Kembali lagi dengan kehidupanku, seseorang yang mendapat tawaran untuk bersekolah di alam lain. Sekali lagi, bukannya aku sudah meninggal- tetapi alam disini berbeda jauh dengan yang ada di tempat asalku.
Usai mengerjakan beberapa tugas dari RAD, aku memutuskan untuk berjalan keluar sejenak di halaman House of Lamentation. Dengan membawa salah satu manga favorit yang tengah ku ikuti, langkahku ringan menuju ke halaman.
Menemukan udara yang dingin, terlihat sedikit bodoh karena aku hanya mengenakan kaos dan celana panjang. Sedikit mengeluh karena menggigil, pandanganku menangkap sosok tak asing tengah berjalan. Sebentar- ia tengah berjalan ke arahku?
Pria dengan rambut bewarna hitam tampaknya tak terlihat senang dengan keberadaanku disini. Ah- memang suatu kemalangan untukku.
"Jadi, jelaskan kenapa kau ada disini dan bukan di kamarmu?"
Benar, harusnya aku tak berada disini. Menelan ludah sejenak, ku beri senyum terbaik ku ke lelaki yang tak lain adalah Lucifer.
"Aku hanya tak bisa tidur ha ha-"
Jawabku yang menghindari kontak mata dengan Lucifer, karena aku tau jelas jika wajah pria itu tengah menatapku sekarang.
"Lalu kau seharusnya datang ke kamarku."
"huh? untuk apa?"
Tak habis pikir, apa aku melakukan kesalahan yang tak kusadari. Reaksiku tampak seolah hidupku tengah diujung tanduk ketika mendengar ucapan Lucifer.
"Kau tidak ke kamarku, jadi aku tak bisa memberi tau."
Oke, mari memutar kepala sejenak. Lucifer hanya menghubungiku untuk mengawasi Mammon dan memberi tugas. Biasanya ia memanggil saudaranya yang lain ke ruangannya jika mereka memiliki masalah. Lantas- apa yang telah aku lakukan kali ini-
"Manusia adalah makhluk yang lemah, dan kau disini. . . ah sudahlah."
Aku menatap ke arah Lucifer dengan pandangan yang bingung, otakku tengah mencari sebab pernyataan sebelumnya dan kini Lucifer membuatku bertanya-tanya lagi.
"huh?"
Melihat reaksiku, Lucifer menghela nafas. Pandangannya kembali menatap ke wajahku tapi sepertinya ia sudah tidak marah lagi. Mungkin-
Tanpa sepatah kata, Lucifer melepas mantelnya dan menaruhnya di pundakku. Kembali dibuat bingung, sontak aku menatap ke arahnya.
"Ah- aku tidak ap-"
"Kembalikan saat kita kembali."
Ucapanku terhenti, mataku masih menatap ke arah Lucifer memproses apa yang tengah terjadi. Tapi tak ingin cari mati, diriku melempar senyum ke arah pria yang tengah berbaik hati itu.
"Terima kasih."
Lagi-lagi Lucifer menghela nafas, mungkin memang pria itu terlihat menyeramkan. Tetapi, aku yakin jika ia memiliki sisi peduli seperti yang lain. Setidaknya ia tak melakukan hal yang semena-mena padaku.
"Jadi, kau akan membaca buku itu disini kan?"
"huh? buku?"
"Ditanganmu."
Sial! Aku lupa jika aku membawa buku terlarang saat ini. Panik, diriku menyembunyikannya dibelakang badanku.
"Ah! Ini- aku akan membacanya saat dikamar- ha ha ha."
Begitulah caraku yang lalu melancarkan aksi kabur dari pertanyaan lanjutan yang akan dilayangkan Lucifer.
Yah, tapi setidaknya aku harus ke kamarnya untuk mengembalikan mantelnya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnTouchable : 7Prince & Me
Storie d'amoreSelamat! Kamu mendapat kesempatan dalam pertukaran pelajar antar ras untuk membentuk suatu kerjasama antara Manusia dan Iblis. Segera kirimkan data-mu untuk menyetujui program ini ya! Saya sangat menantikan mu disini. Tertanda, Diavolo Fanfiction...