Jail

200 21 2
                                    





Oneshoot
ItachixDeidara
Sorry for typo





















Tetesan air yang berasal dari dinding gua menjadi satu-satunya suara dalam ruang sunyi tanpa cahaya yang kini ditempatinya. Sepasang mata birunya terbuka dan mengerjap pelan walau yang ditangkap penglihatannya hanya gelap. Sama sekali tak ada cahaya.

Deidara tak tau ini siang atau malam, tak juga bisa menghitung sudah berapa hari dirinya ada di sini. Dingin menyelimuti sekujur tubuhnya yang basah, belum lagi rasa sakit yang dirasakannya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Kedua kakinya dipasung, sedangkan kedua tangannya diikat menggunakan rantai berkarat, Deidara tau karena permukaan yang kasar menggores kulitnya yang sudah terluka.

Langkah kaki terdengar dari luar gua, bagaikan melodi kematian seakan nyawanya sebentar lagi akan meninggalkan raga.

Selama ada di sini, Deidara tak sekalipun melewatkan hari tanpa penyiksaan.

Tubuhnya dihajar habis-habisan, tak dibiarkan memberikan perlawanan, diguyur air garam hingga luka-luka terbuka ditubuhnya terasa sangat perih. Jika bisa Deidara ingin menjerit sekencang-kencangnya, tapi lagi-lagi dirinya sudah tak punya tenaga. Jangankan untuk menjerit atau memberikan perlawanan, untuk menjaga supaya tak hilang kesadaran saja rasanya sangat sulit.

Pintu gua yang ditendang kasar membuat Deidara menarik nafas dalam lalu berbisik pada dirinya sendiri,  "Deidara, kau bukan orang lemah. Kau pasti bisa bertahan. Setidaknya sampai bantuan datang—atau jika ingin mati jangan di sini."













.

.

.

















Sepasang kaki melangkah pelan memasuki sebuah bangunan yang biasa mereka sebut markas. Tempat ini sepi, tapi tidak mati. Para penghuninya mungkin saja sedang menjalankan misi dan akan kembali tergantung seberapa berbahaya misi yang mereka jalani.

Itachi memasuki ruang pemimpinya dengan ekspresi datar, tapi dari auranya lelaki itu terasa tak tenang.

"Ini sudah tujuh hari, dan aku sudah tidak bisa menunggu." Matanya menatap lurus ke dapan, "Aku tidak perlu ijin darimu untuk bertindak, Yahiko."

"Itachi." Terdengar helaan nafas dari pemimpin akatsuki yang kini menatapnya tak kalah serius, "Bisakah kau tidak bertindak gegabah. Harusnya misi yang dijalani Deidara selesai dalam tiga hari, tapi mungkin saja dia mengalami kesulitan hingga sedikit terlambat—"

Gerakannya begitu cepat hingga kini Itachi sudah ada di depan Yahiko, menarik jubah lelaki itu dengan dua mata sharingannya yang sudah menyala terang, "Deidara tak pernah terlambat lebih dari dua hari."

"Kau meragukannya?"

"Aku sama sekali tidak pernah meragukan Deidara, aku tau bagaimana kuatnya dia tapi ini sudah lebih dari tujuh hari. Menurutmu itu normal?" Pegangan pada kerah jubah lelaki itu semakin erat.

Emosinya semakin tak terbendung dan hampir saja terjadi perkelahian antar keduanya jika saja tak ada yang mengintrupsi.

"Yahiko, Itachi." Seorang lelaki berambut merah memasuki ruangan dengan nafas terengah, "Ada yang tidak beres."

"Katakan." Dalam situasi ini Itachi lebih terlihat seperti pemimpin daripada Yahiko.

Nagato berjalan ke arah keduanya setelah berhasil mengatur nafas, "Deidara mendapatkan misi ke Otogakure, lebih tepatnya ke pelosok desa untuk membereskan para bandit yang tak manusiawi. Baru-baru ini aku mendapatkan kabar bahwa Hanzo sudah menguasai desa itu—"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshoot (ItachixDeidara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang