat Lucifer seorang diri duduk di meja makan. Seperti biasa, Lucifer terlihat gagah dengan seragam RAD yang ia pakai.
"selamat pagi!" sapaku yang mengambil tempat duduk tak jauh dari Lucifer.
"Selamat pagi" balas Lucifer yang kemudian melanjutkan kegiatan yang ia lakukan sebelumnya. Bahkan di pagi hari, ia tampak sudah sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja makan. Sedikit ku mencuri pandang melihat ke arah berkas-berkas yang ada, tetapi seolah memperbolehkan, Lucifer tak merespon dengan tingkah yang ku buat.
"Ngomong-ngomong, apa- Mammon menciptakan suatu masalah lagi?
"uh- lagi?"
Oh, akhirnya aku bisa menarik perhatiannya!
"ya- aku tidak tau pasti, tapi kemarin aku melihatnya dan Levi sedang meributkan sesuatu."
"ah itu . ."
Lucifer menghentikan tangannya sejenak lalu mengalihkan pandangannya kedepan.
"aku mengambil kartu kreditnya."
Oke! aku sudah tau letak kelemahan Mammon ada di Lucifer! Tetapi tentu ini tak akan mudah bukan, bahkan untuk berbicara seperti ini dengan Lucifer saja aku merasa beruntung. Setidaknya aku tidak mengatakan hal yang kurang pantas.
Ku sedikit melirik ke arah Lucifer yang kembali melanjutkan pekerjaannya dan ku raih sepotong roti.
"Jadi, aku dan Levi menemukan suatu cara untuk menghentikan Mammon. ."
"Aku tau itu takkan berhasil."
ugh, sesulit itukah menangani Mammon?
"Tapi! Levi bilang ini akan berhasil!"
"Aku tau jika kau menginginkan kartu kredit itu sebagai alat bukan?"
. . . Apakah ini saatnya aku berdoa untuk keselamatan diriku? Tapi apa yang terjadi jika Lucifer terbakar karena mendengar aku berdoa? Tunggu tunggu! Lucifer bukan setan biasa yang ada di bumi.
"ekhem . . yah- sepertinya aku tidak bisa berbohong lagi . ."
Senyum licik terpampang di wajah Lucifer, sedikit membuatku ngeri sehingga ku alihkan pandanganku ke arah lain.
"Kartu kredit itu ada di kulkas , semoga beruntung. Beel harusnya sudah bangun sekarang."
Sebentar!! Beel?! Aku sontak berdiri dan berlari ke arah dapur. Benar saja disana terdapat Beel yang tengah asik mengambil beberapa makanan dari kulkas. Sedikit terkejut aku melihat bongkahan es yang didalamnya berisi kartu kredit?! oke, ini pemandangan aneh karena aku belum pernah melihat hal ini sebelumnya.
"Beel!! tunggu sebentar!"
Beelzebub melihat ke arahku dengan memiringkan kepalanya heran, ia terdiam melihat ke arahku. Dengan cepat aku meraih bongkahan es yang ada di tangannya.
"Bisakah aku memiliki ini?"
"Tapi aku ingin memakannya-"
"uh . . . aku akan menggantimu dengan ini!"
Permen penyelamat, aku merogoh kantong seragamku dan menemukan beberapa permen coklat yang aku bawa dari rumahku sebelum berangkat kesini. Dengan cepat ku meletakkan permen tadi di tangan Beel, berharap ia menerima kesepakatannya.
"Aku belum pernah melihat ini sebelumnya? Apa ini dari dunia mu?"
Aku mengangguk, seketika Beel mengambilnya dengan gembira menandakan kesepakatan mereka berhasil.
Beel ini- benar-benar seorang seme yang sangat manis. Bukankah jika ia dipasangkan dengan uke yang manis maka mereka akan menjadi pasangan yang wholesome?! Sedikit terhanyut oleh pikiran liarku, aku kembali ke kenyataan dan kini! Aku telah mendapat alat yang sangat berguna untukku nantinya.
--
Lagi-lagi, Mammon kabur dari tugasnya untuk menjagaku. Walau begitu, senyum lebar terpampang di wajahku dan tanpa sadar Solomon berjalan di sampingku. Aku benar-benar tak sadar kapan ia berjalan bersamaku, sepertinya aku harus menyudahi khayalan liarku saat di jalan.
"Kau tampak sangat senang hari ini, apa sesuatu terjadi?"
Iris mataku menangkap tatapan Solomon yang memberikan senyum lembut seperti biasanya. Aku terkekeh pelan dan mengangguk.
"Benar!! Aku akan melakukan sesuatu!"
"Sesuatu?"
Aku mengangguk kembali dan tersenyum, Solomon mengalihkan pandangannya kembali terhanyut pada suasana pagi RAD.
--
Sesampainya di ruang kelas, aku melihat kembali isi tasku dan merogoh keberadaan kartu kredit milik Mammon. Senyum tersimpul diwajahku dan seolah menjadi mood, kelas hari ini berjalan dengan sangat lancar.
Tanganku meraih ponsel milikku dan mulai menelpon Mammon.
"Aku sedang sibuk! Jangan menggangguku"
"Apa kau yakin tidak membutuhkannya?"
"hahh? apa yang kau bicarakan?"
Aku tak bisa menghentikan tawa kecilku, layaknya seorang villain yang senang akan rencana miliknya berjalan mulus.
"Kau mencari ini bukan? kartu bewarna hitam-"
"HEY HEY! KAU MENEMUKANNYA DIMANA?!"
"Tak akan ku beri tau jika kau tak kemari~"
Baiklah, aku sudah melakukan apa yang kau mau Levi. Harusnya aku tak melakukan ini secara cuma-cuma bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
UnTouchable : 7Prince & Me
RomansaSelamat! Kamu mendapat kesempatan dalam pertukaran pelajar antar ras untuk membentuk suatu kerjasama antara Manusia dan Iblis. Segera kirimkan data-mu untuk menyetujui program ini ya! Saya sangat menantikan mu disini. Tertanda, Diavolo Fanfiction...