Obsession

816 30 16
                                    

Semua tokoh yang ada dalam cerita adalah milik Masashi Kishimoto. Penulis hanya meminjam nama dan visual.

Typo bertebaran.


















Warna putih tengah menyelimuti setiap sudut kota dengan udara dingin yang berhembus sebagai pelengkap. Musim dingin minggu pertama yang sangat dingin dengan tumpukan salju di mana-mana.

Hal itu mungkin dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk duduk di depan perapian sembari menikmati cokelat panas. Tapi tidak untuk lelaki berambut pirang yang kini tengah mengemudikan mobilnya menuju suatu tempat.

Deidara. Nama lelaki itu, yang selama mengemudi matanya sesekali melirik ponsel yang diletakan begitu saja menunggu telfon atau minimal pesan dari kekasihnya. Tapi benda persegi panjang itu sama sekali tidak menunjukkan nontifikasi membuat Deidara menghela nafas lelah.

Begitu sampai di tempat tujuan, Deidara memarkirkan mobilnya lalu keluar dengan tas yang dibawanya ditangan kanan.

Sekali lagi, Deidara memeriksa ponselnya siapa tau ada pesan atau panggilan masuk. Ada, tapi bukan dari orang yang diharapkannya.

Mengabaikan hal itu, Deidara memasuki ruangan lalu menyalakan lampu membuat ruangan yang tadinya gelap menjadi terang benderang dan terlihat betapa banyaknya kerajinan tanah liat yang ada di ruangan ini.

Deidara meletakkan tasnya, melepas mantel musim dingin lalu mengikat rambut panjangnya hingga menampakkan lehernya yang indah.

Lelaki pemilik warna mata biru tersebut memakai celemek lalu mengambil tanah liat lalu meletakkanya di atas piring putar.

Setelah piring berputar. Jari-jari indah nan lentik itu mulai bergerak melakukan tugasnya.

Kecintaannya pada tanah liat dan karya seni membuat Deidara menjadi seorang pengrajin tembikar. Kegiatan ini selain menjadi hobi juga menjadi tempat Deidara melupakan masalahnya walau hanya sejenak. Hal ini sudah dilakoninya sejak usia belasan, lebih tepatnya ketika dirinya masih ada di sekolah menengah pertama yangmana kegiatan itu masih berlanjut hingga kini usianya sudah menginjak dua puluh delapan tahun.

Tak terasa Deidara sudah menyelesaikan sayu buah guci yang terbentuk indah dari tangan berbakatnya. Guci itu lalu diambil untuk diletakkan bersama tembikar lain guna dijemur setelah itu baru.

Deidara berjalan menuju wastafel untuk membersihkan kedua tangannya yang penuh dengan tangan liat. Menggosok-gosok bagian dalam dan pinggir kuku guna menastikan tak ada tanah liat yang tertinggal. Deidara tak mau jari-jarinya yang cantik ini masih terlihat kotor.

Drrtt....drrtt....

Tepat setelah tangannya bersih, ponsel yang ada di atas meja bergetar menunjukkan ada panggilan masuk membuat Deidara mengambil benda persegi itu tapi dahinya mengernyit bingung ketika membaca nama kontak orang yang menghubunginya.

'Uchiha Sasuke.'

Walau sedikit bingung Deidara tetap mengangkat panggilan tersebut, "Hallo..."

"......"

Sasuke diseberang sana langsung berbicara pada pokok permasalahan membuat Deidara hampir saja menjatuhkan ponselnya.

"Aku kesana sekarang." Hanya itu yang bisa Deidara ucapkan untuk sekarang.
Sosoknya terburu-buru menyambar tas dan kunci mobil. Pikirannya kacau. Kekasihnya tak ada kabar dari satu minggu lalu dan sekalinya mendapat kabar itu bukan kabar yang bagus.

"Jangan menangis, Deidara. Jangan menangis. Itachi baik-baik saja." Kalimat itu Deidara ucapkan berkali-kali pada dirinya sendiri selama perjalanan mengemudi ke rumah keluarga Uchiha.


















Oneshoot (ItachixDeidara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang